[Thirty Two.]

765 42 28
                                    

Vote Before Reading
And Leave the Comment Please

Enjoy~

‍‍‍‍‍‍‍‍‍Tara Adhanta Pratama S

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

‍‍‍‍‍‍‍‍‍Tara Adhanta Pratama S.Farm

Satu minggu berlalu sejak hari akad, tujuh hari lalu gue mengucap nama lengkap Diandra di sela Sighat Ijab Qabul dan menjadikan Diandra sebagai istri gue secara resmi, yang mana gue telah resmi pula menjadi suaminya.

Menjadi Imam nya, menjadi lelaki yang sepenuhnya bertanggung jawab atas dosa dan pahala yang ada pada diri Diandra.

Membimbingnya dan menjadikan nya akhir dari perjalanan cinta.

Satu hari lepas dari hari akad, gue mengajak Diandra langsung pergi dari Bandung dan berpindah domisili ke Bogor. Alasan nya, selain gue memang memiliki keluarga di Bogor, juga supaya Diandra gak selalu mengingat hal yang membuat dirinya kecewa.

Gue berpesan pada diri gue sendiri, jangan 'menyentuh' Diandra dalam waktu dekat ini. Kondisi hati dan mentalnya belum sepenuhnya pulih, bantu dulu Diandra untuk pulih. Jangan jadi suami yang egois yang hanya memikirkan diri sendiri.

" Hai " *Cup! Mencuri kecupan di pipi kiri Diandra yang asik di pantry dapur, mengaduk teh panas yang mungkin baru saja dicampur gula pasir.

Hari masih pagi, gue belum bekerja mengingat lagi memang gue yang berpindah domisili agak tiba-tiba mengharuskan gue juga mencari pekerjaan di Bogor.

" Sayang.. "
" Hm? "
" Masih sedih ya? " Tanya gue menyadari mata istri gue yang membengkak, gue gak marah ataupun kesal karena Diandra yang masih kepikiran kejadian beberapa bulan lalu. Gue mewajarkan hal itu, dan gue juga paham apabila dalam diri Diandra tercipta sedikitnya Trauma.

Diandra hanya menggeleng dan kembali fokus pada gelas berisi teh nya, badan nya lebih kurus, terlihat dari tulang selangka yang menjiplak jelas, Diandra yang dulu ceria belum gue lihat lagi sekarang. Sekarang hanya ada Diandra yang pendiam, Diandra yang hanya tersenyum dan sedikit tertawa, gak ada Diandra yang ketawa ngakak seperti sebelumnya.

Memegang kedua pundak Diandra dan memintanya menatap gue, mengusap bahu yang tertutupi cardigan hitamnya, merapikan rambutnya yang dibiarkan tergerai, Diandra selalu melingkarkan ikat rambutnya di pergelangan tangan, jadi gue mudah untuk membantu mengikat rambutnya tanpa harus mencari ikat rambut.

Usai mengikat rambut sebahu milik Diandra, gue pun merapikan rambut tipis di sekitar dahinya, menapakan bibir di atas permukaan dahi dan bibirnya. Mengusap mata bengkak nya yang juga dihiasi warna kehitaman di bawah matanya.

" Mau teh manis? " Suaranya melemah, gak seperti Diandra yang dulu cerewet dan suaranya nyaring.

" Aku minum satu gelas sama kamu aja " Berjalan bersama menuju ruang tv, menyalakan tv sekedar menonton acara pagi yang gak akan jauh dari berita seputar selebriti atau berita-berita lainnya.

Behind the Light_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang