(13) Lux Micare

940 95 39
                                    

Dan kini Tom merasa sekujur tubuhnya membeku. Berubah menjadi balok es yang bisa dihancurkan dalam satu kali hantaman.

Seiring dengan memudarnya kabut tebal yang menutupi pandangan mereka, secara perlahan mereka mulai dapat melihat kembali. Semuanya mulai tampak jelas. Terlebih lagi, sebentuk bayangan menyerupai manusia yang sebelumnya tidak mereka sadari keberadaannya, kini telihat kian jelas.

Mereka tahu betul itu bukan manusia. Dan jumlah mereka tidak hanya ada satu, melainkan lima. Ditambah dengan sesuatu yang ada di gendongan salah satu dari mereka. Jika dijumlahkan bayangannya ada enam.

Saat kabut benar-benar hilang, sekumpulan bayangan itu sekarang terlihat nyata. Seringai jahat sudah menghiasi masing-masing wajah mereka. Aura hitam negatif memenuhi udara disekitarnya. Begitu jahat, begitu menakutkan.

Dan semuanya menjadi semakin menyeramkan ketika seonggok tubuh yang mereka kenal ada di sana. Di gendongan salah satu makhluk sadis di hadapan mereka. Dengan mata yang tertutup damai.

Rasanya waktu seperti melambat, ketika itu pula Tom menyadari sebagian tubuhnya terasa mati rasa. Memudar menjadi udara.

Di sana, satu bintang di hidupnya tengah menutup mata. Begitu damai, begitu nyaman. Seolah-olah dia menikmati tidurnya. Seakan-akan dia senang berada di sana. Bahkan, Tom bisa melihat senyum bahagia di wajah cantiknya.

Yang Tom takutkan sekarang, gadis itu tidak mau kembali dan selamanya akan seperti itu. Meninggalkannya. Melupakannya.

Dia tidak bisa membayangkannya lagi. Sebab sekarang, dirinya sudah merasa mati.

"Holla! Welcome to our home!"

Mereka semua menyeringai seram, menunjukkan gigi-gigi taring mereka yang tajam. Setajam pedang berduri yang kini menusuk dada Tom dengan sadis. 

Teman-temannya yang lain mulai menunjukkan tatapan tajam mereka. Tatapan tajam yang memberi arti bahwa mereka tidak takut, tidak akan mengalah, apalagi menyerah. Albert bahkan sempat berdecih tidak suka akan kehadiran lima bayangan di depannya. Begitu juga Rallev yang secara terang-terangan menunjukkan kebenciannya pada mereka.

"Apakah mereka salah satu makhluk dari dunia bawah yang berhasil melewati perbatasan?" Tanya Albert tanpa mengalihkan pandangan dari kelima bayangan di depan.

Rega yang merasa bahwa pertanyaan itu ditujukan kepadanya lantas mengangguk. "Sepertinya mereka adalah..."

"Vampir" lanjut Lavender, menyambung ucapan Rega yang sengaja digantungkan.

Kelima makhluk kegelapan di hadapan mereka menyeringai semakin lebar. Mungkin merasa senang karena identitasnya diketahui. Ini akan menjadi hal yang menyenangkan, pikir mereka. Lima lawan lima. Cukup seimbang. Apalagi aura yang dikeluarkan para penyihir muda itu terlihat kuat, seolah menunjukkan angka kemampuan mereka yang diatas rata-rata.

"Aku mendapatkan rekan kalian. Gadis ini sangat cantik. Pasti rasanya lezat" ucap salah satu dari mereka yang sedang menggendong Holly. Sambil menjilat bibir, mata merah darahnya memandang gadis berambut blonde yang sedang memejamkan mata damai.

Tom mencelos. Ia bahkan tak bisa memikirkan apapun selain keselamatan gadis berambut pirang yang sekarang ada di dekapan musuh.

"Hei! Yang satunya lagi juga cantik. Kenapa kau tidak membawanya juga?!" Makhluk penghisap darah yang memiliki rambut sehitam langit malam itu menunjuk Lavender. Mata merahnya memandang protes pada rekannya yang sedang menggendong Holly.

Vampir berambut jingga itu mendelik kesal pada Vampir berambut hitam, "Kau pikir aku punya tangan berapa?".

Gedikan bahu menjawab pertanyaan retoris yang diajukan temannya, Vampir berambut hitam tersebut kini melemparkan seringainya pada Lavender yang memandangnya waspada.

The Spirit Of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang