16. Lagi

477 42 14
                                    

Hi, everyone! Chapter ini adalah chapter baru, yang belum pernah aku publish di FFN seperti sebelumnya. Jadi mulai chapter 16, akan di publish full sampai tamat sebelum kembali aku juga publish di FFN. Penuntasannya di sini. So, yang penasaran lanjutannya, mari di simak.

Happy reading!

======

Sosok Harry tidak terlihat di rumah keluarga Potter hingga sore. Albus dan Ginny ditemani Ron pulang lebih dahulu. Sementara Harry mencoba mengurus perihal ulah James yang memukul siswa lain hingga babak belur. Albus lebih dulu dipulangkan agar bisa beristirahat dengan cepat.

Saat itu Albus sedang setengah berbaring nyaman di sofa dengan selimut menutup separuh tubuhnya. Bruno, anjing kecilnya ikut bergelung nyaman di atas pangkuan Albus. Akhirnya mereka bertemu lagi.

Di sisinya ada Lily dan Hugo yang semangat membaca beberapa buku pelajaran Hogwarts milik Albus. Sambil sesekali menyimak cerita Albus tentang pengalamannya bersekolah. Sementara Ginny sibuk menyiapkan makan malam di dapur. Ia menyerahkan urusan anak-anak pada Ron. Ya, setidaknya sampai Harry datang.

"Minumlah, mumpung masih hangat." Ron menyuguhkan secangkir susu hangat buatannya. Lantas berlalu menuju perapian menata bara apinya.

"Em.. terima kasih, Uncle." Jawab Albus.

Melihat sang Ayah memberikan minuman untuk sepupunya, Hugo mendekat ke sisi lain Albus untuk membisikkan sesuatu.

"Kau yakin dengan susu buatan Dad, Al?" tanya Hugo dengan berbisik.

Albus memandang Hugo yang khawatir. "Yakin bagaimana?" Albus kembali bertanya.

"Em.. tentang rasanya. Kau pernah minum sesuatu buatan Daddy? Sejauh yang aku tahu, untuk urusan minuman, Daddy hanya jago menghidangkan jus botolan. Karena sudah manis dan tinggal tuang saja. Dia payah, bahkan untuk membuat kopi dari serbuk instan saja rasanya tidak enak."

Lily menutup mulutnya dengan buku agar tak terdengar suara tawanya. "Tapi susu juga tinggal tuang saja, Hugo." Protes Lily ketika dipikir pernyataan Hugo sedikit tidak masuk akal.

"Susu itu tidak manis, Lils. Dad sudah terbiasa kalau minum susu pasti akan menambahkan gula. Banyak sekali gula."

"Itu dia. Terakhir susu yang dibuat Daddymu memang... sangat manis, Hugo." Albus berusaha menjelaskan sepelan mungkin.

Hugo mengangguk paham. Tanpa bertele-tele, ia ambil gelas susu Albus dan menyesapnya sedikit. "Benar apa yang aku tebak." Ujarnya. Hugo pun menyerahkan susu itu pada Lily.

Lily menenguknya sekali. "Oh, wow," ia letakkan kembali gelas itu ke maja. "Aku sarankan jangan meminumnya, Al. Darahmu bisa bermasalah." Lily mewanti-wanti. Hugo ikut terbahak hingga Ron menoleh.

Akhirnya ia merasa juga sedang dibicarakan.

"Hey, susu ini untuk Albus! Kenapa kalian berdua seperti baru saja meminumnya?"

Hugo gelagapan. Tidak mau disalahkan seorang diri, Hugo menunjuk Lily ikut menjadi tersangka. "Lily juga minum, Dad." Protes Hugo.

"Kami hanya ingin menyelamatkan Albus, Uncle Ron. Sekaligus menyelamatkanmu... dari Mummy."

Hugo dan Lily berlari menuju dapur demi meminta perlindungan kepada Ginny. Lily berkoar tentang susu buatan Ron yang kemanisan. Akan jadi kebiasaan jika tidak ditegur secara langsung. Ron tidak bisa menyamakan dirinya dengan kondisi Albus saat ini.

"Kalau pun Albus sehat, aku juga melarangmu memberi sesuatu yang terlalu manis, Ron."

Ginny mematikan kompornya. Sepanci kecil krim jagung ia angkat dan diletakkan di coffe table seberang kabinet dapurnya. Ron mendengus tak suka. Baginya, Ginny keterlaluan menerapkan peraturan diet gula bagi seluruh anggota keluarganya. Dari awal menjaga kondisi kesehatan Harry yang memang memiliki gangguan jantung dan masalah awal dengan kadar gula darahnya.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang