Vote Before Reading
And Leave the Comment PleaseEnjoy~
Seluruh badan gue lemas, nafas gue begitu berat gak beraturan, menatap pantulan diri gue di cermin, polesan make up di pipi yang membuatnya tampak bersemu, bibir kemerahan, juga bulu mata yang ditata sedemikian rupa.
Ini Diandra kah?Kuku yang berlapis cat berwarna merah, memakai gelang di pergelangan tangan kanan. Rok batik yang menyelimuti kedua kaki gue.
Melirik sepatu yang gue pakai, sepasang heels berwarna putih yang senada dengan baju yang gue pakai. Mama yang mengusap bahu gue ketika gue keluar kamar, bersama dengan Jihan dan Rani.
Menatap Tara yang berdiri di ambang pintu, Tara dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja putih, rambut nya yang ditata sangat rapi. Iya, Tara hari ini yang membawa mobil untuk pergi ke Gedung tempat diadakan nya resepsi pernikahan yang gue nantikan.
Tersenyum menerima uluran tangan Tara yang menuntun gue sampai ke depan sebuah mobil berwarna putih. Duduk di kursi depan samping Tara.
Perjalanan yang cukup memakan waktu, hari yang masih pagi. Air mata jatuh karena gue yang begitu cemas.
" Jangan nangis, nanti make up nya luntur "
Tutur kata lembut dari Tara yang entah kapan lagi akan gue dengar, mungkin ini kali terakhir gue mendengar Tara berucap lembut pada gue untuk selanjutnya gue gak akan pernah menerima sikap manis dari Tara lagi.Tersenyum getir dan mengusap air mata menggunakan tisu. Benar ucapan Tara, khawatir make up yang udah ditata secantik ini harus luntur karena air mata.
Jihan dan Rani yang sejak tadi senyap di kursi belakang, tak ada satu kata pun yang mereka keluarkan.
Perjalanan yang cukup memakan waktu ditambah dengan jalanan yang sempat macet. Sampailah kita di sebuah gedung yang cukup besar, gedung yang kini dihiasi janur yang melengkung serta tertera dua nama di sana.
Tara turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk gue. Memberikan lengan nya untuk gue peluk dan berjalan bersama menuju pintu masuk.
Pesta yang megah, sangat megah..
Meja catering, instrumen untuk Band Klasik, Pelaminan yang dihiasi berbagai macam bunga, hiasan bertema twilight, impian gue.
Jihan juga Rani menuntun gue untuk duduk di salah satu ruangan sembari menanti tamu-tamu lain datang.
Duduk dengan kaki yang gemetar, mata yang kembali menampung cairan bening, Jihan yang terus mengusap pundak gue untuk menahan gue agar tak menangis. Gue terharu, gue bahagia.. Ya.
" Hai Dian.. " Naila, datang dan merengkuh tubuh gue dengan begitu erat, gue balas merengkuh tubuhnya tak kalah erat, gue yang terus mengucap terimakasih pada Naila yang hanya dibalas dengan usapan di punggung gue. Naila yang tampil sangat cantik dengan hijab, sangat berbeda dengan Naila tanpa hijabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Light_
Ngẫu nhiênPertanda senja yang menyaksikan arah langkah menuju gerbang putih tempat pengabdian profesi ini. Dunia tidak hanya berisikan manusia baik, tak juga hanya berisikan manusia bodoh. Namun di era membingungkan seperti ini, Manusia pintar berlaga bodoh d...