.
.
.
.
.
.
.~ Happy Reading ~
“Ayah, bunda”, Jungkook yang menyadari orang tuanya sudah datang langsung tersenyum sumringah.
“Akhirnya kalian datang. Aku akan mati kebosanan disini karena sendirian. Aku juga sebal tidak bisa masuk sekolah dan klub melukis hari ini, padahal kan ingin sekali masuk”, lanjutnya dengan muka cemberut tapi tidak ada yang menanggapi ucapannya itu. Ia mengernyit heran.
“Ada apa dengan wajah kalian? Kak seokjin, kau membicarakan apa dengan ayah bunda sebenarnya? Kau memberitahunya tentang aku yang suka jahil padamu ya? Uh..kau ingin mereka memarahiku karena itu? Loh tapi kan-..”,
“Jungkook-..”, sela seokjin pelan
“Aku lebih suka dipanggil kookie kaaak”, oh jungkook mulai merajuk.
“Jungkook dengarkan aku ?!”, ucap seokjin disertai tatapan seriusnya dan Jungkook malah membalasnya dengan tatapan menantang.
“Apa? Kau mau membicarakan tentang kencan-“,
“Jungkook jangan bercanda !!”, ucap seokjin sedikit berteriak. Jungkook seketika terdiam.
Dan ia menyadari sepertinya ada hal penting yang memang harus dibicarakan. Jungkook menghela nafas, percuma jika dirinya berniat bercanda dan menghibur ketika situasi memang tidak mendukung sekitarnya.
“Baik. Ada apa?”, ucap jungkook tenang.
Setelah menata kalimat yang benar dan mudah dipahami oleh jungkook, seokjin dokternya itu pun menjelaskan secara rinci mengenai kondisi tubuhnya saat ini dengan orang tua jungkook yang berada disamping kanan kirinya mengelus kepala dan bahunya bergantian.
Jungkook Pov
Kak seokjin akhirnya membicarakannya denganku. Kupikir inilah yang mereka bicarakan tadi, pantas saja ayah bunda terlihat lesu dan matanya merah menahan tangis sejak mereka masuk kekamarku. Dengan penjelasannya itu, aku bisa menyimpulkan sesuatu.
“Intinya..jika aku tidak memasang alat ventilator itu pada tubuhku, aku tidak akan bisa bertahan lebih lama?”, ucapku dengan senyum kecil. Lebih tepatnya miris.
Kabar seperti ini entah kapan akan sampai ditelingaku, dan ternyata hari ini. Aku tidak boleh marah, kecewa atau apapun itu kan? Aku harus tegar untuk semua orang disini. Aku harus menerimanya.
“Dan jika memilih memakai alat itu, aku tidak akan bisa bicara lagi?”,
Brakk
Spontan aku menoleh kearah sumber suara. Pintu yang dipaksa dibuka menampilkan seorang lain yang kutunggu sejak tadi. Aku tersenyum menyambutnya tapi yang kudapat adalah tatapan tajam darinya dengan mata yang berkaca-kaca. Jangan lupakan dadanya yang naik turun terengah-engah, kupikir dirinya habis marathon untuk sampai ini.
“Kak Suga, sudah datang ?”, ujarku masih dengan tersenyum. Tidak membalas ucapanku ia malah melengoskan pandangannya ke arah lain.
“Kau..”, kak Suga menatap marah pada kak seokjin yang berdiri tak jauh dari ranjang rumah sakitku ini.
“Kenapa memberitahunya tentang itu?”, tatapannya kian menajam. Kuperhatikan kak seokjin menundukkan kepalanya, mungkin terlalu bingung harus menanggapi bagaimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Fine [SugaKookie] ✓
Fiksi Penggemar~Complete End~ Aku tidak bisa membaca pikiranmu, jadi kemarilah..datang padaku dan katakan, aku akan dengarkan. . . . . . "Aku..ingin menyerah",