Vote Before Reading
And Leave the Comment PleaseEnjoy~
dr. Prayuda Rafardhan Sp.KJ
Bekerja sebagai Dokter Spesialis Kejiwaan dibagian Instalasi NAPZA bukan pekerjaan yang bisa dibilang mudah. Bahkan kalau diteliti lebih detail lagi, darimana segi mudahnya.
Okay mungkin bagi beberapa pandangan terlihat mudah, dengan pikiran ah palingan cuma rehabilitasi orang orang pecandu Narkoba doang. Itu pemikiran singkat masyarakat, tanpa mereka pahami saya yang bekerja dibidang ini sudah hampir 5 tahun lamanya dan selama 5 tahun itu juga banyak insiden-insiden luar biasa yang saya alami.
Pribadi, saya sering mendapat perlakuan berontak dari pasien yang secara tiba-tiba mengamuk dan menyerang. Bukan satu dua kali, bahkan diatas 10 kali dan itu sudah menjadi santapan harian saya sehingga mau tidak mau saya pun harus bersiap jika sewaktu-waktu terjadi insiden seperti itu lagi.
Bagi saya, ancaman gunting, pisau dan lain sebagainya sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak aneh lagi. Mendapat serangan tiba-tiba juga bukan hal aneh lagi, entah berapa ribu Ampul Obat penenang yang sudah saya habiskan selama bekerja di rumah sakit ini. Semata-mata tangan saya sering menyuntik pasien yang mengamuk disini.
Berbicara tentang gaji atau pendapatan bulanan yang saya terima, ya seperti itulah saya pikir cukup untuk menopang hidup saya. Meskipun jika dibandingkan dengan dokter spesialis lain nya yang bekerja di rumah sakit umum, gaji mereka jauh lebih besar dan terus mengalir dibanding dengan gaji saya sebagai spesialis dibidang kejiwaan atau psikis manusia.
Tapi saya tak mempermasalahkan hal itu selagi saya bisa menghidupi diri saya, putri saya dan bisa memberi gaji untuk asisten rumah tangga saya dirumah.
Starla Olivia Rafardhan..
Putri saya yang berusia 3 tahun, Satu hal yang menjadi alasan terkuat saya untuk terus berusaha menjadi lebih baik dan memberikan yang terbaik padanya. Tak terasa sudah 3 tahun saya merawatnya, ingat kala saya memangkunya setelah sidang perceraian saya dengan mantan istri saya. Memenangkan hak asuh anak atas Starla secara telak karena pihak mantan istri saya sama sekali tak memperjuangkan Starla kala itu.
Ingat kali pertama saya harus beberapa kali terbangun ketika malam karena Starla yang menangis, membuatkan susu formula yang sesuai dengan anjuran dokter anak dan dengan ceroboh menyiram tangan sendiri dengan air panas karena rasa kantuk yang luar biasa. Menemani gadis kecil saya ketika tidur meski terhitung setiap 2 jam sekali saya harus bangun dan mengurusi si kecil.
Dan ingat pula bagaimana perkembangan si kecil mulai dari menendang, merangkak, berdiri, duduk, jatuh kembali bangun, berjalan hingga sekarang ia bisa berlari kemanapun ia mau tanpa harus dituntun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Light_
RandomPertanda senja yang menyaksikan arah langkah menuju gerbang putih tempat pengabdian profesi ini. Dunia tidak hanya berisikan manusia baik, tak juga hanya berisikan manusia bodoh. Namun di era membingungkan seperti ini, Manusia pintar berlaga bodoh d...