Menjaga

2.8K 346 49
                                    

Kinal's POV

Berbekal niat dan uang yang kuharap cukup, aku memasuki toko elektronik berukuran sedang yang tak jauh dari tempat tinggalku.

"Gue ikut masuk nggak Nal?"

Menoleh, aku memberi isyarat penolakan pada Rino. Akhirnya ia kembali masuk ke dalam mobil.

Hal yang pertama kali kulihat saat menginjakkan kaki di dalam toko adalah Ko Onet. Letak meja kasir memang berada di samping pintu, jelaslah pandangan mata akan selalu tertuju padanya. Tubuh gempalnya semakin berisi saja. Brewok yang tak lagi menghiasi wajahnya membuatnya terlihat sedikit lebih muda. Hanya sedikit.

"Mau cari apa lo Nal?" Tanyanya.

Aku mendekat ke arahnya, samar-samar mendengar theme song dari salah satu game yang sangat populer dari tab miliknya. Yang konon selalu dimainkannya setiap hari. Yang juga menjadi penyebab mengapa ia dijuluki dengan nama game tersebut. Onet.

"Mau cari mesin cuci Koh."

"Mau cari doang apa beli?" Tanyanya lagi, membuatku memutar bola mata malas.

"Ya mau belilah Koh, gue liat-liat dulu tapi."

"Noh sama si Surya noh."

Segera saja kuhampiri Bang Surya yang tengah membersihkan jajaran mesin cuci itu dengan kemoceng.

"Cari apaan lo Nal?" Tanyanya, aku menunjuk mesin cuci di belakangnya.

"Budget gue tiga jutaan nih Bang, menurut lo yang pas yang mana?"

Ia terlihat berpikir, memperhatikan jajaran mesin cuci dengan model dan merek berbeda.

"Kalau gue mending yang ini sih Nal. Harganya nggak nyampe tiga juta, trus hemat listrik. Modelnya juga keren."

Aku memperhatikan dengan seksama mesin cuci yang disarankan Bang Surya, seraya membaca spesifikasi yang tertempel di sana.

"Bagus juga Bang selera lo. Yaudah, gue ambil yang ini."

"Lah, cepet amat lo. Kaga liat yang laen dulu?" Herannya.

"Nggak usah Bang, gue percaya pilihan lo."

"Okedeh, lo bayar sama Koh Onet. Gue siepin ini dulu buat dianter ke rumah lo."

"Angkutin ke depan aja Bang, gue bawa mobil kok."

"Oke, tunggu bentar ya."

Aku berjalan menuju meja kasir, mendapati Koh Onet masih sibuk dengan permainannya. Ia menatapku sejenak, lalu kembali menatap ponselnya seraya berkata "bentar ya Nal, dikit lagi nih game gue kelar."

Aku pun pasrah, menunggunya hingga ia selesai dengan permainan itu.

"Hehe maap ya Nal, nanggung tuh kalo gue game over," Ia mengambil nota yang tadi diserahkan Bang Surya, memasukkan datanya ke dalam komputer di depannya.

"Total belanjaan lo dua juta lapan ratus. Tapi karna lo udah nungguin gue maen game, gue kasi potongan dua ratus rebu deh."

HOPE  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang