#8

583 48 0
                                    

MCKC

#8. Tiramisu

Happy reading
________________

Praangg...

Elga yang baru pulang dari sekolah langsung bergegas menaiki tangga. Di sana sang ayah 'om putra' tengah menarik paksa Maya sang bunda tercinta, entah mau di bawa kemana.

"Bunda!" Seru Elga dan langsung bergegas menghampiri sang ayah untuk melepaskan cekalan tangannya dari tangan bundanya.

"Diam kamu Elga! Jangan berani-berani ikut campur urusan ayah, kamu urusi dirimu sebagai pelajar." Perintahnya.

"Tidak! Saya tidak akan ikuti apa kata anda, lepaskan bunda saya!" Ucapnya setengah membentak.

"Jangan harap, saya akan bawa dia ke rumah sakit jiwa untuk ditindaklanjuti."

Membuat Elga melorotkan matanya tak percaya akan ucapan ayahnya itu.

"Apa anda bilang? Rumah sakit jiwa? Bunda tidak gila, dia hanya depresi akibat ulah anda." Membuat sang ayah mendelik murka ke arahnya, dan hampir saja dia layangkan pukulannya jika Maya tidak mencekal lengan kokohnya.

"Jangan sakiti dia!" Lirih Maya.

"Bunda..." Air mata Elga hampir saja jatuh jika ia tak menahannya.

Saat tanganya terulur untuk memegang wajahnya Maya berteriak histeris dan menjauhkan diri dari tangan Elga.

"Jangan sentuh saya, pergi kamu dari sini!" Serunya, sambil menghentakkan tangannya yang tengah di cekal oleh Putra.

"Lepaskan dia!" Seru Elga tak tahan dengan semuanya.

Hingga tiba-tiba saja pandangannya memburam ketika sang ayah memukul tengkuknya keras.

Membuat Elga terkapar di lantai tak sadarkan diri. Hingga cewek berambut hitam legam yang sedari tadi menonton bernajak membawa Elga ke kamaranya, dibantu dengan tukang kebun papanya.

"Kak maafin Sandra.." ujarnya lirih. Hingga air mata yang sedari tadi di pelupuk matanya kini meluncur bebas di pipi chubby nya.

***

"Bunda... Oh bunda!" Seru seseorang diluar rumah.

Membuat sang punya rumah membukakan pintunya, sedangkan orang yang berteriak tadi cengengesan ditempat ketika melihat wanita yang membukakan pintu tersebut memasang wajah garang sambil berkacak pinggang.

"Arul, tau etika ketika bertamu?" Tanya bunda Ara.

"Iya tau Bun, mengetuk pintu lalu mengucapkan salam." Ujarnya sambil tersenyum manis.

"Nah! Kenapa kamu tidak menggunakannya?" Seru bunda sedikit kesal.

Arul hanya menampilkan gigi putihnya sambil memasang dua jari.

"Maaf bunda, Arul cuma mau ngasih ini, tadi ibu masak banyak, katanya takut gak kemakan jadi di bagi-bagikan ke tetangga." Ujarnya sambil menyodorkan sekotak tiramisu pada bunda Ara.

"Oh ya ampun ibu mu pandai sekali membuat kue, bunda sangat suka buatannya, makasih ya ganteng!" Ujarnya lembut.

Membuat Arul tersenyum simpul.

"Emm, Bun Ara nya ada?" Tanya Arul kemudian.

"Oh ada! Mari masuk, bunda panggilin dulu Ara nya ya, Arul duduk aja dulu!" Titahnya.

"Ara! Ada temen mu dibawah." Seru bunda Ara tepat di tangga ketiga. Membuat Arul yang melihatnya hanya gelang-geleng kepala.

"Siapa?" Seru Ara di dalam kamar.

"Kalo pengen tau cepetan kebawah!" Perintahnya.

"Bantar ya Arul, Ara memang begitu kalo habis pulang sekolah bukan bantuin bundanya malah langsung rebahan, sambil baca-baca koleksi novel terbaru nya." Ujarnya

"Apaan sih Bun, kalo ngomong tuh ya bener aja deh." Seru Ara yang sudah keluar dengan baju rumahan nya.

"Noh Arul katanya pengen main, Bunda ke dapur dulu," ujar sang bunda dan di angguki oleh Ara.

"Tumben elo ke sini? Ngapain lo?" Tanya Ara to the point.

"Cuma mau main aja, males di rumah, teteh gue pulang, tau kan teteh gue kek gimana orangnya?" Ujarnya malas.

Membuat Ara terkekeh melihat ekspresi wajah sahabatnya itu.

"Elo enak punya kakak lah gue, jadi kakak kan kampret." Serunya sambil memakan tiramisu yang belum sempat sang bunda bawa ke dapur.

"Bun! Bunda beli tiramisu di mana kok enak ya!" Seru Ara

"Itu dari Arul!" Seru sang bunda dari arah dapur.

"Gue kalo liat interaksi antara elo sama bunda lo pengen ngakak yakin, ada juga ya emak gaul ke bunda lo, udah cantik, body goals tapi sayang kerja nya di dapur," ujarnya panjang lebar.

"Yeuh! Gitu-gitu juga bunda gue, gak ada spesies yang sama di dunia ini kek bunda Anindya!" Ujarnya sambil terkekeh.

"Apalagi di tambah si Sean yang sikapnya berbeda sama bunda maupun ayah gue, aneh banget kan!" Lanjutnya.

Membaut Arul tertawa bahak di tempat pasalnya Ara dengan Sean itu kakak beradik, hanya terpaut beda dua tahun, Ara kelas 3 SMA kalo Sean kelas 1 SMA tapi sayangnya mereka tak sekolah di tempat yang sama.

Sifat Ara itu mengarah gen nya kepada sang bunda, dan sedikit dari gen ayahnya juga ada, sedangkan Sean hanya wajahnya saja yang mirip dengan sang ayah, namun sifatnya sangatlah jauh berbeda, entah sang bunda ketika mengandung Sean mengidam apa?

"Eh kata bunda gue sih, Sean itu mirip sama kakek sifatnya, dingin kek es batu." Ucap Ara kembali masih dengan tawanya.

"Elo kalo mau ngegibah gue jangan di depan orang nya, bego!" Seru Sean yang memang sedari tadi berada di sana sambil memegang stik PS nya.

"Eh kok gue baru ngeh ada elo di situ sih, mana lagi main PS terus gak ngajak-ngajak gue lagi!" Tutur Arul.

"Cih, mata elo nya aja dari tadi sibuk terus sama benda gepeng itu." Sambil menunjuk ponsel yang tergeletak di atas meja.

"Benar-benar adek elo udah mirip si triplek." Ujarnya sambil tertawa bahak.

Membuat Ara terdiam, ada benarnya juga kata Arul. Hingga Ara menatap wajah Sean dengan serius, apakah ada kesamaan dengan cowok triplek itu.

"Ngapain elo Mandang wajah gue? Iya gue emang ganteng dari lahir!" Ucapnya membanggakan diri sambil memasang wajah flatnya.

"Dih, ganteng! Mbah mu ganteng!" Seru Ara kesal.

Membuat Arul kembali tertawa melihat kakak beradik yang berbeda sifat itu, ketika bertengkar sangatlah lucu.

"Eh iya gue tuh mau ngomong, besok kan pelajaran Bu Uci ya emm, gue mau pinjem buku Indo punya elo dong!" Ucapnya.

Membuat Ara memandang Arul datar. " Sudah gue duga, elo kalo ke rumah gue emang selalu minejm buku pelajaran."

"Ogah! Terakhir kali elo pinjem buku indo gue, elo ilangin dan sampe sekarang belum ketemu, sampe gue di jemur di lapangan cuma gara-gara buku indo!" Seru Ara.

"Please! Ra, siapa lagi kalo bukan elo, kalo gue pinjem sama si Opi pun gak bakalan tuh anak cacing mau minjemin ke gue, ya ya ya! Nanti gue bawain kue tiramisu banyak-banyak buat elo." Mohonnya.

Ara memandang sejenak kue tiramisu itu, dan mengangguk mantap akan tawarannya.

"Oke gue mau, tapi awas jangan lupa sama kue tiramisu nya, ya!" Seru Ara

Membuat Arul menggunakan kepalanya pasrah, dan setelahnya pamit pulang undur diri.

****
TBC.

[2]Mak Comblang Kepepet Cinta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang