✍️ delapan belas

558 123 11
                                    

Daerah tempat Silvia membuka cafe sebenarnya bukan daerah sembarangan. Area tersebut merupakan area milik Choi Siwon alias Simon Choi. Orang-orang yang mendirikan toko ataupun kedai di sana harus menyewa tanah dari salah satu orang paling disegani dalam dunia gangster tersebut.

Kalau kebanyakan orang mengenal Choi Siwon sebagai usahawan sukses dan terkenal, maka di belakang sana Choi Siwon lebih dikenal dengan sebutan Simon. Banyak yang takut dengan sosok Simon meskipun hanya beberapa orang tertentu saja yang tahu bagaimana rupa asli si Simon ini. Bagaikan Voldemort, banyak orang yang sekali mendengarkan namanya disebut saja sudah langsung ketakutan bahkan sampai terkencing-kencing.

Suasana area kekuasaannya pun tampak seperti suasana area umum lainnya. Semua orang bisa masuk ke area sana karena memang sengaja dibuat seperti itu agar kesannya tak begitu mencolok.

Meskipun tak mencolok, namun sepertinya Hangyul mulai mencium sesuatu yang aneh di tempatnya bekerja sekarang. Awalnya sih dia biasa saja, tapi ketika dalam seminggu tiga kali dia melihat orang yang sama datang dan memesan makanan yang sama dalam porsi yang banyak lumayan buat Hangyul mengernyitkan dahi.

Dan makin mencurigakan lagi karena hari ini tiba-tiba Silvia datang menghampiri orang berbadan besar tersebut dan menyunggingkan senyum aneh pada si lelaki. Hangyul yang sedang sibuk membersihkan sebuah meja juga jadi makin penasaran dengan siapa sosok manusia berotot tersebut. Dan ketika dia sedang sibuk memperhatikan laki-laki aneh tersebut dan Silvia, eh si laki-laki malah sekilas meliriknya tanpa ekspresi, buat Hangyul meremas kain lap di tangannya dan berputar untuk kembali ke dapur.

“Sialan, dia ngapain ngelihat ke arah gue?” Gerutunya melempar si lap ke atas nampan yang dia bawa.

Silvia berdiri di depan meja, agak merunduk dan tersenyum pada Shownu. “Abang ngapain di sini? Disuruh siapa? Kenapa ke sini terus? Mereka berdua urusanku, bukan Abang.”

Shownu mendongak, tersenyum manis seperti anak kecil lalu melirik Hangyul yang berada jauh di belakang Silvia tanpa ekspresi dan kembali memandang Silvia dengan senyum yang membuat wajahnya terlihat manis seperti anak kecil. “Ketua yang nyuruh. Katanya kamu punya dua calon di sini, terus dia minta buat aku lihat mereka.”

“Tapi gak usah semencolok ini. Tiga kali seminggu ke sini, semua makanan dipesen, bisa bikin mereka curiga tau gak.”

Shownu terkekeh pelan. “Yang satu kayanya udah curiga tuh.”

Dahi Silvia mengernyit. “Yang mana?”

Shownu menggerakkan dagu, menunjuk meja terakhir yang dibersihkan oleh Hangyul. “Yang tadi bersihin meja di sana. Kayanya dari dua kali aku dateng ke sini dia udah mulai curiga.”

Silvia mendecak pelan. “Dari awal sebenernya aku udah awas banget sama dia. Gak tau kenapa aura dia mirip kaya Bang Hyungwon. Dia seolah bisa baca situasi, makanya tingkahnya sekaku itu, bikin orang yang deket sama dia jadi gak nyaman secara sengaja.”

Shownu menopang dagu. “Kalau gitu bagus dong? Kita juga butuh orang yang bisa baca situasi, jadi bisa diajak waktu ada diskusi penting sama tugas lapangan.”

“Karena feeling dia kuat makanya agak susah deketin dia. Aku aja gak yakin bisa bawa dia masuk atau enggak. Semua yang masuk harus berdasarkan sukarela, bukan karena paksaan. Percuma kalau kita maksa orang masuk, mereka nggak akan bisa tulus terus sama kita.”

“Nyari orang emang susah, tapi kalau sampai bisa ngurung mereka tanpa ada perlawanan kaya yang kamu lakuin sekarang kan juga gak gampang. Katanya mereka tinggal di apartemenmu? Pas mereka baru tinggal juga kamu katanya nelpon si Guan buat mampir ke sana?”

Silvia menarik kursi di sebelahnya, kemudian duduk dan melipat kaki. Matanya lurus memandang sosok Shownu. “Kalian masih tugasin Bang Taeil buat awasin rumahku?”

SEWA SEHARI ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang