[Three.]

781 60 6
                                    

Vote Before Reading
And Leave the Comment Please

Enjoy~

Sejak adegan gue yang secara frontal meneriakan nama Starla ketika Jihan dengan lancangnya ngagetin gue tadi malem, Jihan gak berhenti nanya Starla siapa, Starla siapa dan Starla siapa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sejak adegan gue yang secara frontal meneriakan nama Starla ketika Jihan dengan lancangnya ngagetin gue tadi malem, Jihan gak berhenti nanya Starla siapa, Starla siapa dan Starla siapa?

Dan dengan lancangnya gue mengarang, gue bilang gue hanya sedang ingat lagu surat cinta untuk Starla itulah kenapa gue refleks teriak nama Starla. Dan sayangnya Jihan gak percaya. Sial! Bahkan gue lupa kalau Jihan juga seorang ahli jiwa disini.

Lupakan masalah Jihan, yang terpenting sekarang Jihan udah pulang lebih dulu, gue lihat arloji dipergelangan tangan kiri gue untuk ke sekian kalinya, 06.56.. rasanya waktu berjalan lama dan kaki gue mulai pegal karena sejak jam 6 gue sama sekali gak duduk, gue terus berdiri bersandar disalah satu tiang di depan ruang instalasi NAPZA.

" Ini hari apa sih? Perasaan masih hari kamis ya "

Gue bermonolog dengan diri gue sendiri dan memastikan bahwa ini hari kamis seperti yang gue kira, setelah gue buka handphone gue dan melihat ke layar utama memang benar sekarang hari Kamis. Tapi kenapa sepertinya para pekerja jam pagi belum ada yang datang satupun.

" Hoam! Pulang lah "

*Brugh!

" Aduh! "

Rasanya kepala gue makin pening setelah gue menabrakkan diri gue, gue menggelengkan kepala karena merasa sedikit pusing dan berusaha memfokuskan pandangan gue pada objek yang baru gue tabrak.

" Ceroboh lagi? Setelah cium tembok sekarang cium saya? "
" Dokter.. yaampun maaf gak sengaja, saya nungguin dokter disini eh?! "
" Nunggu saya? Untuk apa? Saya punya hutang? "

Gue sendiri gak sadar dengan ucapan yang gue lontarkan barusan, gue menggaruk tengkuk yang sama sekali gak gatal dan mulai gugup untuk menjawab. Pernyataan dalam bentuk pertanyaan yang gue lontarkan membuat siapapun berfikiran Ambigu pastinya.

Itu dia..

Akhirnya gue bisa lihat tangan kiri dokter Yuda yang benar saja dililit perban disana, perban yang cukup nutupin dari pergelangan tangan nya sampe mendekati sikut nya. Apa lukanya sebesar itu sampe perban pun setertutup itu?

Pisau bedah jenis apa yang sebenarnya melukai tangan dokter Yuda?

" Anu dok bukan.. maksudnya semalem ada perawat yang bilang katanya tangan dokter Yuda luka karena ada pasien yang ngamuk sampe bawa bawa pisau bedah.. "
" Jadi? Kalau saya luka kenapa? "

Dan ya, pertanyaan yang dokter Yuda lontarkan barusan menjadi pertanyaan juga yang baru gue sadari sekarang. Gue sendiri mulai bingung dan bengong kenapa juga gue harus penasaran dengan Luka yang dialami dokter Yuda. Okay mungkin gue berpikir karena kalau dokter Yuda luka gimana kabar Starla yang juga lagi demam.

Behind the Light_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang