So Eun susah payah menahan air matanya agar tidak keluar, ia masih berusaha untuk tak menyerah. Dicengkramnya bagian depan kaos Myung Soo dan dengan suara bergetar ia ulangi lagi pertanyaan yang tadi diucapnya lemah. "Kenapa?"
Ada nyeri menyayat hati Myung Soo yang melihat betapa memerahnya wajah So Eun disertai mata yang berkaca, diingatnya lagi ucapan So Eun kemarin soal sakit hati. Myung Soo pun merutuki dirinya yang belum apa-apa sudah menoreh luka dan air mata pada So Eun. Tapi dirinya masih bersikeras kalau kecewa di permulaan masih jauh lebih baik, karena sedihnya belum seberapa dan akan cepat pulih. Maka ditutup dengan kata maaf menurutnya sudah cukup.
Sebuah kata yang jelas membuat So Eun meradang, "Apa semua selesai dengan permintaan maafmu? Apa kau sadar sudah bolak-balik menarik sekaligus menghempaskanku? Kalau aku tidak boleh menyukaimu, kenapa sikap dan tingkahmu mendefinisikan hal sebaliknya? Kau sudah mempermainkanku!"
Badan Myung Soo sedikit condong ke arah So Eun karena selain mencengkram, gadis itu kini juga menarik kaosnya, "Tapi, semua yang terjadi awalnya ..."
"Karena aku? Itu yang mau kau katakan?" seolah tak cukup membuat tubuh Myung Soo tertarik ke arah depan, So Eun pun mendekatkan wajahnya hingga nyaris bersentuhan dengan wajah pria itu.
Myung Soo menelan ludah dan berusaha agar tak bertatapan dengan So Eun. Tampak jelas kalau dirinya gugup karena jarak yang begitu dekat.
So Eun mengangkat satu sudut bibirnya, "Berdekatan seperti ini menyiksamu, huh? Dasar kardus sampah!" lalu didorongnya Myung Soo dan ia sendiri langsung berdiri, "Saat menyentuhku, kau sepertinya sangat menikmati. Tapi, ketika akhirnya perasaanku tumbuh kau enak sekali berkata untuk menghentikannya. Seharusnya sejak awal kau jangan meresponku, jangan memberiku perhatian dan kemarin itu ..." So Eun berteriak frustrasi, "Pada akhirnya kau lah yang salah!"
Selalu disalahkan membuat Myung Soo ingin balik marah apalagi menurutnya semua tak akan terjadi jika So Eun bertingkah sopan dan normal sejak awal tapi setelah ditelaahnya rentetan kata-kata itu, Myung Soo tertunduk membenarkan.
"Kim Myung Soo! Tatap dan jawab pertanyaanku!"
"So Eun, maaf ..."
"Lagi-lagi mengucap maaf, aku tak mau mendengarnya," So Eun mengembus napas kasar, "Aku berniat menendangmu ke sungai kalau kau membuatku menangis lagi."
"Kim So Eun ..."
Akhirnya So Eun membiarkan air mata yang sedari tadi ditahannya memburai basahi wajah, "Bagimu mungkin enteng saja berkata maaf apalagi memang akulah yang memulai semua. Tapi, seperti yang kukatakan tadi kalau tingkahmu tidak sesuai dengan apa yang kau ucap."
So Eun mengambil jeda untuk menyeka pipi, "Sebelumnya aku tak bertanya langsung padamu kenapa kau memenuhi permintaanku di atap kantor waktu itu, lalu membantuku bersandiwara di depan Gong Myung. Kemudian saat aku mengganggu acaramu dengan Manajer Cha, kau memang marah tapi ujungnya kau menciumku meski mengatasnamakan eksperimen. Kemarin, kupikir kau cemburu hingga akhirnya aku berkesimpulan kalau kau punya perasaan yang sama. Tapi ternyata aku salah, tak terpikir olehku kemungkinan semua momen itu tak berarti bagimu. Tak terpikir juga kalau aku mungkin hanya sekedar objek pelampiasan," So Eun mengusap lehernya, teringat jejak yang pernah ada di sana.
Penuturan So Eun itu menohok hati kecil Myung Soo, dan ini belum lama sejak nasihat yang diterimanya dari sang ibu agar tak mempermainkan perasaan. Rasa bersalah kian menghantam kala Myung Soo akhirnya menatap So Eun, ia tak tahu bagaimana mendefinisikan raut wajah perempuan itu saat ini yang jelas kegamangan hadir lagi hingga sulit baginya menegaskan kembali apa yang sudah ia niatkan sebelum menemui So Eun. Sebaliknya, dorongan untuk jujur justru membuncah dan menjadi terlalu sulit untuk ditahan terlebih ketika So Eun mulai menangis lagi, kali ini bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Rich Fangirl [Completed]
Fanficdua sisi So Eun sebagai direktur tegas berwibawa sebuah perusahaan travel berbasis e-commerce dan sebagai fangirl dengan segala keabnormalannya 😂