💞 CRF -18 💞

723 89 86
                                    

~bruggh

Myung Soo dan So Eun sama-sama terjatuh dari sofa, sebabnya adalah kepanikan yang tiba-tiba saja melanda Myung Soo setelah mendengar ucapan So Eun hingga ia spontan mendorong gadis itu. Naasnya, saat itu kedua tangan So Eun mencengkram kuat kaos Myung Soo, alhasil pria itu pun ikut terjatuh.

Posisi kini berbalik, Myung Soo lah yang ada di atas tubuh So Eun dan sepertinya paniknya hilang karena ia tak segera beranjak melainkan terpaku memandangi So Eun yang meringis kesakitan tapi tetap meneruskan tingkah seduktifnya.

"Ouch, appo ... Chagiya, redakan sakitku," So Eun memajukan bibirnya sedang kedua tangannya melingkari leher Myung Soo.

Myung Soo menelan ludah, tubuhnya meremang karena posisi seperti ini jelas berbahaya tapi menampik godaan terasa begitu berat hingga akhirnya bibir mereka pun menyatu dalam sentuhan.

Cumbu demi cumbu teruntai selaras dalam irama yang memendarkan gairah ke sekujur raga, mengikat bulir hasrat yang mungkin akan bermuara pada nikmat surgawi jika saja So Eun tak terkulai lalu terpejam dan itu menyentak kesadaran Myung Soo.

"Bagaimana bisa aku memanfaatkannya yang sedang mabuk," Myung Soo beringsut, diredamnya panas yang membuncah dengan guyuran air. Usai mandi, ia berusaha agar cepat terlelap.

Tapi tak semudah itu, apalagi  terus teringat dengan apa yang ia lakukan bersama So Eun tadi. "Aish, berapa suhu malam ini, kenapa panas sekali," Myung Soo pun keluar dari kamar, dibukanya pintu kulkas dan dinikmatinya hawa dingin yang menyeruak. Setelah itu ia meneguk air dingin nyaris satu botol.

Ketika melangkah kembali ke kamar, ia tolehkan kepala ke arah di mana So Eun tergeletak begitu saja tanpa alas apa pun. Kedua tangannya terentang, kaos tanpa lengan sedikit tersingkap mempertontonkan sebagian perut dan celana pendek yang dijadikan padanan  blazer sebagai busana kerjanya hari ini mengekspos kaki putih mulusnya. Melihat semua itu, Myung Soo bergidik lalu bergegas masuk ke kamar.
"Bichosso," Myung Soo mengacak frustrasi rambutnya.

Waktu terus bergerak maju tapi kedua mata Myung Soo enggan terpejam, pikirannya soal So Eun terus membuncah sulit untuk diredam. Hingga sebersit cahaya muncul di ufuk timur, Myung Soo masih tetap terjaga.

Sementara So Eun di saat itu perlahan membuka mata, ia memijiti kepalanya lalu menyadari kalau dirinya terbangun bukan di rumah ataupun apartemennya. So Eun duduk dan disapukannya pandangan ke seluruh ruangan, "Omo..."

So Eun mengingat-ingat apa yang dilakukannya sejak pulang kerja, potongan-potongan kejadian pun terangkai di kepalanya.

"Apa lagi? Tentu saja mengklaim kepemilikan atas dirimu."

So Eun terhenyak seraya memandangi sofa, mulutnya menganga, "Jinjja bichosso, aku mengatakan hal menjijikan seperti itu?" ia lalu menunduk untuk melihat kelengkapan pakaiannya, matanya membesar ketika sadar kalau blazernya sudah tak terpasang lagi.

"Pabo-ya!" So Eun memukuli kepalanya karena ingat dengan jelas bahwa dirinya sendirilah yang membuka dan melempar blazer tersebut. So Eun lalu merangkak untuk meraih blazer namun alih-alih langsung mengenakannya, So Eun justru mematung. "Apa yang terjadi selanjutnya?"

So Eun terduduk, dirabanya sebagian wajah berlanjut ke lehernya, ada kehangatan yang menjalar tetapi sedikit membuatnya bergidik. "Tidak mungkin terjadi sesuatu, kan?" pandangan So Eun kembali memendar ke seisi rumah, ia yakin tak ada yang terjadi karena ada ibu juga keponakan Myung Soo, "Keundae, kenapa sepi sekali dan kenapa aku dibiarkan tidur di lantai?"

Dengan hati-hati So Eun bangkit kemudian menyeret kedua kakinya menyusuri ruangan yang tidak lagi asing baginya, hingga tibalah ia di depan cermin yang merefleksikan penampilan kusutnya. Kian didekati cermin tersebut dan terbelalaklah kedua matanya, pekikan pun tak tertahan meluncur sempurna dari mulutnya saat melihat sesuatu berwarna merah di lehernya.

Crazy Rich Fangirl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang