Tak berlama-lama larut dalam keterkejutan, So Eun segera duduk bersimpuh dilantai sambil memeluk salah satu kaki Myung Soo. "Aku minta maaf, bukan maksudku untuk menutupi. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya padamu."
"Astaga, apa yang kau lakukan?" Myung Soo menarik So Eun agar kembali duduk di sofa tapi gadis itu mengeluarkan tenaga maksimal untuk menahan posisinya.
"Omo," seorang perawat masuk dan langsung memekik kaget, lalu berbalik keluar. "Tunggu, kenapa aku keluar? Aku kan mau memeriksa pasien," gumamnya lalu kembali masuk. "Maaf, permisi, aku mau mengecek kondisi pasien."
"S-silakan," Myung Soo sedikit terbata dan juga menahan malu karena So Eun masih juga belum beranjak dari lantai. Disaat perawat itu memeriksa ibunya, Myung Soo kembali meminta So Eun untuk menghentikan aksinya.
"Aku akan terus bersimpuh, kecuali kau janji mendengarkanku tanpa emosi."
"Kau tidak ada dalam posisi untuk menawar. Cepat bangun!" meski volume suaranya pelan, tapi nada bicara Myung Soo terdengar menyentak dan itu membuat So Eun menurut akhirnya.
Setelah So Eun duduk di sofa, Myung Soo beranjak menghampiri perawat, mengobrol sebentar dan akhirnya memilih duduk di samping ibunya.
So Eun jelas mengeluh karena Myung Soo seperti tidak mau lagi melanjutkan pembicaraan. Setelah perawat keluar, ia pun menghampiri Myung Soo. "Kenapa pindah ke sini? Bagaimana pembicaraan kita?"
"Sebenarnya pikiranku masih tidak karuan, tunda saja."
So Eun cemberut. "Jadinya malah kau yang menunda-nunda."
"Menyalahkanku? Siapa yang sebenarnya menutupi kebenaran dan menunda untuk jujur? Mencari waktu yang tepat, alasan apa itu. Pulanglah."
"Aku akan bersimpuh lagi."
"Kim So Eun!"
So Eun mundur lalu kembali duduk di sofa.
"Kubilang pulanglah."
"Aku tak mau."
"Eugh," Myung Soo kesal, akhirnya membiarkan So Eun dan kembali memandangi ibunya yang masih terlelap. Ingatan Myung Soo berputar pada masa-masa kerja keras yang dilakukan ibunya. Hal tersebut semakin membuat hatinya meringis karena sebagai anak merasa tak mampu menjaga serta membahagiakan ibunya. Padahal yang diminta ibu dihari tuanya ini hanya satu dan ujung-ujungnya demi kebaikan Myung Soo juga, hanya saja baginya permintaan itu cukup berat mengingat kegagalan telah membuatnya skeptis bisa membina hubungan baik dengan wanita. Dan ketika tanpa diduga bisa kembali membuka hati, potensi kegagalan berikutnya siap menghadang. Apalagi sejak awal Myung Soo mempertanyakan rasionalitasnya karena bisa jatuh hati pada perempuan dengan segenap tingkah ajaib yang kerap memusingkannya. Sekarang ditambah kenyataan yang membuatnya kecewa, Myung Soo pun gamang. Sangat gamang hingga tak siap mendapatkan cerita utuh terkait hobi So Eun. Apa yang sudah ia ketahui saja sudah membuat bergidik, bagaimana jika tahu keseluruhannya. Karena itulah ia menunda, terlebih sedang menghadapi situasi yang tidak enak. Kenangan, penyesalan serta ketakutan berjejal menumpuk kacau. Isi kepala Myung Soo sungguh kacau, pun dengan perasaannya.
Waktu berdetak tanpa disadari Myung Soo dan ketika sadar, ia tak lagi mendapati So Eun di sofa. "Ke mana dia, pulangkah?" tanya terlontar sembari melangkahkan kaki ke luar ruangan. Beberapa sudut ruangan departemen bedah saraf ditelisiknya tapi tak tampak sosok So Eun.
Myung Soo terus berjalan dengan pandangan awas hingga ke depan gedung rumah sakit. "Huf, aku kesal dan ingin menyingkir dulu darinya. Tapi, aku mencemaskannya."
"Huf," lagi, Myung Soo mengembus napas frustrasi. Tak lama ia pun kembali masuk ke dalam gedung rumah sakit. "Dia bukan anak kecil, tak masalah pulang sendirian. Lagipula malam belum terlalu larut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Rich Fangirl [Completed]
Fiksi Penggemardua sisi So Eun sebagai direktur tegas berwibawa sebuah perusahaan travel berbasis e-commerce dan sebagai fangirl dengan segala keabnormalannya 😂