"Woo-wooyoung?"
Astaga, San harus bagaimana sekarang? Wooyoung baru saja mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya.
"Kalian saling kenal? Oh ya, kalian kan satu sekolah pasti sering ketemu ya." San menoleh saat Ibunya berujar.
"Ah, i-iya aku mengenalnya." San pun menatap Wooyoung yang tengah menatapnya dengan tatapan tidak percaya dan terkejut.
"Ya sudah, Eomma. Aku pergi dulu." setelahnya San keluar dari rumahnya.
Setelah menutup pintu rumahnya, San lalu menoleh ke arah mobil yang terparkir di depan rumahnya, netranya mendapati Mingi yang tengah menunggunya sembari bersandar pada mobilnya. Dengan cepat San berlari menghampirinya.
"San, kau-"
"Jangan bicara dulu, ayo cepat pergi." sahut San cepat, lalu menarik tangan Mingi agar cepat-cepat masuk ke mobilnya.
"Ayo jalan." mendengar nada bicara San yang terdengar gelisah, Mingi dengan cepat menginjak pedal gasnya dan mobilnya pun berjalan keluar dari lingkungan rumah mewah milik San.
Selama perjalanan, San terlihat sangat bingung, bahkan ia sampai menggigit jarinya. Hal itu sukses membuat Mingi penasaran, hingga ia akhirnya memilih untuk bertanya.
"San-ah, sebenarnya ada apa? Kenapa kau seperti itu?" beberapa saat tak ada sahutan dari sang lawan bicara, dan Mingi sesekali melirik ke arah San yang masih saja diam.
"San?"
"Sebentar Mingi, aku sedang berpikir."
"Ck, ada apa sebenarnya? Ceritakan padaku, siapa tau aku bisa membantu." terdengar dengan jelas San yang baru saja menghela nafas panjangnya.
"Ada Wooyoung di rumahku, dan-"
Ckit!
"Apa?!"
San memegang keningnya yang terantuk karena Mingi yang dengan tiba-tiba menginjak pedal remnya.
"Jangan berhenti di tengah jalan!" sadar akan posisinya, Mingi kemudian melajukan kembali mobilnya.
"Wooyoung ada di rumahmu?" San mengangguk.
"Iya, dan dia melihatku yang seperti ini."
"Astaga, bagaimana ini?"
"Aku sedang memikirkannya, Mingi." setelahnya tercipta hening di antara mereka, setelah San menyelesaikan kalimatnya.
"Kenapa dia ada di rumahmu?"
"Oh iya, benar juga. Kenapa dia ada di rumahku?"
"Mana aku tau, barusan kan aku bertanya." San tidak menyahutnya lagi, justru ia terlihat tengah berpikir sesuatu.
"Hey sudahlah, kita ini mau kencan jangan pikirkan yang lain. Akan ku bantu menjelaskannya nanti." San menoleh dan mengangguk mengiyakan.
Ah, San merasa beruntung sekarang, sahabat yang dulunya ia anggap seperti kakaknya sendiri justru kini menjadi kekasihnya, dan kebaikan darinya tak perlu dipertanyakan lagi.
●''●
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, tapi pasangan itu belum ada tanda-tanda untuk segera pulang, padahal besok adalah hari senin.
"Mingi?"
"Hm?" Mingi menoleh ke arah San yang tengah duduk sembari bersandar pada bahunya.
"Tidak jadi." Mingi tersenyum, lalu jarinya terangkat untuk menusuk-nusuk pipi San.
"Kenapa, hm?"
"Tidak jadi."
"San?"
"Kenapa?"
"Ini agak terasa aneh, benar?"
"Apa maksudmu?"
"Maksudku... Ah sudahlah, ayo pulang ini sudah malam. Besok kita sekolah." San mengangguk, lalu ia berdiri dengan bantuan Mingi yang menarik tangannya.
Keduanya berjalan sembari bergandengan menuju mobil Mingi.
●''●
"Kenapa gelap sekali? Apa Eomma sudah tidur?" ujar San saat netranya mendapati hampir seluruh ruangan sudah gelap gulita.
Mengingat Mingi, ia langsung pulang setelah mengantar San. Sebenarnya ia ingin menginap, tapi San justru menyuruhnya untuk pulang, karena ia takut Ibunya Mingi akan memarahinya.
Srek!
San terkejut saat dirinya hendak menaiki tangga menuju kamarnya, dirinya justru mendengar suara dari arah dapur.
Karena penasaran, ia kemudian berjalan ke arah dapur, dan mengejutkannya ketika ia menangkap siluet seseorang yang ada di gelapnya dapur. Tangannya terangakat, meraba dinding untuk mencari tombol lampu.
Tik!
"Wooyoung?" karena terkejut, pria yang tengah melihat isi kulkas itu kemudian menoleh ke arah San.
"S-san..."
Kenapa dia bisa di sini?- San
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 1. FEAR; WooSan
FanfictionRasa takut akan sebuah perasaan yang ditujukan padanya mungkin hanya sebuah rasa belas kasihan saja. "Wooyoung, aku mencintaimu." Warn-! - bxb - Jwy: top Cs : bot Start: 16/10/2019 End : 24/12/2019