Bag 3: Membantu

2K 88 0
                                    

"Aaaaaa Vano!!" teriak Agatha namun tak ada yang mendengar karena keadaan memang sangat sepi. Agatha memang memanggil Revano itu Vano, sedangkan temanya yang lain memanggilnya Revan. Alasannya sih sederhana, cuman karena biar bisa beda dari yang lainnya.

Agatha pun segera berjalan menuju lapangan upacara untuk melihat betapa tampan nya seorang Revano-nya itu.

"Pak Damar,"  panggil Agatha pada guru yang sedang menghukum ke empat pemuda itu.

"Eh agatha. Ada apa? Ko kamu gak masuk kelas?" jawab dan tanya pak Damar.

"Saya abis ngumpulin tugas pak. Kebetulan juga pelajaran selanjutnya gurunya gak ada terus tugas juga gak dikasih," jawabnya berbohong.

"Oh gitu."

"Bapak sendiri, emang gak ada kelas pak?" tanya balik Agatha.

"Ada sih. Cuman bapak lagi ngawasin mereka pada nih yang lagi dihukum. Kalau nggak di awasi yang ada ntar mereka kabur."

"Yah bapak, kasian dong murid-muridnya bapak gak pada belajar. Mereka bisa ketinggalan materi loh pak, terus nanti pas ujian gimana kalau mereka ketinggalan materi. Bapak gak kasian apa?" ujar Agatha dengan mimik bersedih. Dasar ratu drama!

"Astaga ya ampun, kamu benar juga ya. Terus ini bapak gimana dong? Mereka masih harus menjalani hukuman sampe bel istirahat. Kalau bapak tinggalin yang ada ntar mereka kabur," jawab pak Damar.

"Mmm gini aja deh, Agatha kan lagi jamkos nih, terus bapak juga harus ngajar. Mendingan bapak ke kelas aja, nah mereka ini biar Agatha yang ngawasin," tawar Agatha kemudian pak Damar hanya terdiam mencerna penawaran itu.

"Yaudah, bapak percaya sama agatha. Awasi mereka ya, bapak mau ngajar dulu." Ujar pak Damar menyetujui tawaran tersebut.

"Oke siap pak!" ucap Agatha. Setelahnya pak Damar langsung pergi menuju kelas yang akan dia ajar. Agatha pun segera menghampiri ke-empat pemuda itu

Revanoo kalau lagi keringetan gini makin ganteng deh-

"Kalian yakin masih mau panas-panasan disitu?" ujar Agatha sambil berdiri dipinggir lapangan.

"Kalau gue neduh, tar yang ada lo laporin kita ke pak Damar lagi." Bara mendengus kesal.

"Karena kalian pada sahabatnya Revano, dan dia juga ada disini, maka gue dengan berbaik hati mengizinkan kalian untuk berteduh sekarang!" ucap Agatha melempar senyumnya

"Hah! Lo seriusan, Ta?" Danu tersenyum sumringah lalu segera berlari menuju tempat yang lebih teduh dan diikuti ketiga sahabatnya.

"Nih ambil. Buat lo pada," ucap Agatha sambil menyodorkan plastik berisi air minum.

"Thanks banget, Ta. Lo baik de kalau lagi kayak gini." Ucap Bara sambil mengambil air minumnya.

"Nih," kini Agatha tengah menyodorkan air minum pada Revano.

"Thanks," ucap lelaki itu singkat sambil mengambil botol air minum tanpa sedikitpun melihat kearah Agatha.

"Kenapa lo bantuin kita ta?" tanya Danu.

"Karena ada Vano," jawab Agatha sambil terus memandang lelaki itu.

"Panggil gue Revan, bukan Vano!" ucap Revan dengan muka datar dan dingin.

"Gak mau. Aku bakalan tetep panggil kamu Vano," kekeh Agatha.

"Gue gak suka!" tetap dengan nada suara dingin.

"Aku suka," ucap Agatha tak memperdulikan Revan.

"Udah gak usah pada berantem. Lo juga, Van, bilang makasih atau apalah sama Agatha. Dia kan udah bantuin kita. Kalau dia gak ada, pasti tuh pak Damar bakalan terus ceramahin," lerai Danu.

"Apaan sih. Ratu drama dasar!" ucap Revano masih dengan ketus. Setelah itu dia pun pergi meninggalkan sahabatnya dan juga Agatha lalu disusul Vian. Tunggu, iya sedari tadi memang ada Vian, tapi kenapa dia tak bersuara?

Vian, orang yang paling lama bersahabat dengan Revano. Bahkan banyak yang bilang mereka itu saudara tapi nyatanya bukan. Asal kalian tau, sejak memasuki bangku menengah atas Vian sudah menyukai gadis ini, ya dia adalah Agatha. Tapi tak ada satupun orang yang mengetahuinya. Vian cukup pandai dalam menyimpan perasaan, hingga pada suatu waktu dia mengetahui bahwa gadis yang dia cintai itu justru mencintai sahabatnya. Dan dia hanya bisa diam melihat semuanya, dia tau apapun yang Agatha inginkan semoga itu yang terbaik untuknya meskipun dia terus menerus menahan sakit.

Jika ditanya kenapa Vian terus memendam perasaanya, itu bukan karena Vian yang memiliki wajah pas-pasan. Vian termasuk salah satu most wanted Mahasakti, dia memiliki tubuh atletis dan kulit putih tak kalah tampan dengan sahabatnya, Revan. Tapi karena Vian merasa tak pantas untuk bersanding denga seorang AGATHA CHYSARA ZEALOVA, gadis cantik yang ingin dimiliki banyak pria.

"Lo kenapa pergi, Van?" tanya Vian setelah menyusul sahabatnya yang lebih memilih pergi ke kantin dibanding meladeni Agatha.

"Males gue liat muka tuh cewek!" ketus Revan.











Kasian kalau kayak gini mah sama si babang Vian😢

M Y   B A D B O Y (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang