Peaky Peril 14

670 84 27
                                    

Chapter 14

Sehun dan Kai saling merengkuh tubuh satu sama lain. Sehun berusaha semampunya untuk membentengi hatinya, namun terkadang ia lupa bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada pria yang sedang mengecap rasanya. Pertahanan sekokoh apapun yang Sehun bangun, akan secara sadar maupun tak sadar ia runtuhkan sendiri. karena jauh di dalam hatinya ia menginginkan Kai untuk mencintainya dengan tulus.

Suara derap kaki terdengar dari kejauhan. "Shit." Sehun memutuskan ciuman mereka. "Mereka sedang menyisir area ini." Kai meraih tangan Sehun dan mereka berlari kearah dimana Kai memarkirkan mobilnya. Sehun dan Kai adalah perpaduan yang menyeramkan, tapi bukan berati mereka memiliki kesempatan untuk menang jika mereka dikepung belasan orang dengan machine gun. "Its either they caught your partner, or they found out about their guards." Kata Kai. "Dunia tak akan menangis kehilangan beberapa bajingan." Acuh Sehun dan Kai tersenyum tipis karenanya. Sehun tak begitu peduli dengan kemana Kai akan membawanya. Setelah kejadian di agensi beberapa saat lalu, ia yakin Kai tak akan membunuhnya dalam waktu dekat.

Berada dalam mobil bersama Kai mengingatkannya pada saat-saat dimana ia masih tinggal bersama grand line. "Ahh fuck." Kai tersenyum tipis. "Hal ini mengingatkanmu pada masa lalu?" Tanya Kai. Sehun tak menjawab ia hanya memandang jalanan. Ia benci saat Kai selalu bisa membacanya dengan mudah. Setiap kata yang keluar dari bibir Kai bagaikan duri yang siap menusuk hati Sehun. Sehun memutar musik namun beberapa saat setelahnya Kai mematikannya. Sehun kembali menyalakan musik namun Kai kembali mematikannya. "Apa masalahmu sebenarnya?" Sehun terlihat tak senang dengan yang Kai lakukan. "Aku suka kesunyian Sehun." kata Kata Kai. Kai adalah pria dengan sejuta bayangan, apa yang ia katakan hari ini bisa saja berubah esok hari. "Tidak, kau suka membuatku kesal." Dalam sunyinya malam, kekehan rendah Kai dapat Sehun dengar dengan jelas. "Kesal? Aku sedang berusaha menghiburmu." Sehun berdecih, "Tidak Kai, kau sedang menghibur dirimu sendiri dengan membuatku kesal." Nada kesal Sehun membuat Kai tersenyum lebar. "You're getting smarter Sehun." Dan mereka sampai di sebuah rumah mewah bernuansa putih. Kai memarkirkan mobilnya di depan pintu utama. "Welcome to my other mansion." Sehun turun dari mobil mengikuti langkah Kai. "Kai, what the fuck is this?" Nada kesal Sehun membuat Kai berbalik badan. "Seperti yang kukatakan, ini adalah mansionku yang lain. Hanya ada security disini. Ini adalah mansion pribadiku." Sehun menarik nafas dalam.

"Bukan itu yang kumaksud. Untuk apa kau membawaku kemari?" Kai melepas jaketnya lalu berjalan menuju Sehun dan mengusap bercak darah kering di pipi kanan Sehun. "The fuck?" maki Sehun lagi. "Mereka sudah menyiapkan makanan untuk kita." Kai meraih tangan Sehun namun Sehun menghempaskannya, "Apa apaan ini sebenarnya?" Kai tersenyum miring. "Aku akan menjawab semua pertanyaanmu setelah kita selesai makan." Kai kembali meraih tangan Sehun dan membimbingnya ke meja makan luas.

"Aku harus membersihkanmu dulu sebelum kita menyentuh makanan." Kai membawa Sehun ke kamar mandi terdekat. "Wajahmu masih penuh bercak darah Sehun." Sehun menepis tangan Kai saat ia hendak membersihkan wajah Sehun dengan handuk basah. "Aku sedang berperan baik sekarang. Jangan menolak karena mungkin lain kali aku tak akan selembut ini." Sehun menggaris bawahi kata 'berperan' yang Kai gunakan. Semua yang Kai lakukan bagi Sehun adalah bagian dari peran, sulit untuk membaca mana yang asli dan mana yang hanya sekedar bayangan.

"Apa kau mendapat luka baru?" Kai melucuti 'perlengkapan tempur' Sehun. "Apa yang sedang kau lakukan?" Sehun memandang refleksi mereka pada cermin. "Kau seharusnya senang, aku tidak biasanya bersedia melakukan hal ini untuk orang lain." Sehun berusaha menggunakan kepalanya. "Jeez, you are soaked in blood Sehun." Sehun ingat ia menggunakan pisaunya untuk membelah leher lawannya, jadi tak heran pakaian 'tempur'nya terendam darah. Kai mengambil sebuah turtle neck hitam yang ia simpan di atas drawer. Sehun melepas atasannya, Kai berdiri di depan Sehun memandang tubuhnya. "Aku tak akan pernah bosan memandang tubuhmu Sehun." Sehun tersenyum miring. "Aku juga menyukai tubuhku." Kai mendekat dan membelai kulit Sehun. mulai dari dada, perut lalu ke area pinggang. "Kurasa aku akan selalu memiliki sisi lembut untuk tubuhmu." Sehun mengendikkan bahunya.

Peaky PerilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang