#16

469 48 0
                                    

MCKC

#16. Senyum?

Happy reading

*****

Setelah acara makan-makan di kafetaria tadi, Elga langsung melenggang pergi menuju kediamannya.

Entah kenapa, sedari tadi ia tak henti-hentinya tersenyum samar di hadapan cewek yang menyandang sebagai Mak comblang itu.

Sungguh tak habis pikir dengan dirinya sendiri, apa yang membuat dia terpesona pada cewek itu, padahal jika dilihat dia cewek biasa seperti hal nya cewek-cewek di luaran sana.

Namun berkat kehadiran seorang Keara Anindya dia tak bisa luput dari getaran hatinya, entah itu nyata atau hanya sekedar lewat saja, yang jelas jika dekat dengan cewek tersebut dia selalu saja merasa bahagia, bahkan nyaman. Dan tentunya Ara sedikit berhasil mencairkan bongkahan es yang sedari dulu di bangunya.

"Kakak kenapa senyum-senyum sendiri, lagi bahagia ya?" Elga terkaget ketika wajah Cewek mungil itu muncul di hadapannya.

Dan dia pun memasang kembali wajah flatnya. Membuat cewek mungil yang menyandang sebagai adik tirinya itu, tersenyum pahit.

Bahkan Elga ketika melewatinya pun ada sedikit rasa tak enak, namun memang ini yang harus ia lakukan.

"Kak Elga kenapa sih? Setiap aku ajak bicara gak pernah respon!" Ujarnya lirih.

Membuat Elga berhenti diambang pintu kamar miliknya kemudian berucap, "cari aja jawabanya pasti ada di diri kamu kalo nggak ibumu itu!"

Sandra Analita, adik tiri dari Elga itu hanya bernafas lelah, dan beranjak dari kamar sang kakak tirinya itu, menuju kamar miliknya.

Hingga sang ibu yang sedari tadi memperhatikan mereka terisak kecil, menahan sesak yang sedari tadi ditahannya.

"Maafkan ibu Sandra, karena ibu kamu gak bisa bahagia seperti teman-teman mu." ucapnya lirih.

***

Di kamar, Elga langsung merebahkan diri, pikiran yang sedari tadi menerawang pada kejadian beberapa menit yang lalu, membuatnya terdiam, dan merasakan gejolak yang sedikit sakit dihatinya.

Jika saja waktu bisa diputar ulang, Elga ingin benar-benar kembali ke masa kecilnya di mana masih ada sang bunda yang selalu menemaninya ketika bahagia apalagi ketika sedang susah.

Namun, itu hanya ilusi semata, khayalan itu hanya mampu di ingat lewat memory, tak mampu di ulang kembali.

Sejenak dia memandang foto yang terpampang di meja belajarnya, foto dirinya dengan sang bunda, foto itu di abadikan ketika ia berumur delapan tahun, dan itu ketika Elga memenangkan lomba balap karung di sekolah dasarnya dulu.

Membuat ia terkekeh kecil, dan setelahnya murung kembali. Ia beranjak dan mengambil foto kenangannya dengan sang bunda.

"Bunda baik-baik aja kah di rumah asing itu?" Ujarnya pelan.

"Elga bakalan bebasin bunda gimana pun caranya, asalkan bunda bisa keluar dari tempat terkutuk itu!" Ucapnya.

Dan beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sedikit lengket akibat aktivitas hari ini.

[2]Mak Comblang Kepepet Cinta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang