Bag 39: Semua kebenaran

1.8K 67 0
                                    

Dengan langkah tergesa yang disusul gadis dibelakangnya, Vian berjalan menyusri koridor rumah sakit menuju sebuah ruangan dimana sudah ada seorang gadis yang begitu dicintainya selama ini

Saat tepat berada tak jauh dari ruangan itu, ia pun diam membeku melihat cukup banyak orang yang menunggu gelisah di depan ruangan dan satu lagi, matanya menatap tiga orang yang begitu dia kenal. Disana ada Devan, tante Sandra dan om Arya yang tak lain adalah keluarga Revan. Namun, apa hubunganya mereka dengan Agatha? Apa mereka semua tau kalau Revan lah alasan dibalik semua ini

"Lo ngapain disini?" Tanya Richard yang sudah menyadari ada Vian ditempat itu

"Sorry! Gue gak lagi nyari ribut. Gue temenya Agatha, dan gue kesini cuman pengen tau gimana kondisinya" jawab Vian

"Oh jangan-jangan lo penyebab semua ini! Karena gue nemuin ponsel Agatha di markas kalian!" Richard pun sudah tak bisa menahan amarahnya. Ia menyangka kalau Agatha datang ke markas the lion karena Vian, padahal Vian sendiri sama sekali tak mengetahui hal itu

"Richard sudah nak, ini rumah sakit kamu gak boleh bikin keributan" lerai om Brian, Papa Agatha

"Gue bahkan gak tau kalau Agatha dateng kesana" jawab Vian seadanya

"Udah ya. Nak Vian ini orang baik, saya kenal betul sama dia" jawab tante sandra dan diangguki oleh Devan beserta Arya. Ricard sendiri tak mengetahui mereka ini siapa. Kalau saja ia tau, sudah dipastikan lelaki itu akan mengusir paksa mereka

"Gimana keadaan Agatha tante?" Tanya Vian sambil menatap sendu kearah ruang rawat Agatha

"Keadaan nya kurang baik. Dokter bilang karena pendarahan dan benturan yang sangat keras di bagian kepala serta ulu hati yang membuat Agatha dalam keadaan kritis dan koma" Devan lah yang menjawab karena semua orang tak berani menjelaskan nya

"Apa boleh saya melihatnya?" Tanya Vian yang sudah sangat syok dengan keadaan Agatha

Mereka pun mengngguk mengijinkan yang membuat Vian mengembangkan senyumnya

Setelah berganti pakaian dengan yang seharusnya dikenakan untuk orang yang ingin menjenguk pasien seperti Agatha, Vian pun memasuki ruangan dan melihat nanar kearah gadis yang tengan terbaring lemah dengan berbagai selang menancap ditubuhnya serta perban dan jaitan yang senantiasa mengiringinya. Entah kenapa Vian merasakan dadanya sangat sesak menyaksikan itu. Ia merasa sangat menyesal karena tidak melindungi Agatha

"Agatha..." lirih lelaki itu sambil duduk di kursi samping brankar

"Seharusnya aku gak pernah ngedukung kamu buat berjuang sama Revan. Harusnya aku yang berjuang buat dapetin kamu supaya hal ini gak terjadi. Aku bodoh Ta, aku bodoh!" tanpa terasa, air mata pun tak bisa dibendung lelaki itu

"Aku sebenernya udah lama nyimpen perasaan ini Agatha. Kamu pasti bakal bilang kalau aku ini laki-laki pengecut!" Ucap lelaki itu kembali sambil mengelus pipi Agatha yang bahkan telihat banyak lebam

Saat Vian ingin melanjutkan bicaranya tiba-tiba saja ia mendengar suara keributan diluar dan bergegas untuk melihatnya

"Kalian mau tau alasan Agatha begini! Ini semua karena dia!" Tunjuk laura yang sudah mencekram lengan Revan sementara lelaki itu sangat acuh tak peduli

Saat Richard ingin menghadang dan melayangkan pukulan namun ia urungkan karena laura justru menahan tanganya

"Kalau lo mau pukul dia jangan disini" pinta Laura menenangkan. Karena tujuan nya disini hanya ingin memberitahu semua orang

Vian baru saja keluar dari ruang rawat Agatha. Saat melihat Revan yang seolah tak peduli dengan keadaan Agatha, tiba-tiba saja emosinya kembali memuncak. Tanganya sudah sangat mengepal bahkan urat-uratnya pun sudah sangat nampak. Saat lelaki itu ingin berjalan menghadap Revan, tiba-tiba saja ada yang mencekal pergelangan tanganya dan itu adalah Vika. Gadis itu pun menggeleng dan Vian mengerti maksudnya

Plakkk..

Saat semua orang masih terdiam dengan ucapan Laura, suara tamparan itu begitu menggema keseluruh penjuru ruangan yang membuat semua orang kembali terkaget

"Mama gak tau kenapa kamu kayak gini! Tapi yang jelas kamu udah kecewain Mama, Revan!" Ucap Sandra yang sudah menangis hebat. Semua orang tak menyangka kalau ternyata Sandra ini adalah Mama Revan, pasalnya yang mereka tau dia adalah partner bisnis keluarga Agatha

"Revan ngelakuin ini karena ada alasannya Ma" bela Revan sambil menyeka darah disudut bibirnya

"Apa?! Karena Vanya? Iya?! Kamu sadar Van, SADAR! Kalau meninggalnya Vanya itu bukan salah siapapun. Itu takdir nak, takdir" Bentak Sandra yang membuat salah satu diantara mereka menegang mendengar nama Vanya

"Mama salah. Kalau bukan karena dia, Vanya sampe sekarang masih ada sama kita!" putus Revan sambil menunjuk kearah Richard dan lelaki itu tersontak kaget dengan kebenaran ini

"Mama gak pernah ajarin kamu buat bales dendam, Nak. Dan kenapa kamu harus libatin Agatha. Kamu ini anak baik, seharuanya kamu gak ngelakuin ini" sandra pun sudah menangis sejadi jadinya

"Terserah kalau kalian semua mau nyalahin Revan atas semua ini! Kalian gak pernah tau seberapa terpuruk Revan saat kehilangan Vanya. Kalian gak tau seberapa sakit Revan saat Vanya meregang nyawa tepat di depan Revan. Kalian gak pernah tau depresi Revan saat Vanya milih gantung diri karena dia gak sanggup ngeliat orang yang dia sayang bahagia dengan orang lain" ucap Revan dengan suara berat nya

Semua orang ditempat ini tak bisa menyembunyikan kekagetan nya bahkan mereka tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan siapa Vanya. Kecuali satu orang, dia adalah Richard. Lelaki itu tak pernah mengetahui kalau Vanya sudah meninggal. Memang semenjak dia pindah keluar negeri, lelaki itu tak pernah mendengar kabar tentang salah satu teman sekolah semasa SMA nya itu. Bahkan ia tidak tau kalau Vanya menyukainya

"Kenapa? Kalian semua kaget kan? Dan buat lo Richard, Vanya itu kakak kandung gue, dia satu-satunya anak perempuan di keluarga gue. Dan gue sayang sama dia. Tapi semenjak hari itu, hari dimana lo dengan polosnya ngenalin pacar lo ke Vanya, dia berubah Van. Dia depresi dan berakhir bunuh diri. Gue ngerasain seberapa besar dia menderita karena jatuh cinta sama lo. Dan asal lo tau, dia pegidap OCD" ungkap Revan kembali

"Revan udah. Ka Vanya udah tenang disana, lo gak boleh kayak gini" Devan pun buka suara karena dia sudah tidak sanggup melihat kembali penderitaan Revan

"Lo gak tau apa-apa, Dev. Lo gak liat seberapa tersiksanya Vanya. Dan gue gak tenang kalo orang yang buat dia begitu malah terlihat bahagia" seringai itu pun muncul di wajah Revan

"Dan gue ngelakuin ini sama Agatha, karena dia satu-satunya orang yang bisa buat lo terpuruk disaat dia kesakitan. Gue yakin itu" sambungnya

"KAMU BUKAN ANAK SAYA! SAYA MINTA KEMBALIKAN ANAK SAYA! REVAN TIDAK MEMILIKI HATI IBLIS SEPERTI KAMU! SAYA MOHON KEMBALIKAN ANAK SAYA" teriak Sandra histeris sambil mengguncang tubuh Revan

"Maaf, Ma. Tapi Revan seneng ngeliat semua ini" jawab lelaki itu dingin yang kemudian meninggalkan tempat tersebut. Sementara yang lain kini sibuk dengan pemikiran nya termasuk Richard yang tak menyangka dengan semua itu

Baik mama Revan ataupun mama Agatha sudah menangis penuh isakan dipelukan suaminya masing masing

Sandra tak berani menatap kearah Addela karena ia sangat merasa bersalah dengan kejadian ini. Tapi siapa sangka Addela sendiri yang menghampirinya dan mengelus lembut punggung Sandra

"Sudah, jangan terlalu dipikirkan san" tenang Addela

"Maafkan anak saya, Del" sesal sandra

"Sudahlah. Ini sudah menjadi takdir tuhan, jangan salahkan siapapun" jawab Addela sambil tersenyum walaupun ia merasa sakit



Sakit guys. Maapkeun kalo ada typo

M Y   B A D B O Y (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang