-IAM 15-

28 3 0
                                    

.

.

Saya sudah menemukan nomer kontak beliau yang baru!

Kerja baguss!!

.

.

Hujan cukup deras di luar sana. Padahal siang tadi cuaca cukup cerah, bahkan sangat terik. Namun sore ini, keadaan berubah berbanding terbalik. Mendung menyelimuti selatan kota bandung, tak berselang lama hujan turun tanpa basa-basi. Bahkan para pengendara di jalan pun tak diberikan izin untuk sekedar melindungi diri mereka.

Hujan ini memunculkan ingatanku lagi.

"Ra! Kita neduh dulu ya?" suara ini samar-samar terdengar di sapu suara hujan yang deras.

Tak ada jawaban.

Tanpa pikir panjang, tanpa menunggu lama lagi pula akhirnya dia putuskan menepi di depan toko bunga di dekat sini. Toko ini terlihat sudah tutup. Dan mereka memutuskan untuk berdiam diri di teras toko ini.

"Baju lo basah enggak Ra?" tanya Ibra setelah memarkirkan montornya dan menghampiri Azura yang sudah duluan meneduh.

Lagi-lagi dia tak menjawab.

Ibra yang tadinya masih disibukan oleh baju basahnya, langsung menaruh pandangan nya ke arah Azura. Memeriksa apa yang sebenarnya terjadi kepada wanita disebelahnya ini.

"Lo nangis?"

Begitu ucap Ibra setelah mengamati wajah wanita ini, rambutnya yang basah karena hujan, muka yang sudah lusuh, mata yang mulai merah karna satu tetes air berhasil keluar dari matanya dan itu sempat Ibra saksikan.

Ibra tarik tangan halus milik Azura. Digenggamnya dan ditariknya duduk di kursi panjang itu.

Banyak pertanyaan yang berputar di kepala Ibra selama Azura menyenderkan kepalanya di bahu nya.

Tangan itu tak kunjung dilepaskan oleh Ibra, bahkan lebih erat dari sebelumnya. Sang empu nya pun hanya terdiam seakan membiarkan nya.

"Mau cerita?" ucap Ibra yang telah diperhitungan.

"Hujan" ucap Azura sangat lirih.

Ibra terdiam.

Apa maksudnya, dia takut hujan?

"Oke, tenang! Bentar lagi reda kok"

Sedetik kemudian mereka terdiam. Termenung oleh pikiran masing-masing.

Ucap Ibra tadi cukup membuat hati Azura tenang. Azura sudah bisa mengatur emosinya saat ini.

Tangan yang menggengam erat Azura kini sempat dia pandang. Dipergelangan tangan itu ada gelang hitam dengan huruf IB tergantung disana.

IB? Mungkin itu dari namanya. IBRAHIM.

Senyum Azura mulai mengembang saat gelang putih juga ikut melingkar dipergelangan itu. Gelang putih miliknya yang sempat dibawa paksa oleh Ibra.

Azura berniat untuk membenahkan posisinya. Baru saja kepala yang semenjak tadi bersender mau dia angkat, Ibra menahannya. Mengembalikan diposisi itu kembali.

"Pegel juga Bra kalo kayak gini terus" jelas Azura.

"Kira in masih nangis"

Senyum Ibra lalu membiar Azura memperbaiki duduknya.

Akhirnya Azura pun ikut tersenyum kearah Ibra.

Cekrekk...

Suara pintu terbuka.

I A M - must not injuredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang