Peaky Peril

463 63 5
                                    

Chapter 3

Untuk misi kali ini Sehun tinggal di sebuah apartemen di pinggir kota. Bukan kompleks apartemen mewah. Letaknya sedikit jauh dari pusat kota, terdapat danau dan taman di sekelilingnya. Penghuni apartemen ini pun mayoritas orang tua dan orang-orang yang sudah berkeluarga. Sehun benci bersosialisasi, karena itu agensi membeli semua ruang apartemen yang berada di lantai yang sama dengannya.

Tak banyak perabotan yang dapat ditemukan dalam ruang tamu apartemen Sehun. Satu sofa single di depan tv, meja kopi kecil di samping sofa, meja tamu kecil yang berubah fungsi jadi tempat Sehun menaruh kakinya saat duduk di sofa.

Sehun selalu menyukai warna putih, karena itulah semua benda dalam apartemennya berwarna putih. Sangat berbeda dengan dirinya dalam agensi. Sehun tidur di atas ranjang king size dengan lampu menyala. Kebiasaan yang jarang dimiliki orang dewasa. Dengan begitu ia merasa lebih awas akan keadaan sekitarnya. Tubuh bagian atasnya terekspose hingga karet boxernya.

Klikk..

Suara hammer revolver yang tertarik kebelakang membuka kunci pistol tersebut. Pendengaran Sehun yang sensitif membuatnya terbangun. Seorang pria berdiri di samping ranjangnya sedang menodongkan pistol. Sehun menjatuhkan kepalanya kembali ke ranjang. Sedikit menggeliat. "Pergilah jika kau tak memiliki bola baseballku." Kata Sehun dengan mata tertutup.

"Aku memilikinya." Sehun membuka mata, ia melirik ke jam digital di atas mejanya, jam 19.45 pm. Kai menurunkan pistolnya. Sehun duduk sambil menguap. Kai menjatuhkan sebuah bola baseball dalam pangkuan Sehun. Sehun mengamatinya. "Bukan yang ini. Jangan main-main denganku tuan. Kau membangunkan ku hanya untuk bola bodoh ini? Kembalilah."

Sehun duduk bersandar pada headbednya. "Aku merasa telah mengunci pintu sebelum aku tertidur dan aku terbangun dengan sebuah pistol di wajahku. Anehnya lagi aku sama sekali tak penasaran mengapa kau bisa dengan mudah masuk kesini." Sehun hendak berdiri namum ia kembali duduk karena hanya sebuah boxer yang ia kenakan. "Ahh fuck it!" kata Sehun, ia kembali berdiri dan masuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian ia keluar. "Keberadaanmu sangat sangat kontras dengan segala sesuatu di ruangan ini. Hanya kau yang berwarna gelap." Kata Sehun yang kini mengenakan celana pendek diatas paha dan kaos putih.

"Whisky scotch?" tawar Sehun. Kai tak menjawab, dan Sehun menuangkan dua gelas untuk mereka. Mereka berdiri di counter dapur. "You won't talk?" tanya Sehun. "I miss listening to your voice already." Lanjut Sehun dengan senyuman kecil. "Dan katamu kau tak pernah menggoda seseorang?" jawab Kai.

"Akhirnya suaramu terdengar." Kata Sehun dengan sedikit penekanan seolah ia sangat menunggu hal itu terjadi. "Faktanya kau baik dalam hal itu." Kata Kai tanpa ekspresi. Sehun memandang Kai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambut hitam itu masih sama seperti kemarin, style undercut ditambah gel yang membuat rambutnya tertarik kebelakang menunjukkan dahinya. Ripped jeans hitam, kemeja hitam dengan tiga kancing teratasnya yang terbuka serta jas biru tua melekat di tubuhnya. Kalung roling Stone silver, beberapa pearcing silver dan Rolex silver ia kenakan sebagai aksesoris. "What an expansive man are you." Puji Sehun. Kai tersenyum miring. "There you go with your sweet lines." Sehun tersenyum.

"Kau membangunkanku dari tidur siangku. Kau lebih baik punya alasan yang masuk akal untuk itu." Sehun meneguk minumannya. Kai mengecek jam tangannya. "Jam 8 malam. Aku hanya ingin memberi hadiah yang kau inginkan." Sehun memutar matanya. "Bawa bola itu aku hanya ingin yang asli." Sehun membuka kulkas. Sebuah senjata laras panjang berdiri didalamnya bersama dengan beberapa macam buah. "Dingin..dingin.." Kata Sehun lalu meletakkannya di atas counter dapur. Kai mengangkat alisnya. Sehun mengambil tas yang seukuran dengan senjata itu lalu memasukkannya kedalam setelah mengisinya dengan peluru.

Peaky PerilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang