#4

719 68 0
                                    

MCKC

#4. Ketemu mantan

Happy reading
_________________

Bel pulang sekolah berkumandang sejak duapuluh menit yang lalu, kini Ara sedang berada di parkiran seorang diri, sambil memaikan ponselnya.

Sesekali ia berdecak kesal, sebab bundanya yang ia hubungi tak kunjung mengangkat telponnya, dan jadilah ia pulang dengan ojek online. Namun, sudah lima belas menit ia menunggu, tak kunjung datang.

"Babang ojek, oh babang ojek." Rengeknya.

Hingga matanya menangkap suliet  seseorang yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah.

"Kayak Laras ya," gumamnya.

Tanpa pikir panjang ia pun menghampiri siswi tersebut.

"Laras ya?" Sambil menepuk pundaknya.

Sedangkan yang dikatai Laras tersebut menengok dengan wajah yang sedikit kaget.

"Eh Ara," sapanya dengan senyuman manis yang terbit di bibirnya.

"Tumben sendiri." Bukan seperti pertanyaan namun mengarah pada pernyataan yang diucapkan olehnya.

"Iya nih nungguin ojol dari tadi gak nongol-nongol," ujarnya

"Kenapa gak nebeng aja, bukannya elo searah ya sama Dino." Ucapnya terlontar begitu saja dari mulut Ara.

Membuat Laras menyembunyikan wajahnya yang memerah, entah karena malu atau mungkin karena cuacanya yang begitu terik.

"Nggak ah." Sambil menggelengkan kepalanya.

"Udah nebeng aja, kasian muka lo, udah merah kayak gitu, mumpung ada si Dino nya tuh," ujar Ara sambil menunjuk seseorang yang kini tengah menaiki motornya.

"Nggak us____"

"Dino," teriak Ara.

"____sah." Membuat Laras seketika menutup wajahnya salah tingkah.

"Apa," ucap Dino ketika sampai di hadapan Ara dan Laras, namun Dino menghiraukan keberadaannya.

"Elo kan searah nih, nah elo mau nggak tolongin gue." Seakan tau apa yang diinginkan Ara, Dino pun hanya mengangguk, mengiyakan permintaan temannya itu.

"Laras kan gak ada yang ngejemput___"
"Kata siapa, gue lagi nungguin jemputan kok," celanya.

"Lah tadi bukannya lagi nunggu ojol ya," ujarnya dengan senyuman miring.

Membuat Laras salah tingkah sendiri.

"Iya terus apa?" Tanya Dino tak tahan.

"Anterin Laras gih, kasian dari tadi nungguin mas-mas gojek-nya yang gak datang-datang." Dengan senyuman manis Ara berikan pada Dino. Namun dibaliknya ada niat tersembunyi untuk itu.

Dino pun tau akan hal itu, seketika ia merasa gugup sendiri, namun mau tak mau ia pun mengikuti arahan dari Ara.

"Terus elo sama siapa?" Tanyanya kemudian.

"Gampang itu mah, motor masih banyak berjejer noh di parkiran, bisa nebeng anak lain, lagian si Arul belum pulang, kan?" Spontan Dino menganggukkan kepalanya.

"Ya udah gue duluan ya, ayo ras!" Pamitnya dengan menyuruh Laras menaiki motor miliknya.

Dengan berat hati Laras pun mengikuti instruksi dari Dino. Dan setelahnya Dino pergi dari hadapan Ara, namun sebelumnya Ara berteriak menyemangati Dino. "Congrats, Dino!"

"Akhirnya misi terselesaikan." Ucapnya penuh bangga.

****

"Bunda, Ara pulang!" Serunya sambil melemparkan tas yang sedari tadi menempel di pundaknya.

Namun bukan bundanya yang keluar melainkan sang adik tercinta___

____ralat terngeselin yang keluar dari kamar miliknya, yang kini sedang menurini tangga.

Gimana gak ngeselinnya coba? Sikapnya yang membuat Ara kesal, kadang jika diajak ngomong pasti yang keluar itu sekata, dua kata. Sakit bukan jika kita udah ngomong panjang pake lebar, terus di balesnya, cuma pake 'iya' atau 'gak tau' kan ngeselin.

Entahlah Ara juga bingung sendiri, bahkan jika di bandingkan dengan kedua orang tuanya, sikap adiknya itu sangatlah jauh berbeda.
"Bunda kemana?" Tanya Ara

"Lagi di gudang," ujarnya.

Hingga sosok yang ia cari keluar dari belakang halaman.

"Nah kebetulan Ara udah pulang," ujarnya tersenyum manis.

Dalam hati kecil Ara berucap "pasti kalo udah ngomong terus pake senyum manis kek gitu ada niat buat nyuruh gue nih," kurang lebih seperti itu.

"Bunda minta tolong, beliin bahan-bahan kue ke mini market dekat sekolahan adik kamu!" Pintanya.

Nah kan ketebak, Ara yang mendengarnya hanya mendengus pasrah, dan menuju kamar miliknya untuk berganti baju.

Jika saja boleh dilempar permintaan bunda ke pada adiknya sudah sedari tadi ia protes. Tapi ia urungkan sebab jika ia layangkan ucapan protesnya bisa-bisa sang bunda menurunkan uang jajannya. Dan Ara tak mau hal itu terjadi.

Dan di sini lah Ara berada, mini market dekat sekolahan adiknya, sebenarnya gedung SMA merpati dengan mini market ini tak begitu dekat, sekilas memang sangat dekat, namun jika lebih teliti lagi, butuh jarak sekitar 2 sampai 3 meter untuk menempuh mini market dari sekolahan tersebut.

"Apa lagi ya yang belum...," Gumamnya sambil memegang kertas yang isinya daftar belanjaan yang diberikan sang bunda.

"Aha, baking powder " serunya. Sambil mencari bahan tersebut.

"Beres, tinggal ke kasir, eh tapi gue haus," ucapnya seorang diri.

Hingga ketika Ara mengambil minuman dari tempat pendingin, tak sengaja matanya menangkap sosok yang begitu familiar di balik kaca pendingin.

Matanya membulat besar ketika sosok itu melihatnya tanpa ekspresi. Hingga Ara tersadar dan membalikkan tubuhnya menghadap cowok jangkung tersebut.

"Eh, Elga.. elo lagi ngapain di sini?" Tanyanya ambigu.

Elga hanya mengarahkan dagunya ke arah tangan Ara yang terdapat minuman. Seketika Ara menoleh pada minuman yang ia genggam.

"Eh, elo mau beli ini, lah cuma ada satu." Dengan cengiran khasnya ia lemparkan pada Elga, yang masih setia menatapnya datar.

Dalam hati Ara berkata," tuh muka datar banget kek triplek." 

"Gak papa," ucapnya singkat dan berlalu pergi meninggalkan Ara yang bengong di tempat.

Serius, itu tadi Elga yang ngomong. Seolah mendapatkan emas segudang, Ara mengerjapkan matanya tak percaya. " Itu bener si kapten kutub?" Gumamnya sambil menggelengkan kepalanya dan berlalu pergi menuju kasir.

Namun tepat dekat kasir, ia tak sengaja menabrak seseorang untungnya masih bisa menahan jika tidak sudah ambruk di bawah lantai.

Tidak etis bukan jika kamu sedang berjalan-jalan ke mall atau ke toko dan tempat yang lainnya, yang menurut mu umum, banyak orang berhilir mudik seperti ini, kamu terjatuh dengan tidak eloknya apa yang terjadi? Sakit? Pastilah kalo jatuh rata-rata sakit gak ada yang enak, namun bukan sakitnya yang dirasakan melainkan malu setengah matinya lah yang merembet kemana-mana.

Hingga matanya bertemu dengan manik mata hazel di depannya, seketika itu juga tubuh Ara lemas seperti tak ada tenaga untuk menopang tubuhnya saat ini.

Ingin Ara lemparkan keranjang yang berisi barang bahan-bahan kue milknya ke wajah di depannya itu, ketika cowok itu menerbitkan senyuman yang membuat Ara tak bisa melupakannya. Apalagi ketika dia berucap membuat Ara menegang di tempatnya.

"Hai mantan lama tak berjumpa."

Tolong tenggelamkan Ara saat ini juga.

***

TBC.

[2]Mak Comblang Kepepet Cinta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang