(18) Magic Spell and The Owner of All Elements

496 52 20
                                    

“Ini pintu masuknya?” tanya Holly sambil melongok ke dalam lubang yang cukup besar di tanah.

Sayangnya karena gelap dia tidak bisa melihat apapun. Jadinya Holly memperhatikan lubang itu cukup lama, berpikir apakah itu benar pintu masuknya atau bukan.

Rega yang melihat tingkah Holly merasa seperti diragukan, bagaimana pun juga rasanya seperti dihina. Padahal dia dan Rallev sudah susah payah mencari-cari keberadaan pintu masuk ke dimensi buatan itu.

“Kami sudah memeriksa ke seluruh tempat, tapi hanya ini yang kami temukan.” Tiba-tiba Rallev menjelaskan, mewakili Rega yang tampaknya enggan membuka mulut untuk memberitahu.

Kemudian pandangan Rallev tertuju ke arah Albert yang berada di rangkulan Tom dan Lavender. Pemuda berambut merah itu tampak kacau, sangat-sangat kacau. Sampai-sampai untuk sesaat Rallev tidak bisa mengenalinya.

Ini jelas-jelas berbeda dengan Albert yang biasanya. Dan jika dilihat dari raut wajah kedua orang yang merangkulnya, sepertinya dia benar-benar dalam kondisi yang buruk.

“Kalian langsung masuk saja, kita tidak bisa membuang waktu lagi.” Rallev kembali bicara, menyuruh kepada adik-adik asuhnya untuk segera masuk ke dalam. “Biar aku dan Albert menunggu di sini, kalian pergilah.”

Setelah berkata begitu Rallev langsung mengambil alih tubuh lemah Albert dari rangkulan Tom dan Lavender. Dengan isyarat mata ia meyuruh keempat remaja itu untuk segera melaksanakan tugas mereka.

“Kami akan segera kembali,” pamit Rega sebelum mengambil langkah, menuntun teman-temannya memasuki lubang yang diduga kuat adalah pintu masuk ke dimensi buatan tempat disegelnya Magic Spell.

Rallev hanya mengangguk, membiarkan mereka berempat pergi meninggalkannya bersama Albert di sana. Dan setelah keempat Watchwizard tak terlihat lagi, Rallev membawa Albert ke pinggir, ke sebuah peopohonan yang hidup di sekitar gerbang.

Ia mendudukkan Albert di salah satu pohon, sedangkan dia sendiri duduk di sebelahnya sembari memperhatikan Albert dengan seksama. Mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Hei, Albert. Apa kau bisa mendengarku?” tanya Rallev sambil menatap wajah suram Albert dengan teliti.

Akan tetapi pemuda berambut merah itu diam saja dengan tubuh yang gemetar hebat. Keringat dingin juga terus bercucuran di wajah serta lehernya, wajahnya bahkan sangat pucat seperti orang sakit.

Dari pengamatannya Rallev menyimpulkan bahwa Albert sepertinya mengalami ketakutan yang berlebih. Semacam syok atau trauma. Entahlah, Rallev bukan dokter yang bisa mendiagnosis orang sakit.

Tapi yang jelas, dia cukup yakin kalau Albert memang benar-benar mengalami syok berat. Itu terbukti ketika samar-samar Rallev mendengar pemuda itu bergumam dengan suara parau.

“Se… rigala… tolong… a… ku…”

Ketika itulah Rallev mulai berpikir keras, mengingat kembali mantra apa yang sering digunakan Miss Morry dulu untuk menyembuhkan seseorang dari traumanya.

Untuk waktu yang cukup lama Rallev terus berpikir. Ini bukan pertama kalinya dia melihat seseorang yang terkena syok berat. Sebagai murid dari Profesor Peter dan juga mendiang Miss Morry, Rallev telah banyak melihat berbagai hal dan berbagai kejadian. Jadi seharusnya memori tentang cara menyembuhkan orang yang terkena syok berat masih ada di dalam kepalanya.

“Hm… rasanya seperti ada di dalam mulutku, tapi entah kenapa aku tidak bisa mengucapkannya. Bagaimana sebaiknya ya?” gumam Rallev sambil menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal sama sekali.

Di tengah lamunannya itu, tiba-tiba sekelebat ingatan muncul. Sebuah ingatan tentang hal yang dilakukan mendiang Miss Morry saat menenangkan seseorang dari traumanya.

The Spirit Of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang