"Selamat datang! Kalian Watchwizard dan rekan-rekannya bukan?"
Detik itu juga mereka tersentak kaget, lalu saling berpandangan bingung.
Makhluk di hadapan mereka mirip persis dengan manusia. Struktur anatominya juga sama. Yang membedakan hanya ukuran tubuh mereka yang lebih kecil, mungil, dan tampaknya sampai dewasa pun ukuran tubuh mereka akan tetap seperti itu.
Troll? Peri? Jelas bukan keduanya karena mereka memiliki perbedaan dengan manusia. Lantas, makhluk apakah yang ada di hadapan mereka sekarang?
"Dia adalah homunculus" beritahu sang kakek seolah tahu kebingungan mereka sekarang.
Albert dan Holly mengangguk-angguk setuju saja meski mereka tidak tahu apa itu 'homunculus'. Makhluk apapun itu, jika mereka baik, tentu tak perlu memandang status untuk dijadikan teman. Begitu pikir kedua remaja ini.
Sedangkan yang lain terlihat memperhatikannya secara detail. Lalu bertanya-tanya kenapa si kakek tua bisa sangat hebat sampai mampu menciptakan homunculus atau manusia buatan sesempurna ini.
Padahal seorang ilmuwan yang jenius saja mungkin tidak akan mampu membuat yang mirip persis dengan manusia. Pasti akan ada beberapa bagian yang cacat. Hal ini tentunya membuat mereka bingung sekaligus kagum.
'Pasti ada keterlibatan sihir dalam pembuatannya' batin Rega menyimpulkan. Sedari tadi pemuda satu ini sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi.
"Hallo" gadis berambut blonde itu, Holly melambaikan tangannya menyapa. "Siapa namamu?".
Makhluk tersebut meletakkan nampan berisi beberapa macam makanan di atas meja, lalu membungkuk seraya memperkenalkan diri. "Salam kenal, namaku Aghate. Suatu kehormatan bagiku bisa bertemu dengan kalian semua" ucapnya.
"Kami juga senang bisa bertemu denganmu" Tom menyahut, sambil mengulas senyum.
"Salam kenal ya Aghate" ucap Holly, rasanya seperti menyapa anak-anak biasa. Jika saja mereka tidak dalam melaksanakan misi, Holly pasti sudah mengajak Aghate bermain sekarang.
Aghate, makhluk kecil itu balas tersenyum dan kembali membungkukkan badan. Kemudian dia pamit pergi ke dapur. Namun, tepat setelah dia menghilang dari pintu dapur, seseorang yang sangat mirip dengannya keluar dari pintu yang sama bersama nampan berisi beberapa gelas minuman di kedua tangannya.
Hal tersebut membuat mereka yang duduk melingkari meja jadi bingung, bagaimana Aghate bisa kembali membawa nampan lain dalam waktu sesingkat itu? Jangan bilang bahwa sebenarnya makhluk kecil ini memiliki kekuatan super.
Seperti yang dilakukannya tadi, dia menata minuman yang dibawanya di atas meja. Lalu membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan.
"Terima kasih, Aghate" Rallev berujar, membuat makhluk kecil di hadapan mereka segera menegakkan badan dan mendongak untuk melihat pemuda berambut biru yang tadi berbicara.
"Maaf, Sir. Tapi aku bukan Aghate" katanya, berhasil membuat semuanya membelalakan mata. "Namaku Oghite, salam kenal".
Albert yang tidak percaya lantas bangkit dari duduk dan menghampirinya, dia perhatikan makhluk kecil tersebut dengan teliti. Sambil mengusap-usap dagu, Albert menelusuri setaip inci tubuhnya dari atas hingga bawah.
"Bagaimana mungkin? Kau sama persis seperti mahkluk yang tadi. Siapa namanya? Igate? Egate?" Gumam Albert tampak tidak bisa percaya.
Makhluk yang mengaku bernama Oghite itu balas memandang Albert yang tak kunjung mengalihkan pandangan darinya, "Aghate itu kakakku, itu yang dikatakan kakek" beritahunya dengan wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Spirit Of The Moon
FantasySemua orang mengira dunia akan kembali damai setelah Warlock, sang Raja Kegelapan berhasil dikalahkan. Namun ternyata, semua itu hanya angan-angan yang tak pernah terwujud. Nyatanya, dunia kembali berada dalam bahaya. Kutukan menyebar dimana-mana...