[Ten.]

568 43 1
                                    

Vote Before Reading
And Leave the Comment Please

Enjoy~

Diandra Orly Khairunisa M

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diandra Orly Khairunisa M.Psi

Berjalan di Instalasi NAPZA dengan hentakan kaki kesal, gue terus menggerutu sambil terus jalan dan beberapa kali gue juga mengabaikan panggilan atau sapaan dari beberapa orang disini. Mulut gue gak berhenti membaca sumpah serapah sejak tadi. Rasa kesal seperti kemarin kembali muncul, rasa kesal seperti ketika gue melihat dokter Yuda dengan mantan istrinya di mall hari itu.

Sial! Kenapa harus gue mengingat itu lagi, itu malah membuat gue semakin merasa kesal dan kesal. Gue menendang angin sambil terus berjalan dan entah kemana gue akan jalan dan entah dimana gue akan berhenti dan entah kapan gue berhenti sumpah serapah kaya sekarang.

Duduk di kursi yang ada di koridor Instalasi ini, dengan kedua tangan gue yang menyilang dan muka gue yang gue klaim sumpah asem banget. Niat gue berkeliaran di Instalasi NAPZA sekarang ya memang ingin bertegur sapa dengan dokter Yuda, karena tadi pagi sialnya gue mendapat pasien dengan gangguan Bipolar, Schizophrenia dan Anxiety disaat yang bersamaan. Gue bukan menolak tapi jujur hari ini gue bener-bener males banget untuk kerja dan yang gue mau adalah rebahan.

Bukan gue gatel atau ganjen sama dokter Yuda, tapi dengan bertegur sapa dengan dokter Yuda gue jadi mengingat Starla yang mana bisa mengembalikan mood gue ke semula. Seperti itu, gak usah salah paham.

" Bu... Diandra? "

Refleks gue mendongak, ini dia nih pelaku penghancuran mood gue. Eh gak jangan gitu Diandra, kebiasaan astaghfirullah. Gue tersenyum kearah Naila dan berdiri menerima uluran tangan dari dia yang mengajak gue bersalaman, umur gue dengan Naila gaakan terpaut jauh, mungkin hanya berbeda 2 sampai 3 tahun aja tapi sialnya di tempat kerja gue dipanggil Ibu mulu. Gue belum ibu-ibu kali.

Naila ini cantik? Emang. Putih? Iya. Manis? Banget. Mulus? Beuh. Lembut? Jangan tanya. Pintar? Kalau gak pintar gaakan masuk kedokteran. Agamanya? Islam. Jangan hanya karena Naila ini gak berhijab lalu di klaim bukan muslim, setiap orang kan beranggapan berbeda ya walaupun satu keyakinan. Ada yang beranggapan gapapa gak berhijab yang penting ibadah jalan, ada yang menutup aurat tapi ibadah bolong-bolong dan ada yang berhijab ibadahnya masyaallah ada juga yang gak berhijab gak ibadah dan malah hobby clubbing. Paling banyak sih yang terakhir haha.

Setau gue Naila ini punya keturunan China, jadi wajar kalau wajahnya lebih Chinese dilihat dari bentuk wajah, hidung terutama matanya yang menurut gue ketarik keatas haha. Bukan mengejek hanya mendeskripsikan sebuah fakta dari apa yang gue lihat sekarang. Tapi cantik kok cantik banget.

" Ibu kenapa disini bu? Kenapa gak masuk aja? "
" Iya lagi cari angin " bohong gue, di koridor ini gaada angin gelebug juga tapi yaudahlah itu cuma basa-basi juga.

" Oh.. yaudah bu saya ke dalam dulu, permisi "
" Iya silakan " dan setelah memasang topeng senyum khas gue, gue kembali menendang angin lebih tepatnya angin yang diciptakan dari berlalunya Naila. Dan kembali duduk di atas kursi kali ini dengan wajah yang lebih asem lagi.

Behind the Light_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang