✍️ enam belas

821 173 19
                                    

“Heh, Gyul, lo jangan gitu dong!” Omel Yohan memukul punggung Hangyul, buat yang dipukul punggungnya langsung menoleh, menatap tajam dia yang duduk di atas kasur.

“Apa sih? Pukal pukul, lo pikir gue samsak?” Balas Hangyul, lumayan sewot.

“Sikap lo ke Silvi, kontrol sedikit kek, jangan kaya gitu banget ke dia. Dia yang udah nolongin kita keluar dari “sarang walet”, sekarang lo malah sikapnya ketus begini sama dia.”

Hangyul mendecak. “Ya terus mau lo gue bersikap gimana ke dia, hah?”

“Lo sendiri punya alasan nggak bersikap begini ke dia? Kalau nggak ada, mending lo stop aja, jangan gini terus. Pertama, kita sekarang masih tinggal di rumah dia, nggak baik dan nggak bagus juga kalau lo bersikap ketus ke dia, bisa bikin suasana jadi canggung. Kedua, kita juga kerja di tempat dia, itu artinya kita juga harus tau diri.”

Kedua alis Hangyul hampir bertaut, tanda tak menyukai ucapan Yohan, namun Yohan dengan cepat menangkap dan menambahkan. “Oke oke, mungkin lo nggak semiskin gue, tapi seenggaknya nih, lo bisa, kan menghargai pertolongan dia ke kita? Tau diri juga karena sekarang kita jadi salah satu pegawai di cafe punya dia.” Jelas Yohan, hati-hati dengan setiap nada ucapannya.

“Kemarin juga bukannya dia yang nyewa lo? Kalau seandainya nih, seandainya aja dia nggak mampir ke situs ODG, dan nggak nyewa lo, apa lo pikir kita sekarang bisa ada di sini? Bebas dari kurungan orang-orang nggak tau gimana caranya gaji karyawan mereka? Gyul, tanpa adanya Silvi yang muncul di depan kita, terutama di depan lo, kita nggak akan bisa menghirup udara luar seleluasa ini. Jadi, please, tolong lah, Gyul..” Yohan menatap memelas mata Hangyul, kedua tangannya saling menggenggam di atas pangkuan.

Hangyul merapatkan bibir sebentar, kemudian menendang selimut di atas kakinya agar menyingkir. “Gue keluar sebentar.” Ucapnya seraya bangkit berdiri dari kasur lipatnya.

Mata Yohan membulat, bingung. “Heh, lo mau kemana?? Ini udah mau jam dua belas!”

“Keluar.” Cuek Hangyul, mengambil jaket hoodie dan memakainya. Tanpa mau mendengar protes lainnya dari Yohan, Hangyul pun membuka pintu kamar, namun ketika dia hendak berjalan menuju pintu apartemen, dia malah menjumpai sosok Silvia yang juga baru keluar dari kamarnya dengan pakaian yang lumayan rapi. Yang jelas sekali langsung buat Hangyul mengernyitkan dahi.

“Lo mau kemana?” Begitu tanyanya kepada Silvia, mata memperhatikan penampilan Silvia dari atas hingga ke bawah.

“Bukan urusan lo. Lo sendiri mau ke mana? Penampilan udah kaya pengangguran aja dari atas sampai ke bawah setelan training semua.” Kritik Silvia akan pakaian Hangyul, seolah tak sadar kalau dirinya sendiri sebelum ada Yohan dan Hangyul selalu berpenampilan yang sama seperti Hangyul ketika sedang di rumah.

“Mau keluar, nyari angin.” Jawab Hangyul, tumben sekali orang satu ini tak menjawab pertanyaan Silvia seperti ingin mengajak debat.

“Jam segini nyari angin? Nyari masuk angin iya.”

“Lo sendiri juga mau keluar, kan? Nggak takut masuk angin?”

“Seenggaknya gue keluar pun ada yang jemput, jelas tujuannya mau ke mana.”

Sebelah alis Hangyul terangkat tinggi, curiga. “Lo mau ketemuan sama pacar lo itu lagi? Oh, atau sama Sihun?”

Mata Silvia kini yang memincing. “Pacar apaan? Mantan.” Tegasnya. “Siapa juga yang mau ketemu Sihun? Udah ah, lo kalau mau keluar nyari angin ya udah silahkan, tapi balik-balik ke sini jangan sambil mabok.” Titah Silvia, menunjuk wajah Hangyul dengan ekspresi seriusnya.

“Gue nggak kuat minum, jadi nggak usah mikir gue sekarang mau pergi keluar cuma buat mabok.” Ketus Hangyul, wajah kerasnya kembali terlihat.

“Bagus deh. Gue keluar duluan, lo di sini, tunggu lima menit, baru habis itu lo keluar.”

“Emang kenapa kalau bareng?”

“Ya nggak kenapa-napa, gue nggak suka aja berduaan sama orang. Gue pergi.” Silvia mengangkat tangannya, lalu dengan dengan langkah cepat berjalan menuju pintu apartemen dan keluar meninggalkan Hangyul sendirian di tempatnya.

Hangyul sendiri pun hanya menurut saja dengan ucapan Silvia, tapi jelas, dia menunggu sambil menggerutu.

“Yi nggik kinipi-nipi, giwi nggik siki iji birbiwiin simi iring. Jih, emang dia apaan? Jin? Tsh.”

◦◦◦◦◦

Thursday, August 27, 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thursday, August 27, 2020

NOTE:

HAPPY 1ST ANNIVERSARY BUAT X1 🤗💞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY 1ST ANNIVERSARY BUAT X1 🤗💞

SEWA SEHARI ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang