Bab 1

5.4K 623 124
                                    

Sendiri itu bukan sepi, tapi lebih kepada percaya pada diri sendiri.

Natya, nama satu huruf dari seorang gadis berambut panjang itu, nampak mulai ikut mengantri di depan layanan bagasi maskapai Thailand. Dengan bermodal pengetahuan bertanya sana sini kepada teman kantornya, Natya memberanikan diri untuk melakukan perjalanan dinas ini.

Memang apa yang ia lakukan kini adalah pengalaman pertama untuknya, ditambah lagi negara yang dia tuju sangat jauh dari tempatnya tinggal, membuat Natya harus banyak belajar.

Selama 5 tahun dia bekerja di perusahaan ekspor impornya, baru kali ini dia bersemangat melakukan perjalanan dinas. Biasanya jika ditunjuk oleh bosnya untuk pergi ke Bandung saja, Natya berpikir seribu kali melakukannya.

Akan tetapi karena negara yang dituju adalah Korea. Negara impiannya selama ini. Dan juga negara tempatnya bermimpi banyak hal. Akhirnya Natya menerima tugasnya ini.

Waktunya di Korea hanya dua minggu saja, namun Natya akan semaksimal mungkin memanfaatkannya.

Karena kapan lagi dia ke negara ini, dengan seluruh biaya sudah ditanggung oleh kantor.

Ya Tuhan, bagaikan mimpi.

Setelah mengantri lebih dari setengah jam, akhirnya koper besarnya itu sudah lolos dan masuk ke dalam bagasi pesawat. Sekarang tinggal menunggu kapan pesawatnya itu akan terbang, meninggalkan Jakarta menuju Korea tercinta.

***

Tepat pukul tujuh malam, Natya mulai bersiap-siap masuk ke dalam pintu keberangkatan, melewati gerbang imigrasi dengan ditanya berbagai macam hal, sampai akhirnya dia berjalan menuju gate nomor delapan di mana pesawatnya telah menunggu.

Sejak tiba di bandara, senyumnya tidak pernah luntur. Walaupun dia harus sendirian melewati perjalanan panjang ini, hatinya tidak pernah merasa sepi. Karena dia tahu, dirinya akan bahagia sesampainya di sana.

Karena itu dia tidak mau berlama-lama di Jakarta yang panas ini.

Dasar sombong! Belum pergi saja gayanya Natya sudah luar biasa menyebalkan. Mengeluh panas di negaranya ini. Memangnya dia akan tahan di Korea dengan suhu di bawah sepuluh derajat?

Masih sambil mengantri untuk masuk ke dalam pesawat, beberapa gadis muda yang kelihatannya akan satu pesawat yang sama dengannya, terlihat ribut sekali. Tatapan mereka kompak tertuju pada barisan first class. Membuat Natya ikut melihat ke arah tersebut.

Beberapa orang berseragam putih dengan merk-merk terkenal di baju mereka membuat Natya mengerutkan kening. Rasa-rasanya merk tersebut cukup dia kenal. Tapi di mana? Batinnya terus bersuara.

Saat dia berhasil mempertegas tatapannya, akhirnya Natya sadar apa yang membuat para perempuan muda di depannya cukup berisik. Ternyata oh ternyata, ada seorang pembalap Indonesia yang akan terbang menggunakan pesawat yang sama dengannya.

Ya ampun, mimpi apa dia semalam? Kenapa perasaan bahagia terus bertubi-tubi datang padanya. Meski pembalap tersebut bukan deretan orang terkenal yang dia suka, namun melihat orang tampan sedekat ini ternyata cukup menyita hatinya juga.

"Sekarang ketemu Rio, besok ketemu siapa lagi?"

***

Argh, Natya mengerang kesal sambil terburu-buru berlari di dalam bandara Survanabhumi, Thailand. Transitnya satu jam di bandara ini ternyata membuatnya seperti habis menang uang kaget. Apalagi jarak dari gate kedatangannya dengan gate yang akan dia tuju sangat jauh, membuatnya harus berjuang setengah mati.

Bahkan perasaan ingin buang air kecil yang sejak pesawat berhenti telah dia rasakan, mendadak hilang sudah. Dikarenakan dia khawatir jika dirinya akan ketinggalan pesawat di negara entah berantah ini.

A Man With Dimple'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang