6

3.5K 456 61
                                    

"Mingi-ah, kau ingin membawaku kemana?"

Tepat setelah Jongho menarik Seonghwa dari kantin sekolah, Mingi kemudian menuntun San untuk ikut dengannya. Dan tak lama sampailah meraka di taman belakang sekolah.

"Kenapa kita ke sini?" tanya San saat Mingi membantunya untuk duduk di sebuah bangku. Ya, kondisi San belum sepenuhnya pulih karena kejadian kemarin, meskipun setelah pulang sekolah kemarin lukanya langsung diobati. Sebenarnya hari ini San tidak dibolehkan berangkat sekolah, tapi anak itu benar-benar keras kepala sekali, sangat susah untuk diberitahu mengenai dirinya.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin kau menemaniku, daripada berdiam di kelas atau perpustakaan padahal sedang jam kosong." jawab Mingi setelah mendudukkan dirinya dan bersandar pada bahu San.

"Tapi aku bosan seperti ini." San menoleh ke arah Mingi saat laki-laki itu menyodorkan sebungkus biskuit kesukaannya.

"Untukku?"

"Ambillah." dengan mata berbinar dan perasaan senang hati, menerima biskuit itu dari Mingi.

"Terimakasih." dengan cepat San membukanya lalu memakannya dengan diam. Mingi tersenyum melihatnnya, setidaknya dia bahagia hanya karena melihat orang yang dicintainya itu tersenyum.

"San?"

"Eum?" San menoleh dengan raut bingungnya saat menyadari nada bicara Mingi terdengar serius.

"Tolong jangan membuatku kesal dan tolong jawab dengan jujur pertanyaanku..." Mingi menjeda kalimatnya saat San yang sepertinya akan bertanya.

"Memangnya ada apa?"

"Ini mengenai penyamaranmu... Kau tau kan, kalau kau selalu membuatku dan yang lain khawatir?" San menghela nafasnya, lalu ia mengangguk pelan menanggapi Mingi.

"Katakan padaku, apa alasanmu menyamar seperti ini?" San menghela nafasnya panjang sebelum menceritakan alasan di balik penyamarannya itu.

"Apa kau ingat siswa yang bernama Junyeong?"

"Junyeong? Bukankah dia adik kelas kita yang pernah kau bully saat SMP hingga membuatnya masuk rumah sakit." San mengangguk mengiyakan.

"Ada apa dengannya?" tanya Mingi, San terdiam hingga beberapa saat ia mengatakan hal yang mengejutkan Mingi.

"Dia...







Meninggal." Mingi terbelalak, ia sungguh tak menyangka dengan apa yang baru saja didengarnya.

Akan ku ceritakan sedikit masa lalu dari seorang Choi San.

Choi San, dia adalah putra dari pengusaha terkaya nomor 2 setelah Ayahnya Songhwa. Keluarganya juga seperti Songhwa, sama-sama tidak pernah damai, hanya saja yang membedakan di sini adalah orangtua San yang terikat janji tidak akan bercerai apapun yang terjadi, karena pernikahan mereka didasari oleh perjodohan.

Awalnya San tidak tau jika keluarganya berantakan, namun suatu saat dirinya secara tidak sengaja menadapati Ibunya yang ditampar oleh Ayahnya entah karena apa. Hingga akhirnya San lelah harus berpura-pura bahagia dengan keluarganya yang terlihat haromis di depan umum dan akan hancur saat di kediamannnya. Lalu San yang kesal itu melampiaskan amarahnya dengan membully banyak murid di sekolahnya, terutama adik kelasnnya. Bersama dengan Seonghwa dan Jongho, ia melakukan aksinya untuk membully murid-murid di sekolahnya.

Ada 1 siswa yang menjadi target paten pembullyan San, namanya Lee Junyeong, dia adalah siswa yang berada 2 tingkat di bawah San. Ia terus dibully San hingga sering bolak-balik rumah sakit, karena pembullyan San itu tidak pernah main-main. Hingga saat San akan memasuki tingkat SMA, ia mendapat kabar bahwa siswa itu meninggal karena menderita depresi yang diakibatkan dari perlakuan yang didapatkannya. San menyesal dan sangat merasa bersalah, lalu ia berencana merubah dirinya dan cara hidupnya agar bisa merasakan apa yang dirasakan siswa itu dulu. Dan seperti inilah San sekarang, berpura-pura menjadi seorang nerd dan menerima segala cacian, makian, dan bullyan dari penghuni sekolahnnya.

"K-kau, apa kau-"

"Aku tidak membunuhnya." potong San cepat saat mendengar Mingi yang mungkin akan berkata 'membunuh'

"Dia meninggal karena depresi, dan itu membuatku sedikit terpukul, dan jadilah aku seperti ini."

"Astaga, jadi karena itu kau menyamar seperti ini?" San mengangguk dengan kepala sedikit menunduk.

"Hah~ apa Songhwa Hyung dan Jongho tau?" kali ini San menggeleng dengan posisi sebelumnnya.

"Bagaimana kalau mereka tau tentang ini? Woah, aku tidak bisa membayangkannya."

Sejenak tercipta hening di antara mereka setelah Mingi menyelesaikan kalimatnya. Tanpa mereka sadari, ternyata ada sepasang telinga yang mendengarkan percakapan mereka, dan sampai mulut itu terbuka maka entah nasib apa yang akan diterima oleh San.

●''

"Akh! Pelan-pelan, bodoh."

Seperti itulah kira-kira rintihan yang keluar dari mulut seorang Kim Hongjoong saat luka di sudut bibirnya sedang diobati oleh Yunho di UKS. Reaksi Yunho? Dia hanya mendecak kesal lantaran disebut bodoh, lalu melanjutkan kegiatannya mengobati Hongjoong.

"Ssh, sial kenapa perih sek- akh! Yak! Apa yang kau lakukan?!" pekik Hongjoong saat Yunho dengan sengaja menekan lukannya.

"Diamlah kalau mau ku obati, kalau tidak mau silahkan obati sendiri, aku akan mencari Wooyoung." ucap Yunho sebelum akhirnya meninggalkan Hongjoong dan- oh ya, aku lupa jika ada Yeosang juga di UKS itu.

Setelah Yunho keluar, barulah Hongjoong memandang Yeosang yang tengah asik dengan ponselnya, ia memandangnya seakan tengah meminta bantuan untuk mengobati luka di bibirnya itu. Sadar akan Hongjoong yang terus memandangnya, Yeosang kemudian menoleh ke arah Hongjoong.

"Apa? Mau minta bantuanku? Ck, obati saja sendiri. Aku pergi." ucap Yeosang sebelum akhirnya keluar dari UKS meninggalkan Hongjoong sendiri.

Kenapa dia tidak bisa mengobati lukannya sendiri? Jawabannya... Karena dia itu terlampau pintar, sampai jenis-jenis obat saja tidak tau, bahkan obat merah saja dia tidak tau seperti apa bentuknya.























Apa? Aku tidak salah dengar kan? San membully adik kelasnnya? Yang benar saja.- Wooyoung

Astaga, alasan macam apa ini?- Mingi

Seonghwa, Seonghwa, Songhwa. Huft, kenapa nama itu selalu ada di pikiranku?- Hongjoong


Tbc~

[✔] 1. FEAR; WooSanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang