💞 CRF -22 💞

584 82 70
                                    

Bersandar lemah pada kaca jendela, pikiran So Eun memutar beragam skenario bagaimana kiranya menyampaikan kebenaran ditengah ketakutan ditinggalkan. Bingung, So Eun sampai teringat lagi dengan usul gila yang diberikan Bo Young.

Karena sibuk dengan pikirannya, otomatis So Eun jadi diam, Myung Soo pun bertanya-tanya apakah So Eun tertidur, bahkan ia sampai menepuk lengan gadis itu karena pertanyaannya tak juga digubris.

Saat itulah So Eun terperanjat kaget, "Aku belum siap mengandung."

"Hah, mengandung?"

Plak. So Eun memukul bibirnya, "Kenapa aku sespontan ini?"

Buru-buru So Eun meralat. "Maksudku ... aku belum siap dengan kehidupan yang mengandung kesedihan dan air mata. Kata orang, cinta itu tak hanya indah tapi ada sedih di sana. Berhubung aku sudah dibuat menangis sebelumnya dan itu sangat tidak menyenangkan, ke depannya aku harap hanya ada tawa dan bahagia," jelasnya cepat-cepat, setelah itu ia kembali memukuli bibirnya, "Harus mengerem ucapan dan tindakan."

Myung Soo tak serta merta percaya, apalagi So Eun sangat pintar membuat alasan. Dalam pikiran Myung Soo, maksud ucapan So Eun tadi jelas arahnya dan ia tak salah dengar tapi jika membahas ini lebih lanjut, gadis itu pasti akan mengatainya mesum lagi. Karenanya Myung Soo tak mengonfirmasi lagi penjelasan So Eun dan lebih memilih mengomentari tingkah perempuan itu yang terus saja memukuli bibirnya. "Apa tidak kasihan pada bibirmu dipukuli terus."

"Kau kasihan? Bagaimana kalau dicium?" So Eun mencondongkan tubuh dan memajukan bibirnya.

"Apa-apaan kau ini. Aku sedang menyetir."

Tapi So Eun meneruskan aksinya padahal belum lama sejak ia mengatakan untuk mengerem ucapan dan tindakan. Aksi So Eun tersebut jelas memecah konsentrasi Myung Soo bahkan pria itu sampai banting stir tiba-tiba ke bahu jalan lalu menghentikan mobilnya."Kim So Eun!" teriaknya kesal. "Apa kau tak tahu betapa berbahayanya perbuatanmu tadi?"

So Eun tersentak karena bentakan. Gemetar melihat kilatan marah yang terefleksi dikedua mata Myung Soo. Untuk pertama kalinya So Eun mendapati Myung Soo sangat marah, benar-benar marah. Dibukanya sabuk pengaman dan So Eun pelan-pelan turun dari mobil. Ia berjongkok lalu menangis sejadinya.

Myung Soo ikut turun dan menghampiri So Eun. "Kau menangis?"

"Bahkan orangtuaku saja tak pernah menyentakku seperti yang kau lakukan tadi."

Terhenyak, emosi Myung Soo pun luruh seketika. "Tapi kau tahu kan kalau apa yang kau lakukan tadi berbahaya?" tanyanya lembut.

So Eun mengangguk, "J-josongeyo. Tak akan kuulangi."

Myung Soo mengulurkan tangan, "Bangunlah." Saat So Eun menyambut, Myung Soo segera menariknya dalam pelukan. "Maaf sudah membentakmu."

"Apakah tangisanku adalah kelemahanmu?"

"Jangan menangis untuk meluluhkanku. Jika bersalah, kau harus evaluasi diri."

"Arasso."

"Sekarang ayo pulang, sudah larut."

So Eun menurut, ia segera masuk ke dalam mobil.

"Apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku?" tanya Myung Soo.

"Tidak."

"Seperti ada yang kau pikirkan."

"Tidak ada."

"Aku sebenarnya enggan mempertanyakan celetukanmu soal belum siap mengandung. Aku tahu penjelasanmu selanjutnya hanyalah alasan yang kau buat-buat. Apa yang terucap spontan itulah kebenarannya."

Crazy Rich Fangirl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang