“Gue nggak zina ya, Cas sama Serim!” Silvia menunjuk wajah Lucas, menegaskan ucapannya. “Semalem gue main ke rumah Serim, terus malah ketemu sama Sihun. Pas banget waktu itu gue agak setengah mabok, paginya gue baru inget semalem udah ngapain aja. Gue takut kalau si Sihun ngomong yang aneh-aneh ke Mami, bisa-bisa aset gue ditarik semua sama dia.”
“Sihun? Anak pemilik real estate yang mau dijodohin sama lo itu? Emang lo ngapain?” Tanya Lucas penasaran.
Silvia memejamkan mata, menghela napas penuh frustasi. “Gue ngomelin dia, dan gue nggak inget gue udah ngoceh apa aja ke muka dia. Gue kalau udah mabok, kan pasti uneg-uneg di hati langsung keluar. Hancur banget pasti reputasi gue di mata dia.”
Lucas mengejap. “Bukannya lo waktu itu sama Serim? Pasti dia nahan lo, kan?”
“Gue nggak inget, Cas. Yang gue ingat cuma sekilas doang.”
Lucas menggeleng prihatin. “Lagian lo udah tau mabok, kenapa nggak langsung pulang aja sih? Ngapain malah mampir ke rumah Serim? Ganjen bener. Inget, dia mantan. Lo beneran nggak ngapa-ngapain, kan sama dia? I mean... You know, lah, naninunene, dia nggak nenen ke lo, kan?”
“Lucas, sekali lagi lo ngomong kaya gitu, gue nggak akan segan buat siram muka lo pakai kopi panas.”
Lucas mengangkat tangan. “Yow, jangan gitu lah. Muka gue udah ganteng, gak perlu disiram pakai kopi, nanti gue jadi hitem manis, entar lo naksir lagi.”
Silvia memutar mata, makin lama makin jengkel dengan kelakuan sahabat satu-satunya ini. “Kulit lo dari orok juga udah begitu, mau dihitemin gimana lagi?”
“Heh, rasis ya kamu!” Lucas menunjuk muka Silvia. “Ngatain orang hitem!”
“Lo tadi yang mulai ya, Cas.” Balas Silvia malas.
“Apa?! Emang gue mulai apaan?!” Lucas dengan jiwa dramanya.
“Mulai bodoh.”
“Ha?”
“Mending lo sekarang keluar dari sini, gue mau sendirian.”
“Heeuuu.. Ya udah deh,” Lucas mendorong mundur kursinya, bangkit berdiri. “kalau gitu gue gangguin karyawan lo aja. Bye bye syantiiik~” Senyum Lucas melambaikan jemari dengan genit.
Bahkan, pas dia jalan keluar pun sambil moonwalk. Kelakuan Lucas yang makin buat Silvia geleng-geleng.
“Kok bisaaa.. gue temenan sama dia?” Gumam Silvia menutup muka.
Sampai di luar, Lucas beneran gangguin karyawan di cafe milik Silvia. Dari gangguin Hendery yang jaga kasir, ngerecokin Xiaojun yang lagi bikin kopi, dan godain Yohan-Hangyul yang lagi ngelayanin pembeli.
Bisa kita lihat di sini siapa yang ganjen. Ya, Lucas.
Lihat deh, sekarang si raksasa malah lagi gangguin Hangyul, senggol-senggol lah, colek-colek ketek dia lah, hhh... Definisi ganjen tingkat kuadrat dikali akar sepuluh ribu.
“Lo ngapain sih? Minta gelas bekas pelanggan? Nih.” Sodor Hangyul ke Lucas.
Lucas membuat muka jijik. “Ewh, apaan sih? Kuman.”
“Kuman, lo sendiri kaya kutu rambut. Bikin gatel.”
“Wah, misuh!” Lucas melotot, menunjuk Hangyul sambil berjalan termundur ke belakang.
“Siapa yang misuh sih?!”
“Barusan! Barusan lo bilang gatel!”
“Gue bilang 'gatel'! Kuping lo tuh jarang dibersihin! Badan doang gede, tapi bersihin kuping gak bisa!”
“Heh heh heh! Lo berdua ngapain sih?!” Yohan datang melerai. “Dilihatin pelanggan tuh!”
“Ini nih! Si kukang duluan yang mulai!” Tunjuk Hangyul ke Lucas.
“Apaan sih?! Kok gue??” Bantah Lucas.
“Bodo amat siapa yang duluan. Gyul, mending ini gelasnya buruan lo bawa ke dapur, biar gue yang urusin dia.”
Hangyul menatap sinis Lucas. “Curiga gue sama lo.”
Lucas juga ikutan sinis. “Curiga apaan??”
“Curiga kalau lo suka sama cowok.” Jawab Hangyul lantas membawa pergi nampan berisi gelas kotor ke arah dapur.
Pas Hangyul jawab begitu, Lucas udah mau maju buat nyakar Hangyul, tapi keburu ditahan sama Yohan. “Udah sih ah, si Hangyul kalau bercanda emang suka kaya gitu! Santai aja sih!”
◦◦◦◦◦
Saturday, May 2, 2020
NOTE:
Lucas as Abang Saleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWA SEHARI ✓
Fanfiction❝Lo tau gak di mana gue bisa sewa cowok?❞ Started: 5 November 2019 Ended: 6 Juli 2022 Copyright © shilaviox