Unpredictable

2.2K 358 38
                                    

Veranda's POV

"No, es jeruk tambah dua ya!" teriak Bang Fandi. Dengan sigap Rino bangun dari duduknya, segera membuat pesanan.

Waktu makan siang sudah usai, tapi warung masih cukup ramai. Kinal bahkan belum sempat duduk sejak aku datang, ia masih sibuk mengantarkan pesanan, juga membersihkan piring dan gelas sisa pelanggan.

"Tumben banget tokonya udah tutup Ve." Mbak Nia yang sejak tadi sibuk di kasir, kini duduk di sampingku.

"Iya Mbak. Koh Felix sama Ci Sela ada acara keluarga katanya, makanya toko ditutup."

"Oalah gitu ta. Eh warung kan tutupnya masih sejam lagi, kalau laper, kamu makan dulu aja Ve. Lauknya ambil sendiri, terserah kamu mau apa."

"Wah makasih Mbak, tapi aku masih kenyang kok. Aku minum ini aja," tunjukku pada es teh yang tadi dibuatkan Kinal.

"Yowes kalau gitu. Eh bentar ya." Mbak Nia kembali ke meja kasir karena beberapa pelanggan hendak membayar.

Pandanganku beralih pada Kinal yang berjalan menghampiriku. Ia datang dari arah dapur, sepertinya baru saja selesai mencuci piring. Ia mengembuskan napas berat ketika duduk di sampingku, wajahnya terlihat letih. Aku mengeluarkan tisu dari dalam tas, mengusap keringat di dahinya.

"Makasih ya," ucapnya, kubalas dengan anggukan.

"Bagus ya lo bedua, masih sore udah bikin iri fakir cinta kayak gue aja," suara Rino membuatku langsung menarik tangan dari wajah Kinal.

"Jangan mulai deh lo," sahut Kinal malas.

Rino duduk di kursi yang berserbrangan denganku dan Kinal. Ia menumpukan dagu pada sebelah tangan, tersenyum jahil padaku dan Kinal, menaik-turunkan alisnya.

"Rino apaan sih," kesalku.

"Tau nih si bangsat, mulai deh aneh-aneh."

"emang gue aneh?" Tanya Rino, menunjuk wajahnya.

"Emang aneh sih," ia menjawab pertanyaannya sendiri, lalu terkekeh. Benar-benar aneh.

"Kalian tau nggak?"

"Enggak," potong Kinal, membuat Rino mendengus kesal.

"Gue belom kelar Bambang! Dengerin dulu," kali ini Kinal yang terkekeh.

"Yang bikin gue jadi aneh itu kalian berdua," Rino menatapku dan Kinal bergantian.

"Kok bisa gitu?" Bingungku

"Iya, gue juga bingung. Gue nih ya, kalau ngeliat cowo sama cowo, atau cewe sama cewe pacaran di film-film tuh rada gimana gitu. Tapi kalau kalian itu beda. Gue malah berharap kalian beneran pacaran."

"Uhuuukkk uhuukkk!!!"

Ucapan Rino membuatku terkejut. Semakin terkejut melihat Kinal tersendak minuman. Aku langsung mengusap punggungnya, memberikan air putih untuknya.

"Udah enakan?" Tanyaku, Kinal hanya mengangguk, meletakan gelas di atas meja.

Ditatap kesal oleh Kinal tak membuat Rino  terlihat menyesal karena ucapannya tadi. Ia malah terkikik geli.

"Bibir lo kayaknya harus dilem pake Aibon deh No, biar nggak ngomong sembarangan," sahut Kinal, Rino semakin terkikik.

"Lo mah sok jual mahal Nal. Padahal lo sendiri udah nggak kuat kan timezone sama Ve."

"FRIENDZONE BANGSAT!" Kesal Kinal.

"Nah itu maksud gue. Mirip-miriplah, yang penting ada zone-nya di belakang."

HOPE  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang