Kenapa Harus Kinal?

3.2K 385 93
                                    

Veranda's POV

"Istirahat dulu yuk, lo capek banget kayaknya."

Kinal mengambil sapu dari tanganku, lalu menarikku ke rumah Bang Arif yang menjadi dapur umum para Ibu-ibu untuk membuat minuman. Yang nantinya akan dibagikan kepada warga yang ikut kerja bakti.

"Nih Nal, minum dulu," Mpok Kiki memberikan dua gelas berisi es teh pada Kinal.

"Jatah lo."

Kuambil gelas yang disodorkan padaku. Tak sampai satu menit, gelas di tanganku sudah kosong. Rasanya sangat segar, menghilangkan dahaga yang sejak tadi mendera.

"Mau nambah lagi nggak Ve?" Tanya Mpok Kiki, kubalas dengan gelengan.

"Makasih Mpok, udah cukup."

"Lah, gue nggak ditawarin Mpok?" Protes Kinal.

"Elu mah kaga usah ditawarin nanti juga ngambil sendiri Nal," sahutnya, membuatku terkekeh. Kinal langsung mencibir.

"No! Ron!" Teriakan Kinal membuatku menoleh padanya, lalu beralih mengikuti arah pandangnya.

Kudapati Rino tengah mengangkat plastik sampah berukuran besar bersama Aron. Terlihat sangat keberatan. Beberapa kali mereka berdua menurunkan sejenak plastik itu ke tanah, mengistitahatkan diri, sebelum akhirnya kembali membawanya ke tempat pengumpulan sampah.

"Minum dulu sini."

Rino berjalan ke arah kami, sedang Aron memberi isyarat penolakan. Lebih memilih menghampiri Mila yang masih sibuk menyapu.

"Liat tuh si Aron, makin lengket aja sama si Mila."

Ucapan Kinal membuatku berpikir sejenak. Jika diingat-ingat, akhir-akhir ini aku memang sering melihat Aron bersama Mila. Bahkan beberapa kali mereka berangkat sekolah bersama.

"Emang udah jadian?" Pertanyaan Kinal kubalas gelengan. Karena aku memang tak tau hubungan mereka.

"Minta Nal."

"Si bangsat males banget ngambil sendiri. Jatah gue diembat juga!"

Rino hanya tertawa dimarahi seperti itu. Tak mempedulikan Kinal yang terus mendumal seraya mengambil minunam baru. Mengganti minumannya yang tadi direbut Rino.

"Geser Ve."

Aku sedikit bergeser, memberi ruang untuk Kinal duduk di sampingku. Malas katanya duduk di sebelah Rino, takut minumannya direbut lagi.

"Ve, adek lo udah jadian ya sama Mila?" Pertanyaan Rino sama persis dengan Kinal. Sepertinya mereka juga menyadari kedekatan kedua remaja itu.

"Liat tuh," Kinal memberi isyarat agar kami mengikuti arah pandangnya. Kudapati Aron dan Mila sedang duduk di pinggiran trotoar, terlihat asyik mengobrol. Di tangan Aron ada botol minum yang kuyakini milik Mila.

"Lucu ya ngeliat mereka gitu. Bikin gemes," ucapan Rino membuatku dan Kinal kompak mengangguk.

"Lagi kasmaran emang gitu kali ya. Duduk di trotoar aja berasa duduk di restoran. Padahal panas banget itu, pantatnya nggak melepuh apa."

Aku dan Rino sontak tertawa karena ucapan Kinal. Pandangan kembali kupusatkan pada objek pembicaraan kami. Ternyata mereka berdua tengah memandang ke arah kami bertiga. Mila terlihat malu-malu, tak beda jauh dengan Aron. Mungkin sadar tengah menjadi bahan obrolan kami, mereka berdua beranjak dari duduknya. Berjalan menjauh hingga hilang dari pandanganku.

"Yah ilang deh mereka, nggak ada yang bisa diliatin lagi."

"Liatin gue aja nih sama Ve, gemes juga," Kinal merangkul bahuku, menempelkan pipinya dengan pipiku, lalu memasang ekspresi seolah ia terlihat menggemaskan.

HOPE  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang