[Nineteen.]

436 45 19
                                    

Vote Before Reading
And Leave the Comment Please

Enjoy~

‍‍‍‍‍Ranca Upas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

‍‍‍‍‍Ranca Upas

Sebetulnya gue belum pernah main sejauh ini, ya jauh dari rumah gue maksudnya. Paling waktu ke pantai doang hehe flashback. Hush! Males gue mikir ke sana, dikit-dikit putar balik dikit-dikit putar balik.

Setiap kali chat timbul dari dokter Yuda, hanya gue balas dengan singkat dan seperlunya. Ya meskipun gue sangat ingin menanyakan kabar Starla bagaimana dan lain-lain tapi rasanya hak gue udah tercabut sepenuhnya meski secara paksa.

Pukul 17.30 kita sampai di Ranca Upas, lebih tepatnya kita langsung ke bumi perkemahan, disambut lapangan yang sangat luas di sini. Gue membantu Jihan dan Rani untuk mendirikan Tenda, dan Senja, Abit juga Tara mendirikan tenda mereka di samping tenda gue, hanya berbeda jarak kurang lebih 1 meter.

Sebetulnya gue bukan anak alam yang senang berpetualang seperti camping, atau muncak atau diving dan lain sebagainya. Gue hanya mau ikut ketika diajak dan memang gue nya siap, kalau secara sengaja sih gue gak mau, gak hobby.

Hobby gue nulis soalnya, nulis curahan hati kali ya. Karena bagi gue, buku itu pendengar paling setia, walaupun gak memberi saran tapi buku gak pernah ngumbar masalah gue ke orang lain, buku itu penjaga rahasia terbaik pokok nya.

Ini pertama kalinya juga gue menapaki Ranca Upas. Di sini betul-betul dingin, lebih dari tempat gue kerja. Tapi gue bersyukur Bandung masih punya tempat sejuk kaya gini.

Usai mendirikan tenda, gue bersama Jihan dan Rani menghampiri Senja dan lainnya yang asik nyeduh kopi di warung yang ada di sana. Warung tempat jualan kayu bakar kalau-kalau mau buat api unggun.

" Sholat maghrib di mana? Ada mesjid? "
" Cari aja.. "
" hm.. "
" suka kopi oli? "
" suka.. "
" nih.. " Menerima sodoran gelas berisi kopi susu dari tangan Tara dan meniupnya sesaat sebelum menyeruput kopi yang masih panas ini. Kebakar lidah gue.

Tangan gue mendingin karena udara yang menusuk sampe ke endodermis rasanya. Pakai jaket satu lapis bener-bener gak guna, nyatanya hoodie setebel ini aja masih bisa tembus udara dingin nya.

-19.45-

Sementara Senja dan Tara menyiapkan api unggun, Rani dan Jihan asik menyiapkan emperan, gue dan Abit asik menyiapkan arang untuk BBQ, gue memang gak handal masalah Camping seperti ini jadi gue hanya mengikuti alur aja.

Yang Camping di sini memang bukan hanya gue, banyak orang juga, mungkin mereka sekedar berlibur, bagi yang berpasangan mereka bisa mendapat extra Stargazing dilanjut paginya menyambut Sunrise.

Menatap satu persatu tenda yang berdiri hampir di setiap sudut lapangan, ada yang bersama kelompok teman ada juga yang satu keluarga. Menghabiskan malam minggu di tempat seperti ini memang luar biasa, sayangnya baru kali ini gue merasakan ke luar biasaan ini.

Behind the Light_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang