💞 CRF - SP-2 💞

878 81 70
                                    

Berguling di atas kasur, Myung Soo sama sekali tidak bisa memejamkan mata padahal ia butuh sekali tidur setelah aktivitas seharian ini yang menguras tenaganya. Hari ini So Eun menyeretnya dalam urusan persiapan pesta pernikahan mulai dari menemui wedding planner, menentukan tema, meninjau lokasi, memilih suvenir sampai cake dan makanan.

Tak banyak pendapat yang dikeluarkan Myung Soo, ia pun lebih banyak mengangguk setuju dengan segala pilihan So Eun. Alhasil, So Eun menudingnya tidak antusias menyiapkan pernikahan. Padahal, bukan itu yang dirasakan Myung Soo. Terlepas dari pikirannya yang senantiasa rumit, hakikatnya Myung Soo tetaplah lelaki yang tidak mau dipusingkan dengan detail-detail sebuah perayaan. Dengan kata lain, Myung Soo lebih mengutamakan pesta simpel yang penting hikmat. Tetapi, antusiasme So Eun menjadikannya menyimpan apa yang diinginkannya itu. Apalagi sejak awal ia sudah membebaskan So Eun untuk mengatur pesta pernikahan sesukanya.

So Eun salah paham namun Myung Soo terlalu lelah menjelaskan, lagipula So Eun terus saja mencerocos menumpahkan semua isi hatinya. Myung Soo berencana menunggu So Eun tenang baru bicara lagi. Ujung pertemuan mereka hari ini pun tidak mengenakkan dan jadi merembet pada perasaan juga pikiran Myung Soo yang entah bagaimana menjelma jadi kecemasan.

Myung Soo keluar kamar, mencuci muka lalu mengambil minuman dingin.

"Kupikir kau sudah tidur."

Tak menyadari ibunya masih terjaga dan duduk di sofa depan televisi, Myung Soo pun terlonjak kaget. Setelahnya ia beringsut duduk di samping sang ibu. "Tak bisa tidur."

"Kenapa? Tadi kelihatannya sangat lelah, seharusnya sudah tidur lelap sekarang."

"Apa aku bisa menjadi suami yang baik? Apa aku bisa membahagiakan So Eun? Apa aku bisa memenuhi apa yang diinginkannya?" Dan pertanyaan-pertanyaan apa aku lainnya meluncur getir dari bibir Myung Soo, sorot matanya pun mendadak sendu.

Seon Mi mengusap kepala Myung Soo. "Kau cemas karena hari pernikahan kian dekat?"

"Apa yang terjadi hari ini membuatku terpekur dan tahu-tahu saja aku jadi cemas. Hidupnya berkecukupan, dia pun mandiri."

"Itu kan hanya dari sisi materi saja dan manusia membutuhkan hal selain itu, bukan?"

"Tapi, Eomma..."

"Merasa cemas itu wajar, artinya kau memang serius membangun rumah tangga. Kau takut tidak bisa memenuhi tugas dan tanggung jawabmu, khawatir dia tidak bahagia, dan kecemasan lainnya. Coba jadikan itu sebagai motivasi agar kau terus berusaha yang terbaik. Myung Soo-ya, siapa yang tahu masa depan kita? Masa depan selalu menjadi rahasia yang harus diperjuangkan."

"Aku jadi insecure seperti ini."

"Komunikasikan dengannya, jangan suka memikirkan apa-apa sendiri, apalagi ini menyangkut hidup kalian berdua."

***

Kegundahan juga melanda So Eun, walau sebenarnya berawal dari kekesalan dan kekecewaan. So Eun bahkan sampai meminta Bo Young untuk menemaninya malam ini karena ia butuh teman bicara. Beruntung, Hyo Seop yang sudah menikahi Bo Young tiga bulan lalu itu akhirnya memberi ijin meski sempat memaki So Eun. Tak serius mengumpat, secara natural interaksi Hyo Seop dan So Eun memang langsung santai sampai berani saling mencibir.

Bo Young mengipasi wajah So Eun yang bersemu merah, sejak tadi ia hanya mendengarkan sahabatnya meracau tanpa menyela sedikitpun. Dilihatnya So Eun sudah sedikit tenang, Bo Young pun bersuara. "Menjelang pernikahan, memang ada saja cobaannya. Sebagai orang yang lebih berpengalaman darimu, kusarankan agar kau tak tersulut emosi."

So Eun terperangah, Bo Young bisa setenang ini. Biasanya dia akan meladeni dengan kehebohan serupa.

"Kenapa memandangiku seperti itu, Eunnie? Tak menerima saranku? Atau kau berharap aku ikut memaki-maki si mantan hater itu?" Bo Young tergelak pelan.

Crazy Rich Fangirl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang