Hari ini kepala Silvia benar-benar pening. Harusnya masalah semalam tak perlu ia pikirkan hingga seperti ini, toh Sihun juga batal bukan dijodohkan dengan dirinya? Harusnya ya Silvia tak perlu khawatir.
Tapi, makin Silvia pikir, makin Silvia ingat kalimat macam apa saja yang sudah ia lontarkan kepada Sihun.
“Gue tiap minum kenapa berubah jadi suka asal jeplak siiiih?! Malu gue malu!! Muka gue beneran hilang di depan Sihun! Biadab bener ini mulut!” Gerutunya lalu menampar bibir sendiri.
Untung Silvia punya kamar mandi pribadi di ruang kerjanya, kalau tidak, mungkin sekarang dia sedang mengomel sendiri di depan cermin toilet khusus pelanggan dan dilihatin beberapa orang yang kebetulan berada di dalam toilet bersama dirinya.
“Bos?”
Silvia menoleh ke arah pintu kamar mandi yang tertutup setelah mendengar suara dari luar.
“Bos?? Bos!!”
“Sial, si Hendery bisa santai sedikit nggak sih manggilin orang? Dipikir dia lagi di hutan apa gimana?!” Gerutunya lagi sembari berjalan menuju pintu.
“Bos—”
“Kenapa?” Potong Silvia setelah membuka pintu kamar mandi.
Hendery menoleh, lalu menyengir keledai. “Udah jam tutup, Bos nggak pulang?”
Silvia mengernyit. “Ha? Emang sekarang jam berapa?”
“Jam sepuluh...” Mata Hendery memincing, entah kenapa ingin saja mengecek keadaan atasannya. “Bos sehat, kan?”
“Sehat. Kamu kalau mau pulang ya pulang aja, tapi itu, tolong bilangin ke Yohan sama Hangyul buat tunggu di depan.”
“Siap, Bos! Kalau gitu, saya pamit, permisi~”
Hendery undur diri, beneran jalan mundur sampai keluar dari ruang kerja Silvia. Pas menutup pintu pun dia malah dengan percaya diri menarik si ganggang pintu sambil moonwalk.
Silvia menghela napas, kemudian memejamkan mata untuk menstabilkan pikirannya. “Fokus, Sil, fokus. Dari tadi sibuk mikir sampai nggak inget waktu begini.”
Dia berjalan menuju mejanya, mengambil jaket dan juga tasnya untuk dibawa pulang.
“Sini, biar gue aja yang gembok.” Kata Yohan mengambil alih kunci yang baru saja Silvia keluarkan dari tasnya.
Silvia bergerak mundur, menyingkir dari pintu cafe. Matanya bergerak memandang Hangyul yang tampak berdiri santai memandangi jalan raya dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku jaket yang pemuda itu kenakan.
“Hangyul.” Panggilnya, yang tak butuh waktu lama langsung mendapat tolehan dari Hangyul.
“Kenapa?”
“Gapapa, ngetes kuping.” Balas Silvia dengan wajah datarnya.
Hangyul mendecih, lalu kembali melihat ke arah jalan raya. “Gak jelas.” Ucapnya dengan suara yang bisa didengar oleh Silvia.
“Sil,” Silvia menoleh, ada Yohan yang mengulurkan kunci cafe kepada dirinya. “nih, udah gue gembok.” Senyumnya.
Silvia menerima si kunci, lalu menggenggamnya erat. “Kalian berdua udah kenal sebelum masuk ODG?”
Yohan mengejap-ejap, Hangyul menoleh.
“Kenapa jadi bahas agensi bangsat itu lagi?” Balas Hangyul.
“Gue bahas kalian, bukan ODG-nya.”
“Enggak. Gue sama Hangyul baru kenal pas udah masuk di sana.” Jawab Yohan.
“Kok bisa deket?” Tanya Silvia, menatap Yohan.
Yohan tersenyum kecil. “Sepantaran, jadi gampang deketnya.”
“Bisa gitu?” Tanya Silvia tak percaya.
“Bisalah. Kaya kita bertiga sekarang nih, karena umur kita nggak jauh beda, kita bisa kumpul begini, kan?” Jawab Yohan, tersenyum lebar.
“Kumpul karena terpaksa.” Celetuk Hangyul. “Ini cafenya udah dikunci, kan? Ayo cabut, dingin gini di luar.”
“Dingin, dingin banget. Kaya lo.” Sambung Silvia, sedari tadi tatapan datarnya tak pernah berubah.
“Lo pikir gue freezer dingin? Ayo buruan pulang, Yo, ayo.” Ajaknya ke Yohan.
“Bareng bertiga lah, Gyul. Kita kan numpang di rumah Silvi.”
“Ya, terserah lo, gue duluan, bye.” Ketus Hangyul berbalik dan berjalan pergi terlebih dahulu.
Yohan mendesah pelan melihat tingkah Hangyul, lalu melirik tak enak kepada Silvia yang mana makin menajamkan tatapannya kepada sosok Hangyul yang sudah berjalan pergi tersebut.
“Maafin Hangyul, ya? Dia emang suka kaya gitu, tapi aslinya dia baik kok.”
“Ya, terserah.”
◦◦◦◦◦
Wednesday, June 3, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWA SEHARI ✓
Fanfiction❝Lo tau gak di mana gue bisa sewa cowok?❞ Started: 5 November 2019 Ended: 6 Juli 2022 Copyright © shilaviox