[One.]

2.9K 110 11
                                    

Vote Before Reading
And Leave the Comment Please

Enjoy~

Cerita Dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita Dimulai.

Huft!

Hembusan nafas gusar gue luapkan mengingat sudah 3 minggu lamanya gue memulai praktik di salah satu Rumah Sakit tempat gue kerja. Sebelumnya gue memang sempat bekerja di Rumah Sakit lain, namun atas satu dua kendala gue putuskan untuk mengundurkan diri dan dengan izin tuhan gue kembali praktik di Rumah Sakit lagi.

Kalau sebelumnya gue mengambil praktik di Rumah Sakit Umum maka lain hal nya dengan sekarang, Rumah Sakit yang gue tempati sekarang adalah tempat sesungguhnya pengabdian profesi yang gue geluti, ya.. Rumah Sakit Jiwa.

Bekerja sebagai seorang Psikolog memang terdengar menyenangkan dan terkesan santai. Tunggu sebentar kayanya harus dikoreksi pada kata terakhir, Santai? Siapa yang bisa santai ketika menghadapi pasien dengan berbagai diagnosa kejiwaan, ya bagi orang-orang yang gak terlalu menggunakan logika dapat disingkat orang kelainan jiwa adalah orang gila.

Padahal pada kenyataannya kami sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia pengetahuan tentang kejiwaan, gak bisa asal menyimpulkan orang tersebut gila dan sebagainya. Banyak hal yang perlu kami analisa berdasar kronologis yang terjadi pada pasien.

Sialnya kenapa gue gak ngambil program Psikiater aja, gak jarang gue menyesali posisi gue sebagai Psikolog yang gak bisa meresepkan obat untuk pasien disaat banyak sekali pasien sakit jiwa yang entah kenapa membuat gue gemas ingin sekali menerapi mereka lebih jauh dan memberi mereka obat sebagaimana yang dilakukan dokter jiwa. Sayangnya sebagai seorang Psikolog, gue gak memiliki hak dan izin apapun untuk mengobati pasien lebih lanjut.

" Orly! "

Refleks gue balikan tubuh yang lagi asik jalan menyusuri koridor yang menghubungkan jalan ke Ruang Instalasi NAPZA. Dia teman baru gue, oh maksud gue mungkin senior baru disini mengingat walaupun usia kami hanya terpaut beberapa bulan, tidak menghilangkan Fakta bahwa dia lebih dulu bekerja ditempat ini.

Dengan langkah yang terkesan terburu-buru bahkan nyaris aja jatuh karena kesandung oleh sepatunya sendiri, dia berjalan mendekat kearah gue dengan amplop coklat ditangan kirinya.

Gue tebak isinya adalah rekam medis salah satu pasien disini, atau dalam kasus lebih fatal itu adalah surat pengunduran diri dari Rumah Sakit Jiwa yang benar-benar gila ini.

" Gila lo jalan cepet banget "
" Lo aja yang jalan udah kaya tutut "
" Ish! Udah Kelar kerja lo? "
" udah, 15 menit lalu.. "
" Dan ngapain lo disini? Mau ngintip Dokter Yuda ya haha "

Behind the Light_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang