Anxiety

2.4K 337 41
                                    

Kinal's POV

"Mau yang mana?"

Aku memperhatikan dua gelas yang Rino sodorkan padaku. Satu berisi es teh, satu lagi berisi es jeruk. Kuambil satu yang berisi es jeruk.

"Rokok?" Tawarnya, kubalas gelengan. Ia pun mulai menikmati rokoknya.

"Coba tiap hari gini aja ya, adem," celetuknya, menatap langit yang dipenuhi awan.

"Kasian Emak kita dong," sahutku, ia menatapku bingung.

"Apa hubungannya?" Tanyanya.

"Cuciannya nggak kering."

"Hahaha sialan, tapi bener juga sih."

Tak lama sebuah mobil box terparkir di depan minimarket. Ci Sela dan Veranda keluar dari dalam. Ci Sela berbicara dengan seorang SPG, sedang Veranda terlihat sibuk mencatat barang yang sedang diturunkan dari dalam mobil box itu.

"Perlu bantuan nggak?" Tanyaku, sedikit berteriak. Veranda menoleh, menggelengkan kepala.

Sampai semua barang diturunkan dari box, Veranda masih sibuk mencatat. Berbicara pada supir sebelum akhirnya mobil itu kembali meninggalkan minimarket.

"Berarti hari ini lo pulang malem ya?" Tanya Rino.

"Iya."

Setiap ada barang yang datang ke minimarket, Veranda memang selalu lembur. Mendata setiap barang yang baru saja masuk ke minimarket. Juga sisa stock yang ada di gudang.

"Lo sama Ve emang nggak bisa kepisah ya Nal."

"Nanti waktu pulang ke rumah masing-masing juga misah," sahutku, ia terkekeh.

"Si goblok, maksud gue bukan itu. Lo berdua tuh kayak, apa ya? Bingung gue deskripsiinnya. Yah intinya nggak bisa dipisahin deh."

Aku hanya manggut-manggut, membenarkan perkataan Rino.

"Lo inget nggak, dulu waktu SMA kita pernah dihukum gara-gara lo nyeburin anak orang ke kolam ikan sekolah?"

"Si bangsat yang ngerusak bukunya Veranda?" Tanyaku, mencoba mengingat kejadian yang dimaksud Rino. Ia langsung tertawa kala itu juga.

***
Flashback

Semuanya langsung terdiam saat Kinal, Veranda dan Rino masuk ke dalam kelas. Padahal beberapa saat sebelum mereka datang, suasana kelas bagaikan pasar. Sangat ribut karena suara teman kelas mereka yang tengah sibuk menyalin tugas matematika, yang akan dikumpulkan di jam pelajaran berikutnya.

"Kok pada sepi?" Tanya Rino, masih bingung dengan situasi ini. Tak beda dengan Veranda dan Kinal.

Kinal mengedarkan pandangan ke setiap sudut kelas, memperhatikan teman-temannya yang berkelompok di beberapa titik. Hingga pandangannya jatuh pada meja paling pojok belakang, persis di sebelah dirinya dan Veranda duduk. Empat orang siswa yang tadi meminjam buku Veranda untuk dicontek, terlihat sedikit aneh. Seperti ketakutan.

Kinal langsung menghampiri mereka, membuat eskpresi keempatnya semakin tak karuan. Betapa terkejutnya Kinal mendapati buku Veranda tak lagi utuh, sudah terbagi menjadi beberapa bagian.

Mata Veranda melebar melihat bukunya yang sudah sobek. Perasaannya bercampur aduk, sedih, marah, juga takut. Bagaimana nanti ia menjelaskan kepada guru matematika yang terkenal super killer itu.

Kinal mengangkat buku itu tinggi-tinggi, sambil memperhatikan wajah-wajah yang terduga sebagai pelaku perusakan buku Veranda.

"Siapa yang ngelakuin ini?" Tanya Kinal. Semuanya diam, tak ada yang bersuara.

HOPE  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang