Peaky Peril 7

372 55 10
                                    

Chapter 7

Taeyong duduk termenung di ruang keluarga. Setelah kematian Irene semua orang terlihat tak ingin berpapasan dengan anggota keluarga lain. Taeyong sadar berada dalam keluarga gangster berarti ia harus bersedia untuk mati kapan saja. Taeyong tak pernah sekalipun takut untuk membunuh seseorang, namun kematian Irene membuat dirinya sadar bahwa ditinggalkan seseorang yang kau anggap keluarga dapat menyakitimu meskipun kau tak memiliki ikatan sedarah.

Ia memiliki seseorang yang harus ia lindungi. Dan untuk pertama kalinya ia merasa bahwa ia tak menginginkan kehidupannya sebagai grand line. "Aneh melihatmu di rumah." Suara Kai terdengar, ia berjalan dengan darah merah yang terciprat di pipi dan lehernya. "Dan kau kembali sibuk membunuh orang saat kita baru saja kehilangan keluarga." Kai tersenyum miring. "Aku juga sedang berduka Taeyong." Kai menghisap rokoknya, noda darah menempel di filter rokoknya karena tangannya yang juga berlumuran darah. "Aku juga merasa kehilangan. Suho sedang hancur dan aku takut akan hal itu." Kai duduk dengan kaki yang terbuka. "Dan beginilah aku saat aku ketakutan. Terlihat asing bagimu namun tidak bagiku." Kai menatap Taeyong seolah ia benar-benar muak olehnya.

"Aku bisa ketakutan dan tetap melanjutkan pekerjaan. Sesuatu yang tak menyenangkan untuk dilihat." Taeyong menghela nafas dalam. Ia bukan Kai, dimatanya Kai adalah pria yang mampu menghadapi apapun. Ia adalah pria kuat yang hebat dalam mengatasi masalah. Kai adalah pria sejati yang memiliki hidup sempurna. "Aku juga takut." Aku Taeyong dengan nada rendah. "Lalu apa? Kau tau betul kematian adalah hal yang sangat familiar untuk kita." Taeyong mengangguk. "Aku hanya ingin hidup normal tanpa takut dibayang-bayangi oleh kematian." Kai berdecih, "Kau ingin hidup normal dengan pria itu bukan? Keluar dari Negara ini dan memulai hidup baru dan memiliki identitas baru."

"Taeyong, ingat ini baik-baik. Kematian adalah sebuah pengampunan agar kita berhenti berbuat dosa. Karena itu, terkadang kematian adalah sebuah kebaikan."

Oooo oooO

Kematian Irene Bae meninggalkan luka mendalam bagi Peaky Peril. Bagaikan bara api yang tertiup angin, berita ini tersebar luas dengan cepat. Ditambah lagi karena ayah Irene Bae adalah seorang politikus yang sering muncul di layar kaca. Suasana berkabung masih sangat terasa meskipun pemakanam Irene telah diadakan satu minggu yang lalu.

Suho hancur, ia merasa mataharinya diambil paksa olehnya. Irene adalah cinta pertamanya. Sejak bertemu dengan wanita itu saat ia duduk di bangku SMA, ia merasa bahwa ia hidup dan mati hanya untuk wanita yang ia cintai. Mereka menghabiskan masa-masa remaja bersama, berbagi mimpi dan harapan. Dengan Irene, ia dapat menjadi dirinya sendiri tanpa harus menutupi identitas aslinya. Hanya Irene yang dapat menghiburnya dikala dunia memunggunginya.

Suho duduk termenung di dalam kamarnya. Kamar yang menyimpan jutaan kenangan. Tak ada minuman beralkohol maupun rokok cerutu, karena ia tak ingin menodai kepergian Irene dengan mabuk dan berantakan. Raut sedihnya terlihat jelas meskipun ia hanya duduk termenung memandang langit malam. "Seharusnya aku yang mati." Kata Suho pelan. Peluru itu ditujukan kepadanya, bukan pada Irene. Dan karena itu ia merasa sangat bersalah pada cinta pertamanya.

"Cepat atau lambat kita semua akan mati." Kata Kai, ia menutup pintu kamar Suho dari dalam. Ia berjalan dan bersandar di dinding dengan tangan dalam saku. "Ya, dan kita juga tau selama kita menjalankan bisnis kotor ini, kematian akan berada satu langkah dibelakang kita, siap untuk menerkam kapan saja saat kita lengah" Suho menghela hafas. "Kau benar, kita semua tau konsekuensinya." Jawab Kai.

"Selama bertahun-tahun, penembakan Irene adalah percobaan pembunuhan pertama yang paling sukses yang ditujukan untuk grand line Peaky Peril." Kata Kai. "Hanya lingkup petinggi yang mengetahui siapa kita, jadwal kita dan seperti apa kita. Kita memiliki banyak musuh diluar sana, dan aku tak tau siapa diantara mereka yang harus kubantai lebih dulu." Tambah Suho.

Peaky PerilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang