10. Jujurlah

475 54 9
                                    

Sekeliling mereka terasa begitu dingin. Tembok yang menjulang, tanaman hijau yang dipangkas kaku, dan batu-batuan sepanjang tapak menuju ke arah pintu. Harry rasa rumah di hadapannya ini tidak seseram pendahulunya. Di mana ketika penyekapan itu terjadi. Puluhan tahun lalu.

"Are you-"

"Ya." Albus yakin.

Harry tak enak. Mereka datang ke rumah keluarga Malfoy tanpa memberitahu terlebih dahulu. Kejadian di the Burrow yang membuat Albus kecewa memaksa mereka berakhir di sini. Gemetar tangan Albus ia sembunyikan di sela jaket hangatnya. Natal pertama yang bisa ia nikmati di kala sehat tidak berjalan seindah yang dibayangkan. Dan mungkin, jika ia ada di rumah Scorpius hatinya akan lebih tenang.

"Baiklah, semoga mereka ada di rumah. Kau tidak boleh terlalu lama di luar, Al." Kata Harry sambil melilitkan syal hangat di sekeliling leher Albus. Rasanya lebih basah karena tempelan keping-keping salju yang turun.

Tiga kali Harry mengetuk pintu itu. Sedikit ragu jika Draco mau menerima putranya untuk berkunjung. Malfoy masih terlalu asing untuk bisa bersanding akrab dengan Potter.

Cukup lama mereka menunggu sampai akhirnya pintu perlahan terbuka. Draco muncul dengan baju hangat berwarna gelap. Tampak setelan rapi sebagaimana ia kenakan ketika berada di luar rumah. Pria itu menjelma menjadi lebih bersahabat meski raut wajahnya tidak sebaik itu.

"Kalian-mau apa kalian kemari?" tanya Draco lebih lama menatap Harry tajam.

"Maaf. Kami ingin-"

"Aku ingin bertemu dengan Scorpius, Sir. Aku ingin merayakan natal bersama." Terbata Albus berujar. Menunjukkan sebuah kotak kecil yang ia keluarkan dari saku jaketnya.

Draco hanya melihatnya tajam. Memicingkan matanya sejenak pada benda yang dibawa Albus lantas beralih melihat kondisi di balik punggungnya.

"Tidak bisa. Kami tidak merayakan natal."

"Malf-Draco, kami datang baik-baik." Harry mulai menunjukkan sikap terbaiknya. "Albus hanya ingin bertemu dengan sahabatnya."

"Tapi memang tidak bisa, Potter. Kami-"

Seorang wanita berambut kecoklatan keluar. Dengan kantung mata cukup gelap dan bibir mengering, ia tersenyum melihat Albus dan Harry berada di depan rumahnya.

"Hai, ayo masuk. Di luar dingin sekali. Scorpius akan senang jika tahu ada temannya yang datang," Astoria Malfoy, sang nyonya rumah berusaha menyingkirkan Draco dari pintu untuk memberi jalan agar kursi roda Albus dapat masuk.

Harry ikut mengangkat kursi roda putranya menaiki anak tangga kecil untuk masuk bersama. Namun segera Draco menahan Astoria agar tidak ikut mengangkat. Gantinya, Dracolah yang membantu Albus.

"Aku bilang kau di kamar saja. Tunggu aku kembali. Di luar dingin." Terdengar berbisik Draco pada sang istri.

Astoria hanya mengangkat kedua pundaknya. Tidak bisa dipungkiri jika apa yang dikatakan suaminya benar. Memang di luar dingin. Dirinya merasakan itu. Sebagai tuan rumah, Astoria ikut merasa tidak baik dengan tamunya. Membiarkan Harry dan Albus berlama-lama di luar sampai kedinginan. Itu jahat sekali.

Pintu semakin dibuka lebar agar Harry bisa membawa Albus masuk. Dengan senang hati Astoria lantas memutar badan suaminya untuk masuk dan memanggilkan putra mereka.

"Aku pikir aku tidak bisa berlama-lama. Nanti Albus akan aku jemput-"

Suara teriakan Scorpius terdengar begitu bahagia menyambut sahabatnya datang.

"Tidak masalah, Mr. Potter. Albus bisa diantarkan pulang oleh Draco. Biarkan mereka bermain. Sudah lama sekali Scorpius tidak sebahagia ini."

Harry melihat sendiri. Jika tidak hanya Scorpius, putranya pun begitu bahagia bersama sahabatnya. Satu-satunya sahabat yang dimiliki Albus. Dari atas kursi rodanya Albus menggangguk. Memberi isyarat jika ia akan baik-baik saja. Ya, Harry berharap jika memang itu benar.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang