[T I G A P U L U H T I G A]

117 39 0
                                    

Kematian Gevi dirahasiakan dari semua telinga, kecuali orang tertinggi Alcatraz dan ketiga elitnya yang tersisa. Bagaimana caranya mereka tahu hal tersebut, masih tidak diketahui. Konon, sebelum disumpah setia pada Alcatraz. Seorang elit akan mendapat mantra khusus yang membuatnya tidak bisa berkhianat. Mantra yang hanya dimiliki sang ketua. Mantra yang menjadi penyambung perasaannya dengan mereka. Ia bisa tahu ada masalah genting atau gawat hanya dengan duduk diam di dalam ruangannya.

Tetapi hal ini tentu cuma rumor belaka, sebuah berita burung yang disebarkan pencerita-pencerita ulung dalam perjalanannya mengelilingi dunia. Siapa lagi kalau bukan para pedagang?

Terlepas apakah benar atau tidak kabar tersebut, sang ketua, beserta tiga bahawan terdekat pergi ke Reilas tanpa mengabari siapa-siapa. Perjalanan yang memakan waktu berbulan-bulan dengan kereta kuda, dapat ditempuh dalam dua hari tiga malam hanya dengan kapal terbang bertenaga manna. Sebuah teknologi yang dipadu-padankan dengan sihir. Kebanggaan Mortia. Hanya kerajaan-kerajaan besar yang mempunyai kendaraan canggih. Bahkan sampai kapal tersebut melayang rendah di atas desa tempat Gevi mati, Arandar dan Isilia tetap tidak tahu.

Sayangnya, di lokasi kejadian, prajurit-prajurit Arandar sudah muncul dan menjaga sekitar. Mereka mengelilingi kubah tipis transparan berwarna putih cerah yang mengukung desa. Tabir pelindung yang dibuat Gevi di detik-detik sebelum ajalnya menjemput. Wanita itu masih sempat berpikir untuk tidak menyebarluaskan masalah ke wilayah yang tidak perlu.

Sang ketua tersenyum tipis melihat hasil pengorbanan anak buahnya. Tidak sia-sia. Diakrim hitam tetap terkurung dan tidak bisa kemana-mana. Sekarang masalahnya, bagaimana cara menjelaskan penyebab masalah ini tanpa menimbulkan kegemparan?

Masyarakat tahunya Alcatraz adalah penjaga perdamaian, tangan kanan dewa, pelindung diakrim. Jika mereka tidak mampu mengendalikan satu saja diakrim, apa kata orang? Alcatraz bisa kehilangan nama. Lebih buruk, orang-orang akan tahu rahasia di balik diakrim kematian dan mulai menuntut untuk menghancurkannya langsung.

Karena diakrim kematian adalah perwakilan semua hal-hal negatif, penyakit, dan kesedihan. Di mana diakrim hitam berada, maka di situ ada bencana. Semua kerajaan jelas-jelas menolak keberadaan diakrim dan tidak menginginkan benda tersebut berada dalam wilayahnya.

Hal yang membuat Alcatraz kelimpungan mencari cara membendung kekuatan diakrim hitam sekaligus menyembunyikannya dari tangan-tangan jahat.

"Diakrimnya sudah di luar batas," komentar sang ketua, yang dipanggil Loiv oleh ketiga bawahannya. Dari luar, Loiv nampak seperti kakek-kakek bersahaja yang sudah pensiun dari masa tugasnya dan sedang berkeliling dunia menikmati sisa umur.

Belum, ia masih belum mundur dari jabatan pertama dan terus akan diembannya sampai mayatnya hanyut di Sungai Perbatasan.

Saat turun dari kapal terbangnya, semua prajurit terpana dan langsung menunduk takut pada jubah kebesaran putih yang agung tersebut. Jubah berkeliman benang emas. Terlihat anggun dan bercahaya.

Loiv bersama ketika elitnya langsung berdiri di tepi tabir sihir dan mengamati anak laki-laki kerasukan yang mengamuk di dalamnya. Tidak ada mayat. Rumah-rumah sudah hancur berantakan. Asap hitam, sulur bayang, aura gelap, semua bergabung dalam satu simfoni mengerikan dengan sang anak sebagai pusatnya.

Loiv tidak bisa menemukan mayat Gevi di mana-mana, kecuali jubah putih lusuhnya yang koyak di bawah pohon korsen tumbang. Jubah yang dilapisi pelindung sihir terkuat. Jubah yang dimodifikasi khusus untuk menangkal serangan apa pun. Jika benda itu saja bisa rusak, apa kabar Gevi di dalam sana?

"Apa yang harus kita lakukan, Loiv?" tanya Teir—empat—sambil membawa papan kristal sebesar satu kepalan tangan. Papan itu berpendar, menampilkan sekumpulan data acak rumit yang terus berputar dan berganti tampilan. Selagi berpikir, elitnya yang lain langsung mengumpulkan informasi dengan meneliti sekitar dan bertanya pada prajurit terdekat.

Iffa—dua—mendapat cerita bahwa setelah bertemu sang raja, Gevi langsung pergi begitu saja. Wayt—tiga—mengangguk-angguk saat mendapat serpihan manik-manik merah dan sebongkah tameng gosong di luar tabir sihir. Ia mencatat penemuan tersebut dalam papan kristalnya, membagi data dengan yang lain. Seketika, sebuah salinan catatan masuk dan menayangkan secarik kertas tua nan rapuh. Dalam kertas tersebut dijelaskan mengenai manik-manik merah bernama Manas dan Lilis Lamiang. Sebuah senjata legendaris anti-anikis yang diturunkan dari satu permaisuri ke permaisuri lain dalam kerajaan Arandar.

Teir menambahkan, bahwa di desa ini, terjadi suatu kejadian aneh tentang seorang anak perempuan yang dijemput paksa dan dianggap sebagai buronan. Namun ia diistimewakan. Pemilik manik-manik itu pun seorang misterius yang tidak mau membeberkan identitasnya.

"Sekarang aku tahu harus apa ..." Loiv tersenyum. Senyum lembut nan ramah. Kedua tangannya saling mengusap seolah kedinginan. Ia terkekeh bahagia, ditepuknya pundak Teir dan menyuruhnya mencari informasi tentang kedua kerajaan yang sedang bersiteru.

"Dengar ini, jika mereka memang menginginkan perang, berikan saja."

Ketiga elit yang mendapat instruksi sunyi dalam papan kristalnya hanya bisa meneguk liur dan patuh pada perintah apa pun.

Fallen ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang