3.
"Aku tadi tidak melihat ada Harry Potter di peron? Benar tidak?"
"Aku juga. Berarti memang tidak ada. Aku malah sempat berpapasan dengan Hermione Granger. Astaga dia cantik sekali-"
"Lalu kenapa? Bukannya putra pertamanya masuk Hogwarts tahun ini?"
"Iya juga. Tapi-ah, yang diberita itu mungkin masalahnya.. Harry Potter kan, punya seorang putra lagi yang sedikit-kurang waras."
"A,h yang itu.. aku sudah melihatnya juga saat kebetulan di St. Mungo. Dia berteriak-teriak seperti orang gila!"
"Anak seperti itu kan, mempermalukan saja. Mungkin keluarga Potter malu jika harus membawanya ikut kemari."
Dan suara-suara sumbang tentang keluarga Potter terus bersahutan. Terdengar jelas oleh telinga James dari balik pembatas kompartemen kereta yang ia tempati. Hingga suara lain kembali berkata jauh lebih menyakitkan.
"Begitulah kalau orang terkenal kemudian punya-aib. Kasihan. Malunya satu keluarga."
Sebagai sepupu terdekat James, Fred Jr merasakan kekacauan pada diri James hari ini. Mungkin karena memang suara-suara dari kompartemen sebelah terus mengobrol tentang keanehan yang disadari banyak orang. Tentu saja, hari ini semua penyihir tahu jika putra pertama Potter akan masuk di tahun pertamanya. Daily Prophet sudah sempat memuat berita itu ketika James dan Harry tertangkap awak berita datang ke toko Olivander untuk membeli tongkat. Sehingga banyak penyihir berspekulasi mereka akan bertemu dengan sang pahlawan di peron 9 ¾ awal September ini. Namun nyatanya, tidak ada satu keluarga Potter yang datang selain James sendiri yang akan berangkat.
"Lupakan saja, Jamesie. Yang mereka bicarakan itu-"
"Semuanya benar."
Potong James masih tak ingin melepaskan pandangannya ke luar jendela. Sungai-sungai di luar sana terlihat begitu luas dengan hutan-hutan pinus yang lebat. James sudah sangat jauh dari rumahnya sekarang. Berpisah dari keluarganya yang tidak ada satu pun yang ikut mengantarkannya hari ini. Terlepas dari kebaikan Bibinya yang telah bersedia mengantarnya hingga masuk ke kereta. Sementara keluarga intinya tidak. Sama sekali tidak.
Duduk di sebelah Fred Jr, Louis, hanya memilih tak mau ikut berbicara. James benar-benar kacau. Akan sangat sulit jika sudah diajak bicara dan masuk terlalu jauh tentang masalah internal keluarnya.
"Fred, jangan bercanda." Pesan Louis.
"James. Tenanglah, mereka hanya belum tahu apa yang sebenarnya terjadi di keluargamu. Uncle Harry sudah dikenal luas oleh banyak masyarakat sihir di Inggris ini. Mereka akan tetap menghargai ayahmu dan juga keluargamu lepas dengan bagaimana keadaan Albus sekarang."
Sontak James melihat ke arah Fred Jr yang terus saja berkutbah tentang masalah keluarganya. "Kau tahu apa, Fred?" suara James dingin sekali. Louis menepuk dahinya seolah berkata, 'apa kataku, Fred!'
"Aku peduli padamu, James. Aku hanya ingin kau berkonstrasilah saja dengan Hogwarts dan biarkan Albus dijaga oleh orangtuamu."
Hanya itu saja yang sebenarnya harus James ingat. Di dunia ini ia pun harus berjuang untuk hidupnya juga. Jika ia mampu untuk kuat, masalah seperti kondisi adiknya itu tidak akan jadi beban berat. Ini tahun pertamanya. James tidak mau menjadi pecundang karena terus mendengar ocehan banyak penyihir tentang keluarganya. Dan yang perlu digarisbawahi, tentang adiknya yang kurang waras.
"Setidaknya kau punya masalah sendiri nanti ketika kastil Hogwarts telah kita tapaki bersama-sama." Fred Jr menepuk tiga kali pundak James penuh keyakinan. Cerita panjang mereka akan segera dimulai di Hogwarts.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
FanfictionMasa depan Albus Potter hancur. Ia disebut gila setelah mampu bertahan dari siksa mantera yang bisa membunuhnya di usia muda. Semua orang memandang hidupnya tak berguna. Kecuali Scorpius Malfoy, datang sebagai sahabat meski katanya... mereka tak lay...