18

2.5K 327 10
                                    

Setelah pernyataan Hongjoong tempo hari lalu, sekarang Seonghwa malah menjadi pendiam, bahkan ia sering sekali ketahuan tengah melamun, entah apa yang tengah dipikirkannya.

Seperti sekarang, laki-laki itu tengah berdiam diri di dalam kelasnya, pandangannya mengarah ke arah luar jendela, menatap sekumpulan orang-orang yang tengah bermain basket. Namun yang menjadi titik pusatnya adalah Kim Hongjoong.

Ie terus saja menatapnya sampai seseorang datang menepuk pundaknya dan membuatnya terlonjak kaget.

"Seonghwa?"

"Eoh? Leedo-ah." senyum tulus ia tampakkan saat mengetahui siapa orang yang memanggil namanya.

"Kau baik-baik saja?" Seonghwa mengangguk pelan menanggapi.

"Kau berbohong." senyum Seonghwa pudar seketika setelah Leedo berujar.

"Leedo-ah, maafkan aku..." dahi Leedo mengernyit bingung.


"Kurasa hubungan kita sampai di sini saja." lanjutnya yang membuat Leedo mendelik terkejut dan bingung.

"Kau... Bercanda kan? Ayolah Seonghwa, ini tidak lucu." mendengar penuturan Leedo, Seonghwa justru menunduk dan mulai terisak.

"Hiks... Maaf." sejenak tercipta hening di antara mereka, dan Seonghwa yang tidak memiliki niat untuk berhenti menangis, padahal sudah ada beberapa murid di kelas itu yang melihat interaksi keduanya namun mereka memilih untuk tidak peduli dan ikut campur.

"Apa ini karena Hongjoong?" mendengar nama Hongjoong di sebut, Seonghwa dengan cepat menggeleng karena tidak ingin jika Leedo dan Hongjoong akan berkelahi lagi dengan Seonghwa sebagai alasannya.

"Kau bohong..."

"Tidak. A-aku... Aku benar-benar ingin mengakhirinya saja. Kau terlalu baik untukku yang seperti ini, Leedo." mendengar ucapan Seonghwa, Leedo kemudian mendesah frustasi sembari memalingkan wajahnya.

"Baiklah, jika itu maumu maka ayo selesaikan sampai di sini. Terimakasih atas waktu dan kasih sayangmu untukku selama ini, dan maaf aku bukan yang terbaik untukmu." setelah Leedo berujar, tangis Seonghwa justru semakin menjadi dan ia sebisa mungkin malah menahan isak tangisnya dengan menggigit bibirnya. Leedo yang melihatnya pun beringsut mendekatinya, tangannya terulur untuk mengusap air mata Seonghwa yang jatuh membasahi pipinya.

"Sudah, jangan menangis. Aku tidak akan mengusap air matamu lagi mulai nanti." tangis Seonghwa pun perlahan mereda, tanpa di duga ia justru berhambur memeluk Leedo ya g duduk di depannya.

●''●

"Aku pulang!"

San yang tengah menonton tv sembari memakan biskuitnya itu seketika beranjak saat seseorang yang sudah ditunggunya itu datang.

Wooyoung, ia berjalan menghampiri San yang tengah berlari ke arahnya. Hingga...

Grep

San langsung melompat ke dalam pelukan Wooyoung, dan Wooyoung yang terkejut harus menahan San agar tidak jatuh. Terlihat seperti suami-istri memang:v

"Bagaimana harimu?" tanya San yang masih dalam pelukan Wooyoung.

"Menyenangkan, bagaimana denganmu?" Wooyoung yang berbalik tanya justru membuat San mengerucutkan bibirnya kesal.

"Membosankan... Aku ingin sekolah lagi." Wooyoung terkekeh mendengar penuturan San.

"Kita periksakan keadaanmu dulu, jika sudah lebih baik kau boleh sekolah lagi." mata San berbinar mendengarnya.

"Eomma bilang kita akan pergi ke rumah sakit setelah kau pulang." dahi Wooyoung mengernyit bingung.

"Memangnya kenapa?"

"Appa sudah berangkat ke Jepang lagi, jadi kami harus menunggumu."

"Ahh begitu. Ya sudah, pelukannya lepas dulu dan biarkan aku bersiap." San mengangguk cepat lalu dengan perlahan melepaskan pelukannya pada Wooyoung.

Setelahnya Wooyoung pergi ke kamarnya, kamar di rumah San lebih tepatnya. Ah iya, sampai beberapa hari ini Wooyoung masih tinggal di rumah San, karena orangtuanya yang belum kembali dari Inggris karena urusan pekerjaannya.

Sedangkan San, laki-laki itu justru kembali menonton tv dan menghabiskan cemilannya semabri menunggu Wooyoung bersiap dan Ibunya yang tengah mengurus beberapa tanaman hias di taman samping rumahnya.


Beberapa saat menunggu, akhirnya Wooyoung keluar dengan balutan hoodie putih bertuliskan 'Ateez' dibelakangnya, dan jeans hitam serta sepatu converse berwarna hitam berpadu putih. Laki-laki itu berjalan menghampiri San yang masih fokus dengan serial yang tengah ditontonnya.

"San-ah." San menoleh ke arah Wooyoung.

"Woah! Kau tampan sekali." Wooyoung terkekeh mendengarnya.

"Terimakasih... Mau pergi sekarang? Imo kemana?"

"Eomma ada di taman... Oh! Itu Eomma." ujar San sembari menunjuk Ibunya yang baru saja memasuki rumah.

"Sudah siap? Tunggu sebentar, Eomma ingin ganti baju dulu."

●''

"Cha! Mari kita buka perbannya." San mulai diam saat dokter yang memeriksanya berujar.

"Eh! Sebentar Dok!... Apakah akan sakit?" Dokter itu mengerjap beberpa kali, lalu terkekeh atas pertanyaan San.

"Tidak sakit, sekarang diak dulu sebentar ya?" San mengangguk pelan mengiyakan.

Dengan perlahan, dokter itu melepas perban yang melilit di kepala San hingga terlepas semua, lalu menggantinya dengan kain kasa kecil dan plester untuk menutupi lukannya.

"Sudah selesai."

"Terimakasih Dokter!" dokter itu mengangguk seraya tersenyum mendengar ujaran San yang terdengar semangat lewat nada bicaranya.





























































Tbc~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc~

[✔] 1. FEAR; WooSanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang