“OH MY GOD! YOHAN?!”
Silvia, Hangyul dan Yohan refleks menoleh ke arah sebuah meja di dalam cafe.
Sebelah tangan Silvia terangkat, menunjuk sosok kawannya yang sudah buat Silvia mengadopsi duo YoHangyul.
“Loh? Dev? Se—”
Baru Silvia mau menegur, tapi Yohan sudah keburu lari menuju dapur. Tapi sialnyaaa... Lucas juga baru keluar dari dapur, jadinya ya bayangin aja ada seorang raksasa nyeruduk raksasa lainnya. Ya, Yohan nyeruduk Lucas sampai Lucas mundur dan balik masuk lagi ke dalam dapur.
“Yohan!” Devi sudah heboh sendiri, dia dari kursinya lantas lari menuju dapur mengejar Yohan, tapi langsung ditahan oleh Silvia.
“Mau kemana heh? Dapur cuma buat karyawan.” Cegatnya merentangkan kedua tangan.
“Sil, itu yang tadi namanya Yohan, kan? Cowok yang dari itu kan, itu loh, mana sih? Itu loh, ODG! Iya, kan?!”
“Odiji odiji apaan sih? Sana duduk, makanannya udah lo bayar, kan?”
“Iiiih, ODG, Siilll! One Day Guy Hotline itu loh! Kemarin gue mau sewa Yohan lagi, tapi cowok di sana tinggal 48, pas gue cari nama Yohan juga nggak ada. Yang tadi Yohan, kan??”
“Bukan, itu Joseph. Salah orang lo. Dia karyawan gue, bukan orang odiji.”
“Kalau emang bukan Yohan, terus itu kenapa dia lari??”
“Kebelet, mau pup. Duduk sana.”
“Iiiih! Seriusan gue, Sil!” Ngotot Devi.
“Gue juga serius, Bos. Duduk sana, lanjutin makan terus pergi.”
“Lah? Pelanggan kok diusir?!”
Silvia memutar mata. “Bukannya ngusir, tapi kalau makanan lo udah habis ya harusnya lo pergi. Ngapain juga di sini terus? Kecuali kalau makanan lo udah habis terus lo mau pesen lagi juga gapapa.”
Kepala Devi menoleh, kini menatap Hangyul yang masih di tempatnya, memperhatikan situasi.
“Lo Hangyul, kan??” Tunjuk Devi ke Hangyul.
Hangyul hanya mengejap, reaksi dia jauh lebih tenang dibandingkan dengan Yohan. Dia menggeleng. “Bukan. Saya Hasan.”
“GOD! Terus kenapa muka kalian semua harus sama kaya yang di ODG?! LO NEMUIN KARYAWAN KAYA GINI DI MANA SIH, SIL?! KASIH TAU GUE KEK! GUE JUGA MAU—”
Silvia langsung menepuk bibir Devi yang sudah mangap-mangap sampai buat hujan lokal.
“Biasa aja dong. Mereka sendiri yang dateng. Sana.” Balas Silvia, memutar badan Devi dan mendorong si kawan agar kembali ke tempatnya.
“Selamat menikmati, habis makan langsung—”
“MATI! OMYHUT! SILPIIIIIIIIII!”
Silvia meraup wajah, menahan rasa frustasi. Sekarang apa lagi coba itu si Lucas sampai teriak-teriak?
Silvia memutar badan, berlari ke arah dapur dengan Hangyul yang mengekor di belakang.
“Kenapa sih, Cas?! Apa yang mati?!” Emosi Silvia karena capek dari tadi masalah nggak ada yang kelar-kelar.
Lucas dan Yohan dengan mata berkaca-kaca, mereka menoleh. “Ikan lo, Sil. Ikan cafe, Sil, matiiiiii...!” Tunjuknya ke aquarium di meja dekat tempat karyawan istirahat.
“Kalau ikannya mati ya tinggal beli lagi. Kalau enggak mau ikannya mati lagi ya nggak usah beli. Gitu aja kenapa pakai teriak-teriak sih, Cas? Cafe gue jadi kaya hutan, anjir.” Omel Silvia dengan kekesalan memuncak hingga ke ubun-ubun.
“Kita harus kuburin ini.” Ucap Yohan serius.
Dengan rasa simpati yang teramat sangat, Hangyul menepuk-nepuk bahu Silvia. “Harap bersabar, nggak semua orang ganteng otaknya dipergunakan secara bijak.”
◦◦◦◦◦
Saturday, February 8, 2020
NOTE:
Anjir... Nganggur sebulan, cerita mana lagi nih yang nganggur? Kayanya banyak deh :')
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWA SEHARI ✓
Fanfic❝Lo tau gak di mana gue bisa sewa cowok?❞ Started: 5 November 2019 Ended: 6 Juli 2022 Copyright © shilaviox