Menurutku, cuaca dan perasaan tidak ada bedanya. Dapat berubah-ubah. Seperti yang kamu lakukan padaku. Kemarin menyakiti, hari ini menyayangi. Apa semudah itu mempermainkan hatiku?
Putu sempat kaget melihat kedatangan Ye Jun dan Natya di hotel tempat mereka menginap. Laki-laki itu langsung saja mendatangi Ye Jun, menahannya dengan tatapan menilai. Dari atas sampai bawah tampilan Ye Jun bukan seperti sedang bekerja. Tidak ada berkas apapun agar terlihat profesional, karena Ye Jun berjalan santai dengan pakaian seperti orang berlibur, bersama Natya yang berjalan di belakangnya.
"Dari mana lo?" tanya Putu cukup kasar.
Ye Jun menatapnya tajam. Dia melepaskan pegangan tangan Putu di lengannya. Kemudian melirik Natya sekilas.
"Urusan bisnis. Kenapa?"
"Bisnis? Sama mbak Natya?"
Sebelah alis Ye Jun terangkat. Dia langsung membaca situasi yang aneh ini, dan mengambil kesimpulan setelah menghubungkan dengan pesan Natya tadi dari atasannya.
"Iya. Bisnis yang lo minta." Ye Jun langsung menarik Natya mendekat ke arahnya. "Gue enggak mungkin bahas bisnis rahasia di kamar hotel. Dan gue juga enggak mungkin bahas di tempat yang didatangin banyak orang. Jadi gue bawa dia ke tempat yang bisa buat kita bebas membicarakan bisnis tanpa diganggu."
Ye Jun menjelaskan dengan sangat detail kepada Putu sampai laki-laki itu diam membisu. Natya tahu inilah salah satu aksi Ye Jun dalam membantunya.
"Ok. Gue tunggu besok. Besok harus selesai. Gue juga dikejar-kejar sama pembelinya."
Ye Jun melirik Natya, kemudian mengangguk. "Malam ini gue yang kasih ke lo, langsung."
Putu menyetujui keputusan Ye Jun, dia langsung bergegas pergi, ingin menginformasikan kepada temannya itu.
"Jadi dia yang buat semuanya jadi makin besar." Natya bergumam sebal, dia berjalan cepat meninggalkan Ye Jun sendiri.
Laki-laki itu diam, memikirkan kepergian Natya. Bukankah dia sudah membantu sebisa mungkin agar perempuan itu terlindungi. Tapi kenapa dia yang malah ditinggalin.
"Tuan muda." Asisten pribadinya mendatangi Ye Jun dengan cepat, dia berbisik ke telinga Ye Jun memberitahukan hal yang sangat penting padanya.
"Shit!! Ada masalah apalagi?" Desisnya kesal.
"Tuan besar yang meminta anda kembali." Asisten tersebut membungkuk takut. Ia tahu Ye Jun tidak suka di perintah-perintah seperti ini. Namun dia bisa apalagi selain menjalankan perintah yang dibuat oleh tuan besar, alias ayah dari Ye Jun.
"Informasikan kepadanya, saya akan kembali besok."
***
Dalam gelapnya malam, Natya terdiam, memandang keluar dari jendela kamarnya. Dia tahu Ye Jun akan mudah membereskan semua ini. Tapi ada yang aneh dalam dirinya. Entah bagaimana bisa otaknya terus memikirkan hal-hal yang tidak-tidak. Seperti, jika transaksi ini selesai, maka dirinya tidak akan bertemu Ye Jun lagi. Tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk bertemu.
Memang, Natya akui, dirinya masih kesal atas perlakuan Ye Jun ketika di Myeongdong lalu. Tapi dia juga tidak bisa menutupi jika dirinya bahagia bisa berada di sisi Ye Jun walau cuma sekejab.
Karena itulah dia tidak bisa tidur malam ini.
Ye Jun pasti bisa membereskan semuanya dalam satu malam, dan itu berarti besok dia harus pulang ke Jakarta.
Natya semakin tidak ingin semuanya berakhir. Dia hanya bisa berontak dalam hatinya, bibirnya terkunci rapat karena egonya terlalu tinggi untuk mengakui jika ia memiliki rasa lebih kepada Ye Jun.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man With Dimple's
FanfictionNatya awalnya tidak pernah mau jika disuruh melakukan perjalanan dinas oleh kantornya. Selama hampir 5 tahun bekerja, dia seperti anak ayam yang tidak berani keluar dari kandangnya, Head Office. Tapi ketika nama negara idamannya disebut, dengan sem...