9. Aku Benci Albus

555 57 2
                                    

9.

Mereka memilih menghabiskan hari di ayunan ganda halaman belakang rumah keluarga Potter. Sejak pagi Scorpius datang di kediaman Potter untuk menemani Albus. Berminggu-minggu setelah kepulangan dari St. Mungo, Scorpius makin sering datang untuk sekadar menemani Albus. Mengajaknya berbincang, bermain, atau belajar membaca dan menulis. Natal sebentar lagi. Rencanannya James akan pulang untuk pertama kalinya sejak ia berangkat dari Hogwarts September lalu. Albus mengaku bingung dengan perasaannya sendiri. Ia utarakan itu semua pada Scorpius setelah mereka tidak sengaja mengungkit tentang tradisi natal di keluarga masing-masing.

"Albus, kau seharusnya senang kakakmu pulang. Keluargamu pasti juga akan ramai. Tidak hanya Lily dan kau saja yang menemani Mummy dan Daddymu di rumah ini."

"Kau benar, tapi-"

Albus memperhatikan pintu belakang rumahnya. Di sana tampak ibu dan ayahnya yang sedang bercanda menggoda Lily sampai berteriak-teriak. Lily tidak suka acaranya merangkai pernak-pernik natal bersama sang ayah diganggu. Rupanya Ginny sedang menggoda Lily seolah anak perempuannya itu tidak boleh mengambil Harry dari dirinya. Beberapa kali Lily berteriak ketika Ginny diam-diam mencium pipi atau bibir Harry. Sembari mengiming-imingi Lily jika Ginny telah mendapatkan perhatian Harry dari gadis itu.

Scorpius ikut tertuju pada interaksi keluarga kecil di hadapannya. Memang ayahnya sering memperlakukan ibunya dengan sangat romantis. Tapi suasana hangat seperti itu terasa berbeda dibandingan bagaimana ayah dan ibu Albus begitu bahagia bersama anak-anak mereka. "Mungkin karena Mum dan Dad hanya memiliki aku saja. Jadi sepi, deh." Batinnya menyadari hal paling sederhana sebagai pembedanya.

"Akhir-akhir ini mereka tampak bahagia sekali. Aku senang melihatnya."

Tidak terasa bibir Albus tertarik menyunggingkan senyuman. "Mungkin baru kali ini senyum dan tawa lepas mereka kembali seperti dulu." ungkapnya lagi.

"Tentu saja mereka senang. Karena seseorang yang mereka sayangi sekarang telah kembali tersenyum seperti dulu. Sehat dan ceria."

Albus merasa sangat senang. "Itu semua berkat kau, Scorp. Bahkan yang aku tahu, hubungan Daddy kita bisa sedikit membaik. Yang aku dengar mereka dulu punya hubungan yang-ya, tidak seperti sahabat."

Berkat kebiasaan Scorpius bertandang ke rumah keluarga Potter, sering kali Draco pun acap kali mampir untuk menjemput Scorpius. Kalau sudah demikian, tidak nyaman jika Harry dan Draco untuk tidak bertegur sapa di depan anak-anak mereka.

"Syukurlah jika semuanya benar-benar membaik."

"Tapi tidak untuk James. Scorpius, dia.. tidak suka kalau aku-" Albus tiba-tiba terdiam. Ia tidak sanggup menceritakan semuanya pada Scorpius tentang alasan James membenci sahabatnya itu. Albus yakin jika rumor itu salah. Scorpius anak yang baik, tidak mungkin ia adalah keturunan dari sosok nista seperti Voldemort yang telah lama mati.

"James hanya satu dari sekian banyak penyihir yang-mempercayai rumor itu."

"Aku tidak!"

Pernyataan tegas Albus membuat Scorpius tertawa. Lucu sekali wajah serius Albus di matanya.

"Thanks. Kau memang baik, Albus. Aku janji, nanti ketika James pulang, aku tidak akan datang kemari. Setidaknya sampai.. tahun baru nanti." Scorpius menundukkan wajahnya. Rencana untuk merayakan natal bersama Albus pupus sudah. Ia lupa jika James akan kembali natal nanti. Dan paling tidak dia akan pulang beberapa hari sebelum natal tiba.

Diraihnya tangan Scorpius. Menggenggamnya sambil ikut merasakan kekecewaan yang dirasakan Scorpius bersama-sama. "Maafkan aku. Mungkin aku nanti yang akan ke rumahmu. Itu lebih baik jika akulah yang harus menjauhi James. Kita bisa bertukar kado natal." Tuturnya.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang