Katanya orang sih, yang cintanya paling besar, biasanya paling takut untuk ungkapinnya.
Hari masih terlalu pagi, tapi Ye Jun sudah berhasil menculik Natya untuk pergi cukup jauh menggunakan mobil yang laki-laki itu kendarai sendiri. Dengan santai sesekali Ye Jun bersiul, menikmati jalanan kota Mataram yang cukup sepi. Berbeda sekali memang jika dibandingkan dengan Jakarta. Meskipun jarak yang akan mereka tempuh sangat jauh, hampir 1 jam mereka berkendara dengan mobil, namun sama sekali tidak terasa perjalanan mereka kali ini.
Semua alam di tempat ini masih sangat indah. Belum ada penebangan pepohonan di kiri dan kanan jalan. Masih asri dan menakjubkan. Begitulah yang Natya lihat sepanjang perjalanannya.
"Kamu baru pertama kali ke sini?" tanya Ye Jun sembari melirik Natya yang tidak berhenti tersenyum. Bahkan perempuan itu sengaja membuka jendelanya, demi menikmati udara dipagi hari.
"Hm. Baru. Dan ternyata sangat Indah."
"Ini belum seberapa. Nanti aku tunjukkan yang jauh lebih indah."
"Baiklah. Tapi kali ini aku tidak akan membayarmu apa-apa."
"Natya... Natya. Apa sebenarnya yang kamu pikirkan? Kita sedang berbisnis."
"Hm, iya. Bisnis. Bisnis berhadiah kenikmatan yang hakiki." Kata Natya melemah diakhir kalimatnya.
Dia sengaja menatap pemandangan jalan, tanpa mau peduli jika sejak awal Ye Jun terus menatapnya.
Saat mereka sampai di pinggiran laut, seperti sebuah dermaga, Ye Jun menghentikan mobilnya. Dia mengajak Natya untuk turun, dan mengikutinya ke arah salah satu perahu yang sudah menunggu kedatangan mereka.
"Mr. Ye Jun."
"Iya, Pak. Pakai bahasa Indonesia saja, saya paham." Kata Ye Jun pada laki-laki yang akan mengemudikan perahu mesin.
Natya sempat tersenyum saat interaksi itu terjadi di depannya. Ada rasa geli di perutnya ketika pengemudi perahu itu nampak kagum melihat Ye Jun berbahasa Indonesia.
"Silakan, Mr."
"Ayo."
Natya sempat terdiam ketika ia melihat Ye Jun naik ke salah satu perahu. Sepi. Kata itu yang pertama muncul dipikiran Natya. Di atas perahu itu hanya ada Ye Jun, satu awak perahu. Dan satunya lagi si pengemudi.
Apa dia harus ikut naik juga? Batin Natya.
"Nat, ayo."
Ye Jun kembali memanggil Natya. Dia langsung tersadar, dan buru-buru berjalan ke arah perahu itu.
Ketika Natya ingin naik, uluran tangan dari Ye Jun menyambutnya. Laki-laki itu tersenyum dari atas, saat Natya memandangnya dari tangga, terlihat tampan dan sangat memikat kedua mata Natya.
Ia sempat merasakan gugup, namun sebisa mungkin Natya hapuskan. Untuk apa dia gugup memandang laki-laki yang bahkan hanya menganggapnya mainan.
"Langsung jalan, Mr?"
"Iya, Pak."
Perahu mesin itu mulai jalan, membelah lautan untuk menuju ke satu tempat yang sudah Ye Jun persiapkan untuk Natya lihat keindahannya.
Akan tetapi sayangnya Natya tidak tahu, perjalanannya ke tempat tersebut akan memakan waktu sekitar 45 menit, dan itu berarti selama 45 menit dia hanya bersama Ye Jun di atas perahu tersebut.
***
Natya mulai merasa mual. Padahal perjalanan laut mereka baru sekitar 10 menit, namun di dalam perut perempuan itu terasa ingin meledak keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man With Dimple's
FanfictionNatya awalnya tidak pernah mau jika disuruh melakukan perjalanan dinas oleh kantornya. Selama hampir 5 tahun bekerja, dia seperti anak ayam yang tidak berani keluar dari kandangnya, Head Office. Tapi ketika nama negara idamannya disebut, dengan sem...