Klek!
"AHHHHHH!"
Duk!
San terkejut karena keberadaan Mingi yang wajahnya tepat berada di belakang pintu lokernya, alhasil San memukulnya dengan buku yang baru saja ia ambil.
"Akh! Sakit, kenapa kau memukulku?"
"Salah sendiri mengejutkanku." Mingi mempoutkan bibirnya sembari mengelus kepalanya. Sakit? Tentu saja, karena buku yang dipegang San itu lumayan tebal, jadi sakit jika digunakan untuk memukul.
"Sakit?" Mingi mengangguk cepat.
"Maaf, sini." Mingi sedikit merendah saat San menariknya agar menyamai tingginya.
Mingi menatap San tepat pada matanya saat pria itu mengusap kepalanya, Mingi kemudian tersenyum.
"Cantik."
Tuk!
"Sembarangan, aku ini tidak cantik, tapi tampan."
"Cantik di mataku."
"Tampan."
"Cantik."
"Tampan!"
"Cantik, San. Kau cantik."
"Tidak! Aku tampan."
"Oke, kau tampan jika menjadi pacarku."
"Eh?" San mengerjapkan matanya bingung.
"Hey, kau lupa? Kau belum menjawab pernyataanku. Jadi, mau tidak?" mendengar pertanyaan Mingi, San pun langsung bingung harus menjawab apa.
Beberapa saat berlalu, San kemudian menghela nafas panjangnya. Baiklah, pikirannya sudah mantap sekarang, ia kemudian tersenyum dan mengangguk pelan.
"Mau?" San mengangguk.
"Sungguh?" San mengangguk.
"Kau tidak berbohong kan?" San mengangguk.
"Yakin?"
"Kau ingin kupukul ya?!" mendengar San yang sepertinya kesal karena ditanya terus-menerus, Mingi justru menyengir dan menarik San ke dalam pelukannya.
"Terimakasih, aku akan menyayangimu, selalu." San mengangguk, Mingi kemudian mengeratkan pelukannya pada San.
"Ugh... Minhhgi, sehh-sakhh." dengan cepat Mingi melepaskan pelukannya.
"Maaf."
"Ya sudah, ayo pulang denganku." San mengangguk, lalu digandengnya tangan Mingi dan berjalan beriringan menuju parkiran.
Kali ini Mingi membawa mobil, karena tadi pagi langit sudah terlihat mendung jadi ia takut jika hujan akan turun.
●''●
"Wooyoung-ah." Wooyoung yang tengah belajar itu menoleh saat Ibunya memanggil dari balik pintu kamarnya.
"Kenapa Eomma?"
"Eomma ingin mengobrol sebentar denganmu, bolehkah?" Wooyoung mengangguk lantas menyuruh Ibunya untuk duduk di ranjangnya, sementara ia membereskan peralatan belajarnya.
"Ada apa?"
"Begini, Eomma harus menyusul Ayahmu ke Inggris, dia sedang membutuhkan Eomma..."
"Tak apa, pergilah. Aku akan baik-baik saja di sini." Ibunya tersenyum mendengar penuturan Wooyoung.
"Ya, tapi untuk sementara kau tinggal dengan teman Eomma saja, Eomma takut akan terjadi sesuatu kalau kau tinggal sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 1. FEAR; WooSan
FanfictionRasa takut akan sebuah perasaan yang ditujukan padanya mungkin hanya sebuah rasa belas kasihan saja. "Wooyoung, aku mencintaimu." Warn-! - bxb - Jwy: top Cs : bot Start: 16/10/2019 End : 24/12/2019