[D U A] | Istana dan Kerajaan

831 134 39
                                    

Reilas adalah pulau yang hampir keseluruhan wilayahnya tertutupi lahan gambut. Letaknya di tenggara Antem, benua utama. Reilas hanya memiliki dua kerajaan manusia dan bertetangga dengan suku nomad fams—makhluk mirip manusia berkulit hijau yang menasbihkan diri sebagai pelindung alam—serta iblis-berwujud yang mendiami daerah terlarang. Konon, iblis-berwujud adalah fams yang gagal mengendalikan manna hingga jiwanya habis dimakan quox.

Manusia dan fams hidup terpisah, tetapi di kota-kota besar, mereka bekerja sama menciptakan senjata selama masa perang. Manusia punya teknologi dan fams hidup cukup lama untuk memanen banyak pengetahuan mengenai manna.

Selama masa perang tersebut, warga mengungsi dan bersembunyi di ceruk-ceruk alam. Perkampungan sepi, kota menjadi hening. Sementara di perbatasan sarat pertikaian dan benteng terus disemat ketapel batu serta pemanah ulung. Iblis-berwujud difungsikan. Sebuah kerajaan menggunakan mereka sebagai tentara dengan memasangkan zirah dan gada berduri.

Sekarang janji damai telah disepapakati. Seluruh kerajaan dan ras melakukan gencatan senjata sehingga masyarakat bisa kembali ke ladang dan rumah masing-masing. Setiap kerajaan memperbaiki diri dan membuka lagi pelabuhan sebagai pintu masuk perdagangan.

Tanpa sentuhan peradaban, daerah terlarang masih abadi. Alam dengan hutan-hutan purba dan dikelilingi gunung serta jurang menjadi pembatas antara iblis-berwujud dengan manusia.

Namun, bagi buronan daerah terlarang adalah jalan pintas.

Inai kabur dari istana saat masalah di rumahnya memuncak. Meski ratusan prajurit mengejar, gadis itu selalu bisa lepas di persimpangan dan tidak ada yang berani mengikutinya masuk ke area terlarang.

Awalnya, Inai benci ayahnya sejak masih anak-anak. Lantaran pria tambun tersebut menikah lagi, pilih kasih, dan sangat keras kepala. Ibunya tidak dapat melakukan apa-apa, karena wanita tersebut terbaring koma di ruang perawatan sejak Inai lahir sampai sekarang.

Alasan raja menikah lagi karena tabib kerajaan berkata, permaisuri tidak akan bisa memiliki anak kedua. Jadi raja kawin untuk membuat keluarga bahagia. Ia melupakan putri mahkota, lebih menyayangi anak-anak selir, dan kerap mengajak yang cukup umur untuk berburu menjangan. Sementara Inai, anak sah permaisuri ditinggal sendirian di istana dan dilarang pergi ke mana-mana.

Gila! Inai mengeskpresikan frustrasinya dengan melempar bantal dalam kamar. Kebencian pada ayahnya menurun ke adik-adik tiri yang masih kecil dan belajar berkuda. Di mata Inai, sikap mereka pongah, mereka tidak pernah menyapa dan sengaja menghindari Inai ketika berpapasan di lorong. Inai pun mengobarkan bendera perang dingin. Ia lebih memilih mengurusi kandang kuda serta menyapu kotoran di istal, ketimbang duduk di taman belakang dan minum teh bersama para pangeran.

Itu sebabnya Inai lebih akrab dengan kuda daripada manusia. Inai bahkan pernah membantu persalinan seekor kuda saat pengurus lain ijin sakit. Sehingga pelatih kuda sangat bangga dan memberinya liontin perak berukir dua kuda mendompak sebagai hadiah.

"Seharusnya gadis sepertimu duduk manis dan mengerjakan pekerjaan rumah."

"Lalu sakit-sakitan seperti Ibu karena kurang bergerak?"

"Hush! Dia sakit karena melahirkanmu."

"Jadi aku pembawa sial?"

"Kau adalah anugerah, Sayang. Semua bayi lahir dengan harapan dan cita-cita."

"Dan aku lahir dengan bencana dan penderitaan. Ayah membenciku. Dia tidak mengakuiku. Kalau bisa, mungkin dia akan melepaskanku ke hutan dan memburuku bersama adik-adikku dengan sumpit beracun."

"Kenapa kau berpikiran begitu?"

"Karena itu yang mereka lakukan, meracuni hari-hariku."

Selain pelatih kuda, semua dayang dan pelayan tahu kalau Inai menyimpan bara dalam sekam. Walaupun semua orang berusaha menyayangi dan mencukupi kebutuhannya, Inai tetap dingin dan memandang iri saudara-saudara tirinya. Ia kerap melihat para pangeran kecil berkuda masuk dari luar gerbang, memanggul seekor menjangan gemuk hasil berburu. Dan mendengar raja menepuk bangga punggung si sulung sambil memuji-mujinya sebagai kesayangan. Raja berjanji akan memasak hewan tersebut sebagai sajian pesta syukuran.

Saat matahari tenggelam, halaman belakang istana disulap menjadi tempat indah dan diterangi lentera bulan. Para pelayan lalu-lalang mempersiapkan tikar, kayu kering, bumbu, daging, limun, rempah-rempah, dan tenda. Pemain musik dipanggil, menggesek sitar dan menyanyikan puji-pujian untuk Veilas dan tangan kanannya Alveira.

Karena senang, raja yang jarang tersenyum berubah melunak. Sebelum minum arak, di ujung karpet perjamuan, ia mengangkat cawan tinggi-tinggi dan berterima kasih pada semua pekerja yang menyiapkan perhelatan kecil tersebut. Raja tersanjung dengan perkembangan putra-putranya yang meningkat pesat. Lebih-lebih pada si sulung yang semakin tinggi dan tampan. Kemudian mereka bersulang dan musik berlanjut ke nada yang lebih ceria.

Raja mengajak semua juru masak dan kepala pelayan makan di karpet yang sama. Di hadapan daging guling berbalut ketumbar dan kecap, mereka berkelakar tentang pendeta cebol, pembohong kematian di Lembah Deragus, dan penduduk padang pasir.

"Apa yang lebih pendek daripada umur penghuni Gurun Selatan?"

"Apa?"

"Kemaluan laki-lakinya, mereka dikebiri setelah membuahi sekali."

Raja tertawa, para pangeran menganga heran tidak menangkap maksud lelucon. Pangeran tertua menoleh pada anak pelayan yang mendekatinya membawa sepiring beri hutan. Pangeran berterima kasih, alih-alih makan, ia dan adik-adiknya mengekori ke mana bocah tersebut pergi. Dan ternyata anak-anak pelayan bermain kelereng di dekat api unggun.

Tidak mau ketinggalan, pangeran mengajak adik-adiknya bermain. Mereka ikut bertaruh gundu. Sesekali mengudap daging, makan anggur, dan tertawa ketika yang kehabisan kelereng harus mau dicoreti arang. Pangeran tidak luput dari hukuman, adik-adiknya dan anak pelayan istal kuda berhasil mengalahkan pangeran tertua dalam tiga kali percobaan.

Semua orang bahagia.Kecuali Inai. Dari balik kamarnya yang remang—hanya berpernerangkan satu illius—Inai menyibukkan diri menghapal mekanisme manna dalam tubuh manusia.Saat suara tawa anak-anak terasa mengganggu, Inai langsung menutup semua jendela dan menyumpal sela-sela kamar dengan selimut. Ketika alunan musikpelan-pelan merembet masuk, Inai merapalkan sebuah mantra dan menciptakan gelembungsunyi untuk mengungkungnya dari kebisingan. 

Fallen ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang