“Kaaak, Guan bel—eh?”
Seorang laki-laki dengan tinggi yang melebihi ambang batas kewajaran tiba-tiba selonong masuk ke dalam apartemen Silvia sembari membawa sebuah tas kertas belanjaan dengan merk yang sekali dilihat pun kelihatan harganya.
Wajah yang tadinya cerah sumringah mendadak berubah terpanah saat maniknya malah bersirobok dengan sosok laki-laki tanpa baju atas yang baru keluar dari kamar mandi.
“SIAPA LO?! NGAPAIN DI RUMAH KAKAK GUE?!” Bentak Guanlin sambil menunjuk, mendelik horror pada sosok yang ia lihat sekarang.
Orang yang diteriaki pun jadi ikutan mendelik, kaget. “G-gue—”
Silvia yang masih tidur di dalam kamarnya pun jadi terbangun secara paksa karena suara teriakan dari arah luar.
Dengan mata terpejam ia duduk di atas kasurnya, kemudian turun dan berjalan menuju pintu. Siap untuk mengomeli siapapun yang barusan menghancurkan mimpi indahnya—kencan dengan Dowoon, iya drummernya Day6.
Ia buka pintu kamarnya, dengan sangat terpaksa membuka kedua matanya. “Kalian ngapain sih rib—ASTAGFIRULLAH!! LO BERDUA NGAPAIN PADA MAIN GULAT DI SINI SIH?!” Hebohnya saat melihat adiknya dan Hangyul sudah tergeletak di atas lantai ruang santai dengan Guanlin sebagai posisi pengunci dan Hangyul yang terkunci.
“T-t-to-to-long!” Rintih Hangyul karena lehernya sekarang sedang dipiting oleh Guanlin.
“Tolong, tolong! Diem lo cabul!” Seru Guanlin, malah makin mengeratkan pitingannya.
“S-Sil— K-k— hiiiikkk—” Hangyul hampir kehabisan napas.
Silvia menepuk jidat, sekarang keadaan dia sudah benar-benar sadar sesadar sadarnya. Buru-buru ia mendekat dan menarik Guanlin agar melepaskan Hangyul.
“Guan, lepasin! Ini temen kakak!” Katanya, menarik-narik tangan Guanlin yang menahan leher Hangyul.
“Temen apa temen?! Sejak kapan Kakak punya temen selain Bang Lucas?!” Guanlin yang masih mempertahankan pitingannya.
“Ya Allah, Guan... Jangan bikin kakak ngegeplak kepala kamu ya!”
Lalu dengan begitu Guanlin melepaskan tangan dan kakinya dari tubuh Hangyul. Bangkit berdiri membiarkan Hangyul yang hampir meregang nyawa tergeletak lunglai di atas lantai.
“Kamu ngapain ke sini?” Tanya Silvia ke adiknya.
“Tuh,” Guanlin menunjuk tas belanja yang tadi sempat ia lempar ke pojok ruangan sebelum menyerang sosok Hangyul. “Guan beliin Kakak baju, biar Kakak gak pakai baju kaya gini terus. Kek gembel aja.”
Satu geplakan mendarat keras di kepala Guanlin. “Main ngatain gembel!” Marahnya, padahal lusa kemarin dia nyebut dirinya sendiri gembel di depan Hangyul dan Yohan. Tapi sekalinya dikatain gembel malah marah.
“Sakit ih, Kak!” Protes Guanlin.
“Minta maaf kamu ke temen kakak.” Titahnya menunjuk Hangyul yang masih tak menyangka kalau barusan dia setengah perjalanan menjemput ajal.
Guanlin merunduk melihat Hangyul, kemudian kembali melihat si kakak. “Ini beneran temen Kakak? Bertato gini?” Tanyanya tak percaya.
“Iya, buruan minta maaf.”
Laki-laki itu kembali merunduk, memperhatikan Hangyul dengan lamat dan cukup lama, namun kemudian melengos dan malah memilih berjalan pergi.
“Orangnya aja masih teler begitu, Guan mau ke kam—”
Mulut Guanlin kembali bungkam. Dia yang hendak berjalan menuju kamarnya kontan berhenti di tempat saat pintu kamarnya ada yang membuka dari dalam, lalu menampilkan sosok laki-laki asing lain yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWA SEHARI ✓
Fiksi Penggemar❝Lo tau gak di mana gue bisa sewa cowok?❞ Started: 5 November 2019 Ended: 6 Juli 2022 Copyright © shilaviox