[Thirty.]

457 49 192
                                    

Vote Before Reading
And Leave the Comment Please

Enjoy~

‍‍‍‍‍-Flashback-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

‍‍‍‍‍-Flashback-

Tara, Gue gak bisa..

" Maaf Tara.. "Gue menggeleng perlahan seraya air mata yang terus turun di kedua pipi gue. Gue merasa gue gak akan mampu jadi istri Tara, Tara terlalu baik untuk mendapat istri seperti gue.

" Iya gak apa-apa Dian.. "

Dengan mata yang berurai airmata, mata gue mengitari sekeliling termasuk menatap dokter Yuda dan Naila di pelaminan dengan tangan yang saling menaut. Beralih menatap Tara tak menyangka, jika mencintai dokter Yuda aja gak ada dalam untaian rencana gue, apalagi dilamar oleh seorang Tara. Asli Tara! Gue cuma nganggap lo sahabat selama ini, gue sayang sama lo ya sebagai sahabat.

Band yang seharusnya menyanyikan lagu romantis justru malah turut hening menyaksikan aksi Tara yang masih bertumpu dengan sebelah lututnya.

" Dian, tanya hati lo! Jangan cuma pake logika! " Mendengar teriakan Jihan yang pas masuk ke dalam telinga gue, jangan pakai logika. Memang betul gak sepatutnya mencintai itu memakai logika, karena mau berpangkat setinggi apapun, nanti pun akan pensiun, setampan apapun, ujungnya pasti keriput juga.

" Di.. " Jangan senyum Tara, gue jadi gak tega untuk menolak lamaran lo. Lo melamar gue di saat yang gak tepat masalahnya, walaupun sepertinya gue juga akan tetap menolak lamaran lo kalaupun lo melamar gue nanti.

Masih mengarahkan cincin ke hadapan gue dengan wajah yang begitu yakin seolah gue akan menerima lamaran dia.

Tanya hati.. Tanya hati.. Tanya hati.. Ayo Diandra!

" Tara, jangan kayak gini.. Berdiri " Memegang kedua pundak Tara dan membantunya untuk berdiri, menyudahi aksinya berlutut di hadapan gue, wajahnya tetap mengukir senyum tulus tanpa ragu ke arah gue.

" Gue.. "
" Jujur Di, gue gak berharap lo menerima gue kalau terpaksa atau karena lo kasian dan gak mau gue malu.. Gue gak apa-apa, seenggak nya gue udah berusaha untuk menyampaikan.. "
" Bisa gak sih lo gak usah senyum gitu?! Gue mau! Gue gak nolak lo, tapi lo berhenti senyum gitu! " Tegas gue dengan airmata yang kembali berderai, mendorong dada Tara yang senyumnya malah semakin lebar dan tertawa kecil.

Tepuk tangan riuh dan gemuruh serta sorakan memenuhi gedung, Dengan tawa geli nya Tara menarik tangan kanan gue dan memasangkan cincin di jari manis lantas memberikan satu dekapan yang paling erat sepanjang gue kenal dengan Tara.

Tertawa di puncak kepala gue yang bisa gue dengar suaranya melalui dada bidang nya. Memukulnya karena membuat gue merasa malu di hari patah hati gue ini.

Band mulai memainkan musik dengan lirik romantis yang begitu pas dinyanyikan hari ini.

" Setelah beri tanda, di pangkal jari manis nya. Siapapun yang terlena, maafkan aku, dia sudah ku punya~ " begitu kira nya potongan dari keseluruhan lirik yang di nyanyikan oleh vokalis Band tersebut.

Behind the Light_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang