#17

461 39 0
                                    

MCKC

#17. Stand bazar

Happy reading..

****

Pagi itu seluruh kelas tengah mempersiapkan stand bazar untuk acara turnamen besok, bahkan Yukan sedari tadi mencak-mencak sendiri sebab stand bazar kelasnya sudah diambil alih oleh 12 IPS 2 yang notabennya kelas para cewek cabe yang sering banget gosip sana-sini.

Padahal tempatnya itu sudah di kontrak oleh kelasnya, justru sudah didahului oleh para mahluk astral itu.

"Kesel banget sih, apalagi sama si Tiara tuh, muka aja udah kek tepung sok-sokan banget, palingan dia ngambil tempat stand bazar punya kelas kita juga takut gak bisa liat pertandingan turnamen nanti!" Kesal Yukan

"Udah biarin aja, mending di sini enak, teduh lagi!" Ucap Rara.

Membuat semua orang menganggukkan kepalanya. Ara yang baru datang di buat bingung sama wajah murungnya Yukan. Untungnya Alia menceritakan kejadian tadi. Membuat Ara terkekeh di tempat.

"Elo kok malah ketawa sih, bukannya bantuin gue buat ngusir tuh para cabe rawit!" Cebiknya.

"Ngapain ngusir mereka, biarin aja. Mending disini adem, gak kena panas lagi!" Ucap Ara

Membuat Yukan pasrah setelahnya. Sedangkan anak cowok kini tengah berada di lapangan sedang di eksekusi,ralat sedang diseleksi untuk jadi pemain terbaik oleh pak Enggar untuk acara besok.

Seketika bayangan ketika di kafetaria Minggu lalu terlintas di pikirannya. Membuat Ara buru-buru menghilangkan ucapan yang sempat di lontarkan sang mantan padanya, perihal kejutan yang akan di buat olehnya nanti.

"Ck, ngapain sih mikirin itu!" Kesal Ara.

Membuat Jihan yang baru menghampirinya mengernyitkan dahinya bingung. "Elo kenapa?"

Ara yang mendengar pertanyaan itu hanya menggelengkan kepalanya. Sedangkan Opi yang melihatnya sedari tadi hanya mengembuskan nafasnya lelah. Seperti tau apa yang tengah sahabat kecilnya itu pikirkan.

Opi pun menghampiri Ara dan menggiringnya untuk duduk di bawah pohon mangga yang rindang, dekat lapangan yang kini tengah di penuhi oleh murid laki-laki yang tengah diseleksi oleh pak Enggar.

"Gue tau apa yang lo pikirin, Ra!" Ujar Opi.

"Hm, entahlah gue kok tiba-tiba kepikiran sama ucapannya si onta ya, tentang kejutan itu loh."  Timpalnya.

"Udahlah jangan pikirin itu, bodo amatin aja, yang jelas besok gak bakal ada apa-apa gue yakin itu!" Ujar Opi percaya diri.

Ara hanya mengangguk setelahnya. Dan menatap segerombolan laki-laki di lapangan sana.

Bukan segerombolan laki-laki. Tepatnya satu cowok yang masih setia memasang wajah datar andalannya, yang kini menatap serius ke arah pak Enggar.

Hingga keseriusan itu buyar, seolah ada yang melihatnya dia pun alihkan pandangannya kepada sosok cewek yang kini tengah menatapnya lekat.

Pandangan mereka seolah terkunci, tak ada yang mau memutuskan tatapan diantara keduanya.

Membuat jantung Ara berdetak kencang seperti sedang ikutan lomba lari. Hingga ia tersadar ketika tepukan dari bahunya, dan menoleh ke arah kirinya yang kini tengah mendapati Dena tengah menatapnya dengan wajah flatnya, namun masih ada aura bersahabat di sana.

"Kenapa lo, ngelamun gitu?" Tanyanya.

Membuat Ara gelagapan di tempat. Hingga cengiran khasnya lah yang mampu keluar, membuat Dena memutar bola matanya jengah.

"Biasa lagi ada someone yang di sukai mah gitu." Ujar Opi.

Ara yang mendengarnya melotot ditempat. "Someone, Mbah mu!" Serunya kesal.

Membuat Opi tertawa bahak di tempat,sedangkan Ara sudah mencebik kesal ke arahnya.

"Ra, thanks ya, perihal kemarin." Senyuman itu terbit di bibir mungil Dena, membuat Ara sedikit terpana akan fenomena itu.

Pasalnya baru kali ini Ara melihat Dena tersenyum padanya, biasanya cewek itu selalu menampilkan wajah flatnya, bahkan ketika pertemuan pertama mereka di kelas. Membuat Ara berjanji didalam hatinya, tak akan berurusan dengan cewek di depannya ini. Namun, semesta tak berpihak padanya, sekarang dia malah menjadi teman curhat dan teman seperjuangan.

Membuat Ara mengerjapkan matanya ketika Dena menggoyangkan kedua bahunya.

"Eh, iya santai aja!" Ujarnya.

"Tapi jangan lupa bayarannya ya, di dunia ini tuh gak ada yang gratis, semuanya itu berbayar." Lanjutnya, membuat Dena memutar bola mata jengah.

Sedikit menyesal ketika berucap seperti itu, tapi bagaimana lagi, pastinya cewek di depannya ini bakal menagihnya bukan?

"Iya, tapi minta sama si Arul nya aja, gue lagi gak ada duit!" Ucapnya

Membuat Opi yang sedari tadi duduk sambil bergurau dengan Yura pun menengok dengan wajah antusiasnya, seperti ada magnet, ketika mendengarkan kata gratis di ucapkan oleh Ara.

"Wih, makan-makan ya!" Serunya

Ara langsung menoyor kepala Opi, gemas sendiri. Sedangkan Opi mengaduh tapi selanjutnya cengengesan di tempat. "Ya lo kan baik na." Ujarnya.

Yukan dan Jihan yang baru datang pun di buat bingung. Dan ikut nimbrung, "wih yang bener nih bakal makan-makan?" Ujar Yukan ketika mendengarkan ucapan Opi.

"Wah gue sih oke!" Ucap Jihan.

Membuat Dena menatap mereka datar, dan berseru membuat Ara mengumpat kasar.

"Iya dibayar sama Ara!"

"Enak aja! Elo dong yang harusnya bayar, dasar lo temen gak tau di untung masih mending gue bantuin!" Seru Ara kesal.

Dena yang mendengarnya hanya mengangkat bahunya tak peduli. Membuat kekesalan Ara bertambah dua kali lipat.

Jihan, Yukan dan Yura masih memasang wajah melasnya seakan minta di kasihani. Ara yang melihatnya menatap mereka jengah.

"Kenapa kalian? Tuh wajah udah kayak anak kecil minta di beliin gulali, jijik gue liatnya!" Umpat Ara.

"Ih, kan biar elo peka gitu, mumpung gue belum makan dari pagi, yuk Mak! Makan-makan." Timpal Yura polos.

Ara hanya mendengus mendengarkan penuturan itu, "makan tuh kerikil, biar pada kenyang!"

Membuat mereka semua berseru kecewa, ralat pura-pura kecewa. Sedangkan Ara tak mempedulikan dia bahkan sudah melenggang pergi dari sana menuju kelasnya.

***

TBC.

Jangan lupa tinggalkan jejak gaess :)

[2]Mak Comblang Kepepet Cinta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang